What Should I Do? {4}

556 59 0
                                        


"Sehunnie" Dengan senang hati Irene mengikuti keinginan Sehun untuk memanggilnya dengan panggilan seperti itu.

Yang dipanggil tak juga menjawab. Irene menyusul Sehun yang masih tertidur pulas di ranjang nya. Menepuk pelan lengan Sehun, sambil terus memanggil nama nya. Sehun melenguh saat Irene berhasil mengusik tidurnya. "Aku harus pergi menemui Seulgi. Di meja sudah aku siapkan sarapan. Mandilah setelah itu sarapann. Aku pinjam mobil mu, oke?" Bertubi-tubi kalimat yang Irene keluarkan hanya mendapat respon sebatas anggukan. "Cepat kembali." Sehun kembali menyelimuti tubuhnya hingga bahu. Irene yang sayup mendengar itu, tersenyum sendiri. "Aku memang sudah gila Park Sehun." Ia melangkah pergi.

"Oh oppa, tunggu sebentar." Orang yang dipanggil oppa itu mengikuti perintah meski tak tau apa yang harus ia tunggu. Irene kembali keluar dengan membawa jaket tebal di tangannya. "I-geo, terima kasih Chanyeol oppa." Irene membungkuk.

"Kau bisa mengembalikan nya kapan-kapan saja." Chanyeol tersenyum melihat tingkah tetangganya ini.

Irene tersenyum kikuk. "Aku takut oppa memerlukannya."

"Hahaha baiklah baiklah." Chanyeol terdiam sejenak. "Apa Sehun tinggal bersama mu?" Irene membisu, apa dia harus jujur atau tidak. Ia takut kalau keluarga Park akan marah padanya kalau saja ia berbohong. Ia memutuskan jujur. "N..ne oppa" Irene terbata.

"Bisak kita bicara sebentar dibawah?" Irene tiba-tiba merasa takut. Apa ia salah sudah jujur? Apa ia akan dimarahi Chanyeol oppa? Bermacam-macam pikiran menyerang Irene. Ia hanya mengangguk mengikuti Chanyeol masuk ke dalam lift.

Chanyeol mengajak Irene bicara di dalam mobil, ia begitu tegang menunggu apa yang akan Chanyeol katakan. "Sebelumnya aku berterima kasihh sudah mau menampung bocah merepotkan itu." Irene menoleh, ia tersenyum menjawab kata-kata Chanyeol. "Semua orang memang menganggap mu itu merepotkan Park Sehun." Irene menertawai Sehun dalam hatinya.

"Tapi aku juga ingin meminta bantuan mu." Oh apalagi ini, berapa banyak keluarga Park harus meminta bantuannya pikir Irene. "Aku akan menikah." Irene melongo, diusia yang terbilang masih muda Chanyeol akan melepas masa lajang nya. Chanyeol melanjutkan, "Aku hanya akan mengurus perusahaan yang ada di Beijing dan tinggal disana. Appa juga semakin tua dan sudah sepatutnya menurunkan perusahaannya, tapi mana mungkin jika sudah berkeluarga aku harus mengurus perusahaan dua sekaligus. Karena itu Appa sangat ingiin Sehun mengikuti perintah nya, namun cara Appa salah. Mereka berdua sama-sama keras kepala karena itu pertengkaran sering terjadi. Hanya kau yang Sehun dengar." Irene tidak mengerti maksud hanya ia yang Sehun dengar.

"Tidak mungkin, untuk apa dia mendengar ku yang hanya anak dari teman ayahnya." Irene mengelak. "Memang itulah adanya. Jadi tolong untuk terus membujuk Sehun."

Setelah selesai perbincangannya dengan Chanyeol, Irene keluar dari mobil bernafas lega. Ternyata bukan hal yang menakutkan. "Harus sedalam apa aku ikut campur urusan keluarga Park ini?" Tanya Irene pada dirinya sambil berjalan ke tempat mobil Sehun terparkir.

...

"Seulgi-yaaaaaaa!!!" Irene berteriak frustasi saat menemui sahabatnya yang sudah menunggunya di suatu taman. Seulgi terkejut dibuatnya, ia mendengus melihat sahabatnya yang berlari sambil berteriak seperti orang yang lepas dari rumah sakit jiwa. (Oh itu berlebihan..)

"Ada apaa?" Tanya Seulgi sabar.

Cukup lama Irene hanyut dalam pikirannya sendiri, menimbang apa ia harus cerita atau tidak. Seulgi hanya menatap heran, apa yang sedang dipikirkan anak ini.

"Aku merindukan mu." Irene memeluk Seulgi. Namun Seulgi melepas pelukan itu, Irene cemberut.

"Apaan sih, baru kemarin kau bersama ku di kampus." Irene kikuk. "Ada apa? Jangan berani menyembunyikan sesuatu dari ku." Seulgi pura-pura menjadi garang. Irene menunduk. "Park Sehun." Ucap Irene pelan." Namun bagi Seulgi itu tidak pelan, ia tiba-tiba tertawa,  membuat Irene memandangnya penuh tanya.

{My Noona}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang