Sang mentari berhasil meloloskan cahayanya melalui celah gorden dan memasuki kamar seorang gadis yang masih betah di alam mimpinya. Namun selang beberapa menit gadis itu dengan berat hati harus menghentikan mimpi indah nya, kening nya berkerut saat sayup-sayup mendengar kegaduhan di depan apartemen nya. Sadar bahwa kegaduhan berasal dari apartemen sebelah yang tak lain apartemen keluarga Park, Irene langsung bangkit tanpa perintah. Namun sempat ragu, Irene tak langsung keluar melihat apa yang terjadi takut terkesan ikut campur. Ia hanya membuka pintu perlahan berusaha agar tidak terdengar. Sangat terkejut, Irene melihat Tuan Park sedang memaki Sehun yang hanya berdiri sambil menunduk di depan pintu, bahkan Tuan Park hampir saja melayangkan sebuah tamparan, berniat keluar untuk menghentikan namun Irene kalah cepat dari ibu Sehun, Irene bernafas lega.
"Kauu!! Apa tidak ada pekerjaan lain yang bisa kau kerjakan agar tidak mempermalukan keluarga sendiri?" Irene mendengar Tuan Park berbicara, sedikit heran memikirkan apa yang sudah Sehun kerjakan hingga membuat ayahnya marah besar.
"Apa kau harus mengamen ditengah jalan seperti kemarin malam?" Tuan Park semakin panas.
Aaaa Irene mengerti apa yang dimaksud Tuan Park, sepertinya beliau mengetahui kalau Sehun bermain musik kemarin malam. "Tuan Park salah paham." Batin Irene.
Tidak lama, Sehun pergi meninggalkan ayah dan ibunya yang masih di depan pintu. "Mau kemana anak itu?" Irene bertanya pada diri sendiri.
Irene ikut menutup pintu saat melihat Tuan dan Nyonya Park masuk kedalam apartemen mereka. Irene hendak melanjutkan mimpi nya tadi yang sempat terhenti, namun tak bisa karena ia kembali memikirkan kejadian tadi. Kemana Sehun pergi, bagaimana bisa ia ketahuan, dan ia harus menjelaskan bahwa Sehun bukan mengamen di tengah jalan.
Masih asik dengan pikirannya, suara dentingan bel terdengar oleh Irene. Sedikit merapikan penampilannya sebelum membuka pintu. Ternyata nyonya Park.
Nyonya Park langsung menggenggam tangan Irene saat pintu sudah ditutup.
"Wae Irae Ahjumma?" Irene ikut panik saat melihat raut wajah ibu Sehun.
"Sehun-i." Ucapan nyonya Park terputus akibat nafas nya yang tidak sampai akibat terlalu panik dan mungkin juga akibat kejadian tadi yang cukup menegangkan. Irene mencoba menenangkan dengan mengelus tangan nyonya Park.
"Sehun kenapa?" Tanya Irene mencoba santai.
"Sehun pergi dari rumah setelah disuruh ayahnya meninggalkan rumah, dan semua fasilitas Sehun juga ditahan ayahnya, bagiamana cara dia bisa makan? ooh anak ku yang malang." Nyonya Park bukannya tenang, ia semakin panik. Irene terus mendengarkan. "Bagaimana ini?"
"Kalau boleh tau kenapa Sehun bisa diusir dari rumah?" Irene bertanya karena ia memang tidak tau apa penyebab Sehun pergi.
Nyonya Park menjelaskan semuanya dari awal kejadian, ternyata Sehun ketahuan karena kemarin tak sengaja teman dari ayahnya melihat Sehun sedang bermain musik.
"Ahjumma, bukannya aku bermaksud ikut campur ataupun membela Sehun. Kemarin malam aku ada disana ikut melihat Sehun maaf sebelumnya aku merahasiakan kalau Sehun masih sering bermain musik. Tapi Sehun bukannya mengamen ahjumma, Sehun bermain musik hanya untuk hobi dan memperlihatkan bakatnya bahkan dia tidak menerima uang sepersenpun. Disana memang sering ada berbagai pertunjukan dari anak-anak muda yang memiliki bakat dibidang seni." Irene menjelaskan dengan sangat jelas, ahjumma hanya mengangguk mempercayai semua perkataan Irene.
"Aku tidak pernah melarang Sehun bermain musik, hanya saja ayahnya sangat keras kepala, kami tidak bisa melakukan apapun. Aku sudah membujuknya agar mengikuti perkataan ayahnya sambil tetap bermain musik, namun Sehun sama keras dengan ayahnya."
Iya, Irene mengetahui bagaimana sifat Sehun.
"Apa ahjumma boleh meminta bantuan mu?" Tanya ahjumma. Irene mengangguk.
Ahjumma itu memberikan sebuah kunci mobil ke tangan Irene. "Mungkin Sehun sekarang pergi ke rumah temannya, tapi kalau ia tidak ada kabar bisa kau mencari Sehun untuk ahjumma?" Mohon nyonya Park. "Sehun mungkin tidak akan mau menerima telfon dari ku."
Setelah ahjumma meninggalkan apartemen nya Irene mencoba menghubungi Sehun. Sekali tidak dijawab, dua kali, tiga kali masih tetap tidak dijawab. Irene mengupat kesal, kenapa Sehun juga tidak mau menerima panggilan dari nya. Sekali lagi ia mencoba, namun hendak kembali mengupat terdengar suara dingin seorang pria di seberang sana.
"Kya Park Sehun!!" Irene berteriak.
"Neo michyeosseo?"
"Aku tidak mau tau, kirimkan aku lokasi saat kau sudah tiba disana. Aku akan langsung kesana saat urusan ku sudah selesai." Irene menutup telfon, seketika ia panik.
Ia bergegas berdiri, "Apa anak itu sudah gila?Mau apa dia kesana? Menyusahkan saja dasar bocah." Irene terus menerusmengumpati Sehun sambil mengambil bathrobe nya dan langsung masuk ke dalamkamar mandi nya.
TBC...
Halo semua hehe.. makasih banyak yang udah mau ngasi vote di cerita aku. Maaf kalau rada ngawur dan ngebosenin, mohon bantuannya karena aku masih pemula^^ Gomawo chingudeul Saranghaee

KAMU SEDANG MEMBACA
{My Noona}
Roman d'amourIrene tak bisa jujur, tidak cukup berani karena kebaikan keluarga Sehun padanya selama ini. Sehun yang selalu meyakinkan. Akankah Irene akhirnya berani mengungkapkan semua yang ia rasakan, meski orang tua nya sendiri yang menjadi penghalang? "Aku m...