What Should I Do? {1}

617 67 0
                                    

Bertepatan dengan matahari yang kembali menyembunyikan dirinya, Irene sampai di sebuah restoran Italia. "Ternyata dia masih berani kesini dengan kartu kredit yang diblokir." Irene menyindir.

Bergaya casual ditambah dengan coach kopi susu membuat penampilan Irene semakin sempurna dengan wajah dan body bak model terkenal. Beberapa pasang mata memperhatikan Irene saat ia sedang mencari dimana meja Sehun. Dua meja dari sudut, Sehun duduk disana bersama seorang pria yang membelakangi pintu masuk sehingga Irene tidak dapat melihat wajah pria itu.

"Cih bocah ini." Upat Irene tepat di samping Sehun.

"Wah siapa tebak ini, si Bae Irene gadisku." Pria di depan Sehun begitu bersemangat sambil merentangkan kedua tangannya kedepan meminta sebuah pelukan pada Irene.

Irene yang awalnya tidak memperdulikan siapa yang sedang bersama Sehun sontak terkejut saat namanya dipanggil "Kris Oppa." Ucap Irene tak kalah semangat, memeluk manja Kris.

"Kalian saling kenal?" Tanya Sehun saat merasa diabaikan.

"Kris Oppa salah satu senior ku dulu sebelum dia pindah ke Incheon." Jawab Irene begitu semangat.

Irene dan Kris asik berbincang melupakan Sehun yang hanya menopang kepala mendengarkan kedua insan di depannya berbicara meski sebenarnya tak ada yang mengerti. Bahkan Irene melupakan apa tujuan ia jauh-jauh ke Incheon. Setelah bertukar nomor, Kris berpamitan pada Sehun dan Irene.

Irene menatap Sehun begitu sinis.

"Tatapan macam apa itu? Tadi saja wajah mu seperti kelinci bodoh." Protes Sehun.

"Berisik! Bukannya berterima kasih aku sudah mau menjemput." Irene kesal.

"Aku tak minta kau menjemput ku." Ucap Sehun santai.

"Dasar bocah tak tau diri." Iren semakin kesal. Irene berdiri "Ayo pulang."

"Tidak." Irene langsung membalik badannya "Apa kata kau?"

"Aku tidak mau pulang." Ulang Sehun. "Ayo menginap."

"Kau gila? Waaa." Irene membuang nafas kasar.

"Oo ayola kali ini." Bujuk Sehun. "Aku ingin refreshing sehari sajaaaa.."

Irene pasrah. "Lebih merepotkan kalau kau mati kelaparan aku tinggal disini."

Sehun dan Irene keluar dari restoran, Irene melempar kunci mobil dengan sigap Sehun menangkap kalau tidak mau hidung runcingnya lecet. Kembali Irene melempar sebuah jaket tebal ke arah Sehun. "Juga akan merepotkan kalau kau mati kedinginan." Ucap Irene belum sempat Sehun bertanya.

"Kau noona yang sangat perhatian." Goda Sehun menampilkan senyuman yang dianggap Irene seperti orang idot.

"Jangan banyak bicara, cepat masuk aku lelah." Irene masuk terlebih dahulu ke dalam mobil.

Di tengah jalan Irene mencoba untuk tidur, karena cukup melelahkan mengendarai mobil sendirian dari Seoul ke Incheon.

"Ayo ke pantai sebentar." Interupsi Sehun.

"Terserah." Irene tak peduli.

Sesampainya di pantai yang tak jauh dari restoran tadi, Sehun mengajak Irene untuk turun. "Kau saja." Tak menatap Sehun.

"Bagaimana kalau aku diculik ahjumma-ahjumma malam hari begini." Sehun kembali merayu noona nya.

Irene membuka matanya cepat. "Kau laki-laki tapi banyak bicara. Yang ada kau malah menculik ahjumma dasar bodoh" Irene memegang kepala nya, pusing memikirkan sifat Sehun. Akhirnya Irene turun, tidak akan bisa tidur kalau Sehun terus mengganggunya. Sehun tersenyum, ia kembali menang.

Mereka berdua duduk diatas bebatuan pinggir pantai. Pandangan lurus kedepan memandang sunyi laut diujung sana, ombak yang datang bergantian, angin yang cukup kuat membuat Irene dan Sehun merapatkan jaket yang mereka pakai.

"Bagaimana noona tau aku kabur?" Buka Sehun.

"Bukannya kau diusir?" Irene menertawai Sehun, pria itu terlihat sedikit kesal. "Aku ada disana saat kau dihajar Tuan Park."

Sehun memalingkan wajahnya ke arah Irene. "Aku tidak dihajar!" Nada Sehun tinggi.

"Tenang, aku bercanda." Masih menertawai Sehun.

Irene memandang Sehun yang kembali menatap ke depan. "Apa kau tak bisa mendengar kata-kata ku waktu itu?"

Sehun tak menatap Irene. "Aku mau tapi aku terlanjur menolak dan aku malu mengalah."

"Kau memang keras kepala. Bagaiamana mungkin ayah mu yang akan mengalah, dia hanya ingin yang terbaik." Nasehat Irene. "Kau beruntung memiliki ayah seperti itu." Irene tertawa miris.

"Sudahla jangan membahas masalah itu, biarkan aku tenang kali ini. Aku akan memikirkannya kapan-kapan. Lagian aku masih harus menamatkan sekolah ku" Tiba-tiba Sehun menyandarkan kepalanya di bahu sempit Irene. "Biarkan seperti ini, sebentar saja." Irene sedikit terkejut, namun ia abaikan. Ia tersenyum dan mengusap punggung Sehun perlahan, ikut merasakan apa yang Sehun rasakan.

Angin yang semakin kencang dan malam semakin larut, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mencari penginapan layak di sekitar tepi pantai.

"Hanya tersisa satu kamar." Ucap seorang ahjumma penjaga penginapan tepi pantai.

Irene dan Sehun saling menatap. "Yasudah tak apa, kami ambil kamar itu." Ucap Sehun membuat Irene bergidik.


TBC...

{My Noona}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang