....
Namanya Seruni Rasendriya. Kini tengah mengamuk bak kesetanan di halaman depan rumah megah yang semestinya sangat tidak asing untuk dirinya. Jauh-jauh ia terbang dari kota Kalimantan sana ia datang ingin menemui seseorang namun sayangnya tidak dengan cara baik-baik.
Dan ya memang tidak pernah akan baik-baik.
"Aku tidak memiliki waktu untuk menunggu anak kurang ajar itu!!" jeritnya berang ntah sudah keberapa kali namun nampaknya orang-orang yang berpakaian hitam itu dengan tubuh tegap sama sekali tak terprovokasi oleh amukan dan seperti sudah sangat mengenal dan membaca bagaimana gilanya wanita ini.
Buggh!!
Satu pukulan dari tas yang Seruni bawa melayang pada salah satu pria yang bertugas mengamankan rumah ini, "Menyingkir Kalian!!" jeritnya lagi. "Anjing." makinya saat pergerakan yang ingin menerobos pria-pria yang tengah berdiri di hadapannya langsung mendapat hambatan.
Ck, tolonglah ini baru pukul 11 menjelang siang.
"Minggir kalian keparat, aku ingin menemui anak itu dirumah'nya yang itu!"
Enak saja.
Salah satu pria berbadan tegap nampak masih muda dengan sigap mencengkram lengannya.
Ya, lengan nenek-nenek menyusahkan saja.
Kael namanya. Paham seberapa tenaga yang harus ia keluarkan agar lengan wanita 50 tahun ini tidak remuk. Rekannya meringis pelan kala melihat Kael mendapatkan pukulan bertubi-tubi agar ia melepas cengkramannya untuk menghalangi niatnya.
Rekannya satu lagi ikut terkekeh, "Nenekku yang sudah pikun kalau mengamuk tidak segila ini Kael." gumamnya membuat Kael terkekeh.
Rontaan demi rontaan hingga pukulan demi pukulan di tulang pipinya kali ini lebih kuat Kael dapatkan.
"Tahan Kael," ucap rekannya yang lain serius.
Dan Kael mengangguk dengan satu gerakan ia mengunci tangan dan kaki wanita setengah baya itu. Usianya tidak lah lagi muda namun otaknya melebihi binatang yang tidak memiliki akal sehat.
Sinting.
"Ikat saja dan lakban mulutnya atau gimana nih Bang?" ia bertanya kepada tujuh rekannya yang lain sembari masih menahan Seruni yang masih terus meronta-ronta.
"Sakit Kael?" bukannya merespon pertanyaan'nya yang tadi salah satu rekannya yang berdiri di depannya malah mempertanyakan kondisinya.
"Ck," Kael berdecak singkat. "Gue masih manusia ya bang, ya sakitlah." jawabnya lugas. "Jadi gimana ini Bang Ham?" ia mengarahkan pandangannya kepada Ilham kepala Bodyguard di rumah ini.
Ilham berdecih sengit, "Menyusahkan saja."
"Memang," sahut Kael cepat. "Kalau tidak dia pasti titisan Fir'aun itu dua manusia yang hidupnya kok jadi wali dajal di bumi ini." komentar Kael lagi.
"Ya sudah lah kita lempar saja ke ruang baw--" suara rekan Kael terhenti saat menyadari gerbang utama rumah ini terbuka dan meluncur sebuah sedan mewah pemilik sah rumah ini.
"Heeeyyy!!" Kael refleks menutup matanya saat telinganya terasa mati rasa karena teriakan wanita tua yang masih ia kunci pergerakannya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena Hasya Narsa
ChickLitNote: Yang Baik diambil yang kurang baik dijadikan pelajaran (Mengandung Adegan Kekerasan) Hasya Narsa adalah dua Jiwa yang berbeda Dua ukiran wajah yang tak sama namun mereka sama Terpahat dalam kehalusan dan tersuguhkan dalam kelembutan Akan tet...