Delapan

92 28 2
                                        


H

ai Lama yaa ...
Sorry yaa ada beberapa kerjaan didunia nyataku yang tak bisa di sambil nulis dan selesai itu nyempatin revisian Chandra BhayaSingka Season 2 yang memang lagi di persiapkan sampai Ending di KaryaKarsa.

Ini semoga ada yang rindu dengan mereka yaa

Happy Reading guys.

----

Di paksa menjadi pelakon bait asa pada Bumi sejak usia dini membuat dirinya sudah kebal dengan ombak serta badai yang menerpa namun itu bukan menjadi alasan untuk melampiaskan kepada yang tak memiliki salah. Karena daripada mendendam dan melemparkan kesakitan itu kepada yang tak bersalah bagaimana jika membalutnya dengan tawaran dan dekapan kepada siapapun yang pernah bernasib sama mengulurkan tangan lalu mencipta tawa dan canda sendiri bersama.

Gadis berusia belum genap dua puluh tiga tahun itu berjalan cepat ketika lift berdenting dan terbuka, ia melangkah cepat menuju arah ruangan makan dirumah megah ini. Segera saja menjangkau Ice maker yang berada tak jauh dari sisi bagian ruangan makan ini ia meraih tempat wadah untuk es batu yang memang ia butuhkan saat ini.

Menyelesaikan aktifitas nya dengan cepat karena ia butuh dengan segera untuk mengompres sesuatu dibagian tubuhnya yang sudah mulai memar berwarna merah legam dan rasa sakit sudah dapat ia rasakan menjalar.

Hasya Litani, meringis saat melihat handuk kecil yang ia gunakan untuk mengompres malah tadi ia lemparkan secara spontan keatas meja makan keramik berukuran besar itu. Ia lantas berbalik dan melangkah cepat menuju meja makan di depan sana dan cepat-cepat merendamkan handuk kecil tersebut ke dalam wadah yang berisikan es batu lalu segera membalut pada lengannya yang memar merah membiru.

"Jangan berdarah cukup pembekuan saja," gumamnya setengah berdecak ketika ia melirik bagian lengannya yang sudah semakin memerah legam.

Seperti orang yang terkena pukulan benda tumpul atau baku hantam kira-kira begitu jika orang awam melihat dan menyimpulkan. Padahal sebenarnya tidak, Hasya tadi tidak sengaja menyenggol pintu lemari saat ia hendak meletakkan sesuatu di dalam sana.

Untuk orang normal gerakan itu tidaklah cukup keras tapi tidak untuk Hasya gerakan sepelan apapun jika sudah bersangkutan dengan benturan maka akan menghasilkan efek yang besar pada tubuhnya bahkan bisa berakibat fatal.

Dan seperti ini lah hasilnya.

Seperti orang yang habis digebukin.

Namun alih-alih panik Hasya justru tetap tenang dan segera mengambil penawarnya. Bertahun tahun bersahabat dengan penyakitnya membuat gadis berparas cantik dengan bulu mata lentik dan memiliki garis wajah yang sama seperti Narsa begitu juga dengan warna bola matanya yang sama dengan sang kakak cukup terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

Ia hanya butuh kompresan es batu cristal beberapa menit atau paling lama satu jam dan semuanya akan kembali baik-baik saja.

Tapi itu keyakinan Hasya.

Tidak dengan Orang-orang disekitarnya termasuk mereka yang bekerja di rumah ini terutama Siska. Lihat saja wanita itu nampak sangat pucat dan khawatir berdiri tak jauh dari nona mudanya yang nampak masih tidak menyadari beberapa pelayan termasuk Siska ikut mengkhawatirkan dirinya.

Sebab Hasya masih sibuk mengompres darahnya yang membeku dilengannya sembari meringis pelan karena tak menampik ketika denyut sakit itu ia rasakan.

"Non ...," panggilan dari Siska itu baru sukses membuat Hasya sedikit terperanjat. "Mba Siska." sahutnya cepat saat ia mengangkat wajahnya untuk menatap Siska.

Nawasena Hasya NarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang