Tujuh

105 26 1
                                    

Hey Tuan tidak kah kau lihat...

Yang dulu kau Hardik Bangkai itu, Kini Sang Pencipta telah memupuk nya hingga terwujud dalam cahaya keharuman yang luar biasa.
Di Balut dalam pahatan sempurna tidak hanya dalam bukti Paras melainkan hati dan jiwa.
Meski semua ini belum usai
Tetapi mereka tidak lagi melewatinya dalam dingin nya lantai bertanah dan beratap Langit.
Kini Ada di dalam Istana yang tidak hanya megah namun terpancar cinta dan kasih di setiap sudut nya.
Pada Tikus yang menuding sebagai bangkai tidak layak di bumi, Lihatlah mereka tumbuh dengan paras hati yang Indah.
Menjelma bak dewi kasih pada setiap yang bernasib sama sedangkan angkara nya hanya tertancapkan pada sosok yang hanya menciptakan Lara saja tidak hanya di fisik melainkan di jiwa.

Langit sudah mewujudkan gulita yang sesungguhnya karena memang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sementara di salah satu kamar yang di desain sedemikian rupa apiknya ada dua sosok yang nampaknya tengah asyik bercanda hingga beberapa kali terdengar suara tawa dan kekehan selembut salju itu mampu meneduhkan siapapun yang akan mendengarnya.

Bahkan jika semua pilar serta setiap sudut rumah ini dapat bersaksi mereka akan mengatakan ikut berbahagi setiap kali mendengar suara tawa seperti ini.

"Tapi nanti kalau KaNa protes bagaimana?" tanya sosok Pria yang sedang menatap sang  lawan bicara dari samping dengan senyuman hangat yang tak lepas dari bibirnya.

Dan mereka adalah Hasya Litani bersama dengan Jagat Harka Bumantara.

Hasya hanya menoleh sebentar kepada Jagat lalu kemudian ia mengalihkan pandangannya lagi pada boneka kelinci kesayangannya, "Haze Jagat yang bujuk KaNa sampai KaNa nggak protes."

Jawaban itu sukses membuat Jagat tertawa.

Namun tidak dengan Hasya yang terlampau serius sepaket dengan ekspresinya yang lempeng saja.

"Kalau berhasil Hasya kasih hadiahnya apa ke Haze?" tanya Jagat sembari mengulum senyum saat melihat alis gadis yang tadi kembali fokus pada boneka kelincinya itu bertaut nampak berpikir sejenak.

Menggemaskan.

"Apa saja yang penting Haze tidak minta dunia karena Hasya tidak bisa membeli dunia," dan lagi-lagi jawaban Hasya membuat Jagat tergelak.

Demi Tuhan Dia merindukannya.

Merindukan tuan putrinya dan juga bidadarinya.

Jadi dengan gemas ia tarik lembut Hasya ke dalam dekapannya dari samping seperti ini, "Sini." ucapnya lalu melambuhkan kecupan gemas pada kening Hasya yang kini baru dapat mengukir senyum cantik lalu kembali fokus pada boneka kelincinya.

Keduanya tengah berada di kasur sebenarnya tadi bertiga dengan Narsa tapi ditengah keseruannya mereka, ponsel Narsa berdering jadilah mereka di tinggal berdua. Dan kesempatan itulah yang dimanfaatkan Hasya untuk meminta sesuatu yang membuat Jagat terkejut namun setelahnya ia berpura-pura menolak demi mendapatkan rayuan gadis itu.

Dan benar saja.

Jagat mendapatkan itu.

Sesuatu itu adalah sebuah motor matic sekuter yang memang Hasya sama sekali belum pernah menaikkinya sekalipun. Hasya mengenal motor tapi memang belum pernah menaikkinya jadi berbekal satu tokoh di novel digital favorite dari penulis favoritenya ia penasaran akan benda bergerak itu. Dan dengan lugunya meminta Jagat untuk membelinya.

Nawasena Hasya NarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang