Sketsa Abstrak dari arsiran kemudian membentuk ukiran yang penuh makna Bukan tentang aksa yang menuntut temu demi tuntasnya sebuah renjana namun ini tentang Jagat yang berupaya membangun semesta pada renjana tanpa mengikutsertakan nestapa.
"KaBi ingat, Mas Saga yang lupa ya," seru Binar lagi.
Ia tengah berdiri seraya berkacak pinggang lengkap bibirnya yang telah cemberut menatap galak kepada Sagara dan Hasya yang kini tengah tergelak duduk diatas tempat tidur.
"Mana KaBi juga ikutan lupa," balas Hasya dengan ekspresi menggoda, hidung gadis itu kembali dikerutkan.
Gemas sekali.
Dan lagi-lagi Saga terbahak lalu dengan cepat menarik lembut tubuh Hasya agar masuk ke dalam pelukannya dari samping. Sementara sang istri yang berdiri di depan tempat tidur tengah menipiskan bibirnya sembari menghentakkan kaki nya kesal.
"Hasya,"
"Saya, KaBi ...," sahut gadis itu spontan seraya mengulum senyum mengintip Binar dari celah tangan Saga yang kini memeluknya dari samping.
Saga lantas mengerling penuh arti kepada sang istri yang dibalas senyum cantik oleh Binar.
Tentunya ia mengerti maksud dari kerlingan suaminya itu.
"Biarpun Mas Saga, sudah sembunyikan Hasya tetap saja Hasya nggak akan pernah bisa lolos dari KaBi ya," seru Binar lalu ia beringsut naik ketempat tidur.
Hingga tawa ketiganya benar-benar pecah apalagi saat Binar benar-benar merebut tubuh Hasya dari Saga yang memang sengaja melonggarkan pelukannya. Lantas menyerang Hasya dengan kecupan gemas di wajah gadis manis itu.
Senyum Narsa merekah saat ia melangkah masuk ke kamar Hasya Litani dan atensinya langsung disuguhkan dengan pemandangan menyejukkan di depan sana.
Entah sedang bercanda mengenai apa ketiga orang di sana itu tapi yang jelas apapun itu topiknya pasti tak pernah gagal membuat hati Narsa terasa bahagia ketika mendapati ketiga nama itu mencipta momen istimewa seperti ini.
"Bahas apa sih seru sekali kedengarannya?"
Suara lembut Narsa itu sukses membuat ketiga kepala itu berpaling kearah sumber suara. Ketiganya lantas tak kalah merekahkan senyum manis untuk merangkum wajah Narsa.
"KaNa,"
"Ibuu,"
"KaNa,"
Sambutan seruan bersahutan itu membuat Narsa tertawa merdu. Saga lah yang lebih dulu melompat turun dari atas ranjang melihat itu Binar dan Hasya kompak melotot protes, "Hey aku duluan yang peluk KaNa ya Mas."
"Oh enak saja, Hasya duluan, mau berlomba...," tawar gadis itu kepada Binar yang langsung mendapat gelengan keras dari Binar. "Enak saja." cetusnya.
Mendapati reaksi Binar yang seperti itu kembali membuat tawa Hasya menguar lembut.
Sementara Saga mengabaikan saja istri dan adik Hasya nya itu ketika ia telah dekat dengan Narsa yang kini merentangkan tangannya bersiap menerima pelukan Saga.
"Sedang membahas Binar yang lupa saat kita di Jepang, terus Binar dan Saga lupa kalau waktu itu Daddy malah cari kita ke perancis, Ibu," tutur Saga, kini ia telah masuk ke dalam pelukan Narsa yang telah tertawa merdu.
Mengenai itu tentu saja Narsa juga mengingatnya.
"Saga lapar Ibu," ucapnya yang malah mirip seperti rengekan saat laki-laki berwajah baby face itu mengurai peluk nya dan memandang Narsa dengan ekspresi lucu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena Hasya Narsa
ChickLitNote: Yang Baik diambil yang kurang baik dijadikan pelajaran (Mengandung Adegan Kekerasan) Hasya Narsa adalah dua Jiwa yang berbeda Dua ukiran wajah yang tak sama namun mereka sama Terpahat dalam kehalusan dan tersuguhkan dalam kelembutan Akan tet...