1. The Wedding

3K 180 20
                                    

Di dalam sebuah caffe mewah itu, terlihat seorang pria muda nan tampan sedang duduk bersama seorang wanita paruh baya didepannya. Keduanya tampak sedang membicarakan sesuatu sambil ditemani secangkir teh hijau dan juga secangkir kopi hangat.
“Apa?? Menikah? Ibu sedang tidak bercanda kan?” tanya seorang pria tampan dengan setelan jas itu
“Ya, kau akan segera menikah” jawab wanita separuh baya yang dipanggilnya ibu itu
“Dengan siapa bu? Aku belum membicarakan ini dengan Irene”
“Siapa bilang kau akan menikah dengan Irene?”
“Maksud ibu? Jika bukan dengan Irene, lalu dengan siapa?”
“Dengar Suho, aku tidak pernah menginginkan kau menikah dengan gadis itu. Ibu sudah memilihkan perempuan yang tepat untukmu” ujar wanita paruh baya itu, sedangkan pria yang dipanggilnya Suho itu nampak terkejut dengan apa yang dikatakan sang ibu
“Ibu bercanda kan? Irene adalah kekasihku, jadi tentu saja aku akan menikahi dia”
“Tidak, kau tidak akan pernah menikahi Irene. Kau akan menikah dengan gadis pilihan ibu”
“Tidak bu! Aku tidak mau jika itu bukan Irene!” tegas Suho, pria itu beranjak dari duduknya
“Temui gadis pilihan ibu malam ini, jika kau mau Irene selamat” ucapan sang Ibu menghentikan langkah Suho
“Apa yang ibu katakan?” tanya Suho tak percaya
“Ibu rasa kau sangat mengerti dengan apa yang aku katakan. Ibu akan mengirimkan alamat caffenya kepadamu” setelah mengatakan itu, wanita paruh baya itu berjalan meninggalkan caffe tersebut.
Suho tampak kembali duduk pada bangkunya, pria itu mengacak rambutnya kasar.
“Damn It!” geramnya marah, ia membuka ponselnya dan menghubungi seseorang
“Batalkan semua agendaku hari ini” titahnya pada seorang yang ia hubungi, setelah itu ia pergi meninggalkan caffe itu.

~~~

Desiran ombak menyapu pada bibir pantai mengenai sepasang kaki jenjang tanpa alas kaki itu, seorang gadis cantik pemilik kaki jenjang itu  terdiam di bibir pantai, mata dengan bulu lentik itu terpenjam demi menikmati hembusan angin pantai yang mengenai wajah mulusnya.
“Apakah pilihanku ini benar?” gumam gadis bersurai panjang itu, suasana kembali hening beberapa saat, hanya suara ombak yang menyapa kakinya saja yang terdengar
“Aku berharap keputusanku ini benar. Aku mohon restu dari kalian, Ayah, Ibu.” Kembali gadis itu bergumam.
“Jiyeon-ah~~~~” sebuah teriakan dari seorang pria membuat gadis yang dipanggil Jiyeon ini membuka matanya, kepalanya menoleh untuk melihat siapa orang yang sudah memanggilnya dengan keras itu. Jiyeon melihat seorang pria dengan postur tubuh tinggi itu menghampiri dirinya dengan sedikit berlari.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya pria itu setelah berada disamping Jiyeon
“Hanya mencari udara. Kau sendiri kenapa kemari?” tanya Jiyeon pada pria itu
“Tentu saja aku mencarimu” jawabnya dengan sebuah senyuman yang menampakkan gigi dan dimplenya itu
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Jiyeon memastikan
“Tidak, aku hanya merindukanmu” jawab pria cepat.
“Oh ya ampun Park Chanyeol, setiap hari kita ini bertemu dan kau masih merindukanku?” balas Jiyeon pada pria yang dipanggilnya Chanyeol itu.
“Kenapa? Kau tidak mau aku rindukan ya?”
“Terserahlah Chan” jawab Jiyeon asal, Chanyeol meletakkan tangannya pada bahu Jiyeon. Keduanya kembali menghadap pada hamparan pantai yang ada didepannya
“Kau merindukan Ayah dan Ibumu?” tanya Chanyeol pada Jiyeon
“Selalu, setiap hari aku selalu merindukan mereka, Chan” jawab Jiyeon lirih, Chanyeol menolehkan kepalanya untuk menatap wajah Jiyeon, ia tau bahwa sahabatnya itu sangat merindukan kedua orang tuanya yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu, ketika umur Jiyeon masih 15 tahun.
“Aku yakin paman dan bibi juga sangat merindukanmu Ji”
Jiyeon menolehkan kepalanya, dan kedua orang itu saling menatap satu sama lain. Jiyeon tersenyum dan Chanyeol pun ikut tersenyum.
“Chan, aku harus pergi ke Seoul siang ini” ujar Jiyeon
“Apa? Seoul? Untuk apa kau pergi kesana Ji?” tanya Chanyeol cukup terkejut
“Aku harus bertemu dengan paman dan bibi Kim. Mereka menyuruhku untuk kesana”
“Tapi kenapa harus kau yang kesana? Bukankah selama ini mereka yang datang kemari?” tanya Chanyeol dengan nada khawatir. Jiyeon yang melihat kekhawatiran Chanyeol pun mengambil tangan pria itu untuk ia genggam
“Mungkin mereka sibuk, lagipula tak masalah jika aku pergi kesana, mengingat selama ini mereka selalu datang kemari untuk menemuiku. kau tak perlu khawatir Chan” jelas Jiyeon, Chanyeol masih menatap Jiyeon dengan pandangan khawatirnya
“Inilah saatnya aku membalas budi kepada Paman dan Bibi Kim” lirih Jiyeon, gadis itu melepaskan genggamannya dari Chanyeol dan kembali menatap hamparan pantai di depannya.
Chanyeol terdiam, dia tidak ingin ditinggalkan oleh sahabatnya itu, tapi disisi lain ia tak berhak untuk melarang keputusan Jiyeon. Bagaimana pun juga Paman dan Bibi Kim adalah orang yang membantu membesarkan Jiyeon setelah kepergian kedua orang tua gadis itu, Chanyeol hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk satu-satunya gadis yang ada dihidupnya itu.
~~~
Suho-pria dengan setelan jas berwarna hitam itu melangkahkan kakinya memasuki sebuah apartemen mewah. Wajah tampan dengan alis tegas itu nampak terlihat menahan emosi. Mata tajamnya menelisik kedalam apartemen itu, seakan mencari seseorang.
“Kau sudah datang?” tanya seorang gadis yang keluar dari sebuah kamar. Suho menyuruh gadis itu mendekat kearahnya. Menggenggam tangan itu kemudian mendaratkan bibirnya pada bibir sang gadis, bibir yang awalnya hanya menempel itu berubah menjadi ciuman panas ketika Suho sudah melibatkan lidah panasnya pada bibir sang gadis.
“Aku merindukanmu” lirih Suho setelah melepaskan ciumannya, ia duduk pada sebuah sofa didalam apartemen itu, meembawa gadis itu ke pangkuannya
“Kau ada masalah?” tanya gadis itu sambil memainkan rambut Suho dan pria itu menggelengkan kepalanya
“Aku sangat mencintaimu Irene” tegas Suho pada gadis yang bernama Irene itu
“Aku juga mencintaimu” balas Irene kemudian mencium dahi Suho dengan lembut
“Apa ibumu melarangmu untuk menemuiku lagi?” tanya Irene karena ia melihat ada yang tidak beres pada Suho
“Tidak, dia tidak melarangku. Toh jika dia melarangku aku tidak akan pernah mengikuti keingannya” jawab Suho asal
“Yak kau tidak boleh begitu, dia juga Ibumu”
“Lalu jika aku menuruti keingan ibuku untuk tidak menemuimu, kau mau?” tanya Suho sambil menatap wajah Irene, gadis itu terdiam sesaat lalu sebuah senyuman muncul di bibirnya
“Jika itu yang terbaik, maka aku tidak masalah”
“Apa kau tidak mencintaiku?” tanya Suho tampak tak suka dengan jawaban Irene
“Tentu saja aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Hanya saja, aku rasa hubungan kita tak akan berhasil jika tanpa restu dari ibumu” jelas Irene sambil menundukkan kepalanya. Melihat itu pun, Suho mengangkat dagu Irene agar bisa menatap wajah cantik kekasihnya
“Hey, dengan atau tanpa restu dari Ibu pun aku akan selalu bersamamu. Aku tidak peduli dengan siapapun, yang aku inginkan hanya dirimu” ujar Suho terdengar tulus, mendengar apa yang dikatakan Suho pun membuat Irene meneteskan air matanya. Gadis itu segera menenggelamkan wajahnya pada bahu Suho.
“Aku sangat mencintaimu Irene, dan akan selalu mencintaimu” ujar Suho tulus sambil membalas pelukan gadisnya.
~~~
“Apa kau tidak akan menginap?” tanya Irene ketika Suho berpamitan pulang
“Aku ada janji makan malam dengan klienku” balas Suho sambil mengenakan jasnya kembalo
“Aku akan mengunjungimu besok, aku pergi dulu” Suho memberikan sebuah ciuman pada dahi Irene
“Berhati-hatilah” setelah melihat kepergian Suho, Irene terlihat menghela nafas pelan.
Dia dan Suho sudah menjalin hubungan selama 4 tahun, dan selama itu pula hubungannya tidak pernah mendapat restu dari orang tua Suho, berkali-kali Irene dipaksa untuk meninggalkan Suho dan beberapa kali juga ia berusaha mengikuti keinginan Ibu Suho, tetapi beberapa kali juga ia gagal karena perasaan cintanya pada pria itu. Dia tau pasti apa alasan orang tua Suho untuk meninggalkan anaknya, tapi perasaan cintanya tidak bisa dipaksakan, ia tidak bisa meninggalkan satu-satunya pria yang ia cintai itu.
~~~
@Sky Restaurant - Seoul
Saat ini Jiyeon terlihat sedang menunggu seseorang, beberapa jam yang lalu ia datang ke Seoul. Setelah membawa beberapa barangnya pada sebuah apartemen, ia mendapatkan pesan dari Bibi Kim untuk datang ke Sky Restaurant. Mata indahnya menelisik setiap sudut Restaurant indah itu. Tidak begitu ramai, hanya beberapa orang saja yang ada di Restaurant ini. Dirinya begitu kagum dengan desain interior Restaurant ini, juga pada para pelanggan yang terlihat amat berkelas dengan apa yang mereka kenakan, sama halnya dengan Jiyeon saat ini, gadis itu mengenakan drees tanpa lengan berwarna hitam dengan aksesoris yang melingkar di leher jenjangnya.
“Apa kau sudah menunggu lama?” sebuah suara mengalihkan atensinya dari sudut restaurant itu, terlihat Bibi Kim mengambil tempat tepat disampingnya.
“Ah tidak, Bi. Selamat malam” sapa Jiyeon dengan diiringi senyum manisnya
“Hmm. Sebentar lagi, putraku akan datang” ujar Bibi Kim yang dibalas anggukan oleh Jiyeon
“Jiyeon-ah, sebelumnya aku mengucapkan terimakasih karena kau sudah mau datang jauh jauh ke Seoul untuk menemuiku. dan aku berharap kau sudah setuju dengan apa yang kita bicarakan beberapa waktu yang lalu”
“Ne, saya sudah setuju bi”
“Terimakasih Jiyeon-ah, aku berharap kau tidak terpaksa dengan keputusanmu” ujar bibi Kim sambil menggenggam tangan Jiyeon sedangkan gadis itu hanya tersenyum tipis.
Kegiatan mereka terinterupsi dengan suara decitan kursi yang ada di depan Jiyeon, seorang laki-laki yang tak lain adalah Suho membuat mata Jiyeon beralih menatapnya.
“Suho-ya, kenapa kau datang terlambat?” tanya bibi Kim pada Suho
“Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan Bu” jawab Suho asal, wajahnya tak menampakkan senyum sama sekali
“Aah begitu. nah kenalkan, ini Jiyeon, gadis yang Ibu ceritakan tadi pagi. Dan Jiyeon, dia Suho, putraku”
Jiyeon menundukkan kepalanya tanda sapanya pada Suho, mata lentiknya itu menatap wajah dingin Suho dengan sedikit takut sedangkan Suho hanya melirik sekilas pada Jiyeon.
Mereka bertiga pun memesan makan malam, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring mengiringi suasana makan malam mereka. sesekali Bibi Kim membicarakan soal Suho maupun Jiyeon. dan Jiyeon pun sesekali melirik pada Suho, gadis itu merasa kagum dengan wajah tampan nan dingin yang ada didepannya itu.
“Pernikahan kalian akan dilaksanakan minggu depan. Ibu sudah mempersiapkan segalanya, kalian hanya perlu mempersiapkan diri untuk acaranya” ujar wanita paruh baya itu setelah menyelesaikan makannya. Suho hanya terdiam sambil menatap gelas wine yang ada ditangannya
“Jiyeon-ah, kau tidak keberatan bukan? Bibi sudah mengatakan ini sebelumnya padamu” dan Jiyeon pun menggeleng pelan. Suho mengalihkan pandangannya pada Jiyeon, menatap Jiyeon penuh tanya
“Jadi dia sudah tau sebelumnya?” batinnya dengan geram
“Ahh ibu sudah lelah sekali, kalian lanjutkan saja mengobrol, ibu harus pergi. Dan Suho, nanti antarkan Jiyeon ke apartemen Nara-mendiang adik Suho-. Ibu pergi dulu” Nyonya Kim mengambil tasnya dan beranjak dari kursi itu. Jiyeon berdiri untuk memberikan hormat pada Nyonya Kim, setelah itu ia kembali duduk.
Selang beberapa menit setelah kepergian Nyonya Kim, baik Suho maupun Jiyeon hanya terdiam. Pria tampan itu sesekali menyesap wine yang ada ditangannya sedangkan Jiyeon lebih memilih diam sambil memainkan jari yang ada dipangkuannya.
“Jadi kau sudah tau jika kau akan dijodohkan denganku?” tanya Suho membuka suara, terdengar jelas tidak ada suara ramah yang keluar dari bibirnya
“Ne, Bibi Kim datang seminggu yang lalu ke Busan untuk memberitau perihal perjodohan ini” jawab Jiyeon lirih, Suho hanya mendengus kasar mendengar jawaban Jiyeon
“Jadi kau gadis yang sering ibuku kunjungi di Busan?” tanya Suho dan Jiyeon mengangguk
“Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Ibuku? Kenapa juga ibuku harus selalu pergi mengunjungimu? Dan kenapa juga dia harus menjodohkanku dengan gadis sepertimu?” kata Suho dengan sedikit sindiran pada Jiyeon, matanya menatap Jiyeon dengan tajam
“Apa seperti di drama-drama, keluargaku punya hutang pada keluargamu dan kami harus membayarnya dengan menikahimu?” Jiyeon hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan Suho, ia tak bisa mengatakan apapun, karena dirinya sendiri pun bingung kenapa Paman dan Bibi Kim bisa membantunya untuk bertahan hidup setelah kepergian orang tuanya 10 tahun yang lalu.
“Dengar ya, walaupun aku mengikuti keinginan ibuku untuk menikahimu bukan berarti aku menerimamu. Kau sama sekali bukan tipeku, dan juga aku sudah mempunyai kekasih. Jadi tidak usah berharap lebih kepadaku” tegas Suho pada Jiyeon, pria itu berdiri dari duduknya
“Kau bisa pulang naik taksi, aku tidak mau mengantarmu pulang” Suho meletakkan beberapa lembar won pada meja dan meninggalkan Jiyeon di restaurant itu.
TES! TES! Entah kenapa air mata meluncur dari mata indah Jiyeon, ini pertama kalinya dia bertemu dengan Suho tapi dia tidak tau kenapa Suho menatap Jiyeon dengan pandangan tidak suka, ia juga merasa sakit hati dengan apa yang diucapkan Suho kepadanya.

One Week Later~

Suasana meriah tergambar jelas dalam sebuah gedung dengan dekorasi mewah itu, beberpa tamu datang pada hari pernikan Suho dan Jiyeon yang dilaksanakan hari ini. Terlihat Nyonya Kim berbincang-bincang dengan beberapa tamu, wajahnya yang masih terlihat fresh di umurnya yang menginjak 50 tahun itu menampakkan kebahagian.
Beberapa saat kemudian, seluruh tamu berkumpul pada tempat yang sudah disediakan ketika pembawa acara pernikahan itu mengatakan jika acara akan segera dimulai.
Suho terlihat berdiri didepan altar, mengenakan setelan jas berwarna putih dengan sebuah bunga disaku sebagai hiasan terlihat sangat tampan, namun tak ada senyum sama sekali pada wajah tampan itu.
Pintu gedung itu terbuka, menampakkan gadis cantik yang tak lain adalah Jiyeon sedang berjalan didampingi seorang pria paruh baya disampingnya. Gadis itu terlihat ribuan kali lebih cantik dari biasanya, mengenakan gaun pernikahan bergaya ball grown itu sangat pass membalut tubuh langsingnya, seluruh mata memandang kearah Jiyeon, mereka semua nampak terkagum dengan paras cantik pengantin wanita itu.
Pria baya yang mendampingi Jiyeon itu memberikan tangan Jiyeon pada Suho, dengan sedikit malas Suho menerima tangan itu, pria itu memandang sekilas pada Jiyeon.
Upacara pemberkatan yang dilakukan pastur pun selesai, sang Pastur mempersilahkan Suho untuk mencium Jiyeon sebagai tanda jika mereka sudah sah sebagai sepasang suami istri.
Suho pun menangkup wajah Jiyeon untuk mendekat ke arahnya, ia memiringkan wajahnya ke arah Jiyeon. sedangkan gadis itu hanya bisa terdiam
“Apa benar dia akan menciumku?” batinnya resah, detak jantungnya kini berdetak tak beraturan, Jiyeon pun mulai memejamkan matanya tatkala melihat wajah Suho yang beberapa centi didepannya. Suho meletakkan jempolnya pada bibir Jiyeon dan mengecup cepat jembol yang ada dibibir gadis itu.
Jiyeon membuka matanya saat sadar apa yang dilakukan oleh Suho, gadis itu menatap Suho yang masih beberapa centi didepannya.
“Jangan berharap lebih, gadis bodoh” bisik Suho membuat hati Jiyeon merasa sakit, setelah itu Suho menjauhkan wajahnya dan mengulas senyum palsu kearah tamu yang datang.
Disisi lain seorang gadis yang berdiri tak jauh dari altar meneteskan air matanya, hatinya sungguh merasa sesak melihat kejadian baru saja, lalu setelah itu ia melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan tempat itu.
“Irene?” lirih Suho saat melihat gadis yang ia cintai itu datang keacara pernikahannya, dan dia juga melihat kekasihnya itu meneteskan air matanya. Suho hendak melangkahkan kakinya untuk menyusul Irene, tetapi matanya menatap sang Ibu yang sedang memberikan tatapan ancaman kepadanya. Suho hanya menghela nafas kasar sambil melihat Irene yang keluar dari gedung ini.
.
.
.
.
TBC


Maafkan bila ada typo. Dan mohon dimaklumi jika ceritanya membosankan. Aku tau jika cerita dengan isi kayak gini udah klise banget, tapi sebisa mungkin aku membuatnya beda dengan yang lain, karena cerita ini murni ideku sendiri.
Selamat menikmati ceritanya~~
Dan salam kenal semuanya~~~

About SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang