20. Choice

945 142 19
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.



Jiyeon menyusuri jalanan kota Seoul dengan pelan, setelah pertemuannya dengan Irene membuat suasana hati Jiyeon semakin tidak baik. Sejujurnya, Jiyeon bisa merasakan bagaimana terlukanya hati Irene saat dia mengatakan akan melepaskan Suho untuknya.

"Hhhh...." gadis itu menghela nafas berat. Pikirannya berkecamuk antara Suho juga Chanyeol.

Jika boleh jujur, Jiyeon memang masih mencintai Suho, dia bisa saja memaafkan Suho atas perlakuan buruk Suho dulu, toh pria itu beralasan jika dia melakukan itu untuk Irene. Dan untuk kejadian ketika Suho merenggutnya secara paksa, Jiyeon memang merasa sangat kecewa akan hal itu, tapi pria itu melakukannya karena pengaruh alkohol. Tapi, untuk kejadian ketika Suho merenggut nyawa kedua orang tuanya? Apa Jiyeon bisa memaafkan hal itu?

"Hhhh...." Jiyeon kembali menghela nafas.

Belum selesai dengan masalah hatinya dengan Suho, masalah lain datang ketika Jiyeon akhirnya mengetahui jika Chanyeol, yang notabenenya adalah sahabat terbaiknya juga mencintai dirinya.

Selama dia mengenal Chanyeol, pria itu sama sekali tidak pernah membuat hati Jiyeon terluka. Pernah satu kali Jiyeon menangis karena Chanyeol, itu pun karena Chanyeol yang terluka parah karena tertabrak oleh mobil ketika dia menyelamatkan Jiyeon. Tapi, Jiyeon sendiri tidak yakin dengan perasaannya pada Chanyeol.

"Apa yang harus aku lakukan?" guman Jiyeon.


***


Jiyeon memasuki apartemen milik Kai dengan langkah gontai. Gadis itu mengambil minum di dapur, meletakkan gelasnya lalu membawa tubuhnya untuk duduk di sofa yang berada ditengah ruang itu.

Tubuhnya ia senderkan pada sofa panjang itu, tangannya terangkat untuk menutupi sebagian wajahnya. Perlahan kedua mata itu menutup, dan tak lama setelah itu Jiyeon tertidur dengan damai.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jiyeon membuka matanya, gadis itu mengedarkan pandangannya ketika ia sadar bahwa dia terbangun ditempat asing. Sebuah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga, hanya ada sebuah kursi yang saat ini tengah ia duduki diantara hamparan luas taman ini.

Jiyeon mengerutkan keningnya, tak ada siapapun. Perlahan, gadis itu beranjak dari duduknya. Melangkahkan kakinya dengan pelan, seolah berhati-hati dalam setiap langkah yang ia ambil.

"Jiyeon?" sebuah suara yang tidak asing menyapa pendengaran Jiyeon. Dengan perlahan, gadis itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Kedua mata itu membulat tatkala melihat dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, tersenyum dan berdiri beberapa meter didepannya.

"Ayah? Ibu?" guman Jiyeon tak percaya.

Kedua orang yang dipanggil ayah dan ibu oleh Jiyeon itu melambaikan tangannya, seakan menyuruh Jiyeon untuk mendekat. Dengan sedikit ragu, Jiyeon mulai berjalan mendekati kedua orang tuanya.

"Ayah... Ibu..." lirih Jiyeon ketika dirinya berdiri tepat didepan kedua orang tuanya.

"Ya, ini kami nak" ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibu Jiyeon. Mendengar suara yang sudah lama sekali tidak didengarnya itu membuat mata Jiyeon mulai berkaca-kaca.

"Apa ini nyata? Aku benar-benar bertemu dengan ayah dan ibu?" tanya Jiyeon masih dengan nada tidak percayanya. Sedangkan kedua orang tua Jiyeon hanya menampilkan senyum tulusnya.

"Kami datang menemuimu karena kami tau, kau sedang dalam perasaan bimbang" ujar Ayah Jiyeon.

Ibu Jiyeon mengambil langkah untuk mendekati Jiyeon, lalu wanita paruh baya itu mengambil tangan Jiyeon untuk digenggamnya.

About SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang