PROLOG

9.9K 664 21
                                    

"Jungkook!!"

Pria itu terkesiap ketika panggilan sang kekasih menyapanya. Gadis itu berlari ke arah kekasihnya dengan sebuah gitar yang berada dalam genggamannya.

"Lihat. Aku membelikanmu gitar baru."

Pria Jeon itu menatap binar pada gitar itu dan gadis itu yang menyodorkan langsung pada pria-nya.

Jungkook mengambil gitar itu, masih dengan matanya yang berbinar. Ia menatap pada gadis-nya sebelum memeluk sang kekasih dengan satu tangannya yang bebas.

"Kau memang yang terbaik, Jisoo."

"Aku tahu." Jisoo melepas pelukan di antara keduanya, menarik Jungkook untuk duduk di sofa ruang tengah dan dirinya yang menyusul pria itu.

"Ja, coba kau mainkan. Aku tidak sabar mendengar kau bermain lagi. Aku selalu merasa sedih ketika melihat wajah sedihmu ketika gitarmu rusak."

Jungkook tersenyum sebelum mulai memfokuskan dirinya pada gitar baru pemberian sang kekasih. Dimana Jisoo kini sudah memangku wajahnya dengan kedua tangan miliknya, menunggu permainan gitar dari sang kekasih.

Petikan gitar itu mulai terdengar. Nada-nada musik itu mengalun indah di telinga Jisoo dan gadis itu mulai menutup matanya.

Inilah kegiatan yang biasa pasangan kekasih itu sering lakukan. Hubungan mereka baru saja menginjak 6 bulan. Terpaut usia dimana Jisoo lebih tua dua tahun dari Jungkook, tak menghalangi keduanya untuk merajut tali kisah cinta mereka.

Bukankah cinta tak memandang apapun? Dari mata langsung turun ke hati. Begitulah yang dirasakan keduanya. Cupid cinta seolah sedang berkeliling di antara keduanya saat ini. Senyum dan tawa tak pernah lepas dari hubungan mereka.

Ya, mereka tengah bahagia saat ini



Namun mereka melupakan fase dimana sepasang kekasih bisa saja melakukan pertengkaran kecil yang menjurus pada masalah yang besar. Hal-hal sepele bisa menjadi sebuah alasan pertengkaran baru bagi mereka.

"Jungkook, letakkan pakaian kotormu dengan benar."

"Jungkook, kenapa kau membuat kamar menjadi berantakan?"

Pria itu mendecak ketika omelan-omelan itu terus saja keluar dari mulut seorang gadis yang sayangnya adalah kekasihnya.

"Ck, tak bisakah kau lihat aku sedang sibuk?"

"Sibuk apa? Duduk di depan kertas-kertasmu yang membosankan itu?"

BRAK

Sang gadis Kim terkesiap ketika sebuah gebrakan meja terdengar di telinganya.

"Bisakah kau mengerti aku? Ada apa denganmu?"

"Apa lagi yang harus kumengerti? Aku hanya menyuruhmu untuk meletakkan pakaian kotormu di tempat yang benar."

"Tapi kau terlalu berisik."

Diam. Jisoo merasakan perasaannya berubah menjadi sedikit lebih sakit mendengar penuturan dari sang kekasih. Memangnya, apa yang dilakukannya salah?

"Kalau begitu, kenapa kita tidak berpisah saja jika kau tidak tahan dengan wanita berisik sepertiku?"

Kata-kata itu keluar begitu lancar dari mulut Jisoo, membuat pria itu mengeraskan rahangnya ketika dengan gampangnya gadis itu mengucapkan kata berpisah darinya.

"Baiklah jika itu maumu. Aku juga sudah tidak tahan dengan semua ini."

Jungkook beranjak, mengemasi semua barang-barangnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Jisoo yang masih terdiam disana.

Ada jeda beberapa detik setelah Jisoo mendengar pintu rumah yang tertutup, sebelum akhirnya ia jatuh terduduk dengan sebulir airmata yang sudah jatuh dari pelupuk matanya.

Ya, keduanya telah putus dan mengakhiri hubungan mereka.


--To Be Continued--

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang