Jisoo menarik kopernya bersamanya keluar menuju lobby bandara. Pandangannya terus mencari seseorang yang akan menjemputnya saat ini.
Hingga pandangannya terhenti pada seorang gadis yang melambaikan tangannya padanya dan membuat Jisoo tersenyum dan membalas lambaian gadis itu.
Jisoo menarik kopernya untuk mendekat pada sang gadis dan selanjutnya yang terjadi adalah keduanya yang dengan cepat saling berpelukan.
"Astaga, Jisoo. Sudah berapa lama ini? Aku benar-benar merindukanmu."
Jisoo tersenyum menanggapi sahabatnya tersebut. Keduanya mulai melepaskan pelukan mereka dengan masih memasang senyumnya.
"Kau berlebihan. Aku baru meninggalkan Korea 2 tahun, bukan 15 tahun."
"Tapi tetap saja, kepergianmu itu benar-benar sangat tiba-tiba. Aku bahkan hampir saja menyuruh seorang detektif agar mencarimu karena kau yang menghilang."
Jisoo hanya memberengut dan memilih untuk menarik kopernya. Meninggalkan sang sahabat yang malah terkekeh melihatnya dan beranjak merangkul lengan Jisoo. Keduanya tersenyum secara bersamaan sebelum akhirnya berjalan beriringan bersama.
.
.
Suasana disana terlihat tenang dengan ribuan abu yang terpajang pada kotak-kotak kaca yang ada disana. Suasana itu juga kini yang tengah pria itu inginkan saat ini. Menatap pada satu, ah tidak, lebih tepatnya tiga kotak kaca yang saling bersebelahan. Buket bunga juga sudah ia letakkan disana. Namun sepertinya, langkahnya masih belum mau meninggalkan gedung itu. Mungkin mengenang beberapa memori yang ia ciptakan bersama kedua orangtua serta kakak laki-lakinya itu. Sebelum akhirnya malam mengerikan itu menghancurkan segala kebahagiaannya.
Dia terpuruk. Ditinggalkan oleh keluarganya hanya dalam waktu semalam. Tapi siapa yang menyangka, ia menemukan pujaan hatinya saat berada di rumah sakit saat itu. Tapi sayangnya pula, kisah cintanya juga tak berjalan mulus seperti apa yang ia inginkan. Dan dirinya bahkan masih sendirian selama 2 tahun ini setelah hubungannya dengan sang gadis telah berakhir.
Drrt...Drrt...
Pria itu terkesiap dengan nada dering ponselnya. Membuatnya menarik diri dari memori lamanya untuk mengangkat panggilan yang merupakan bibinya itu.
"Yeoboseyo, bibi?"
"Jungkook, kau dimana? Bibi sudah sampai disini. Kau jadi, kan?"
"Ne. Aku masih mengunjungi eomma dan appa juga hyung. Sebentar lagi aku akan kesana."
"Baiklah kalau begitu. Maaf mengganggumu kalau begitu."
"Tak apa. Aku tutup, bibi."
Panggilan itu terputus. Sang pria menatap untuk kesekian kalinya pada tiga kotak kaca dihadapannya sebelum akhirnya berlalu pergi.
Ia berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam coat yang ia kenakan. Sedikit mempercepat langkahnya, tak mau membuat Bibinya menunggu lama.
Namun langkahnya terhenti ketika ia bisa mencium aroma yang pernah ia rasakan sebelumnya. Pria itu berbalik, memastikan apa yang ia pikirkan benar adanya atau tidak. Tapi tak ada siapapun selain seorang gadis yang baru saja berbelok ke arah lain dan menghilang. Pria itu mengerutkan keningnya, memilih untuk tak terlalu mempermasalahkannya dan kembali berjalan pergi.
.
.
"Aku akan disini. Kau bisa masuk ke dalam."
"Terima kasih karena mau mengantarku. Aku akan usahakan agar cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
hate you or love you ❌ sookook
Fiksi Penggemar[18+] ✔ Bagaimana jadinya jika pasangan yang telah lama putus kembali dipertemukan? Jeon Jungkook dan Kim Jisoo, Dua orang yang telah memutuskan tali kisah cinta mereka kembali dipertemukan. Dan lebih gilanya lagi, mereka akan tinggal bersama dalam...