Eleven

3.5K 358 0
                                    

Ting Tong

Pria itu tampak sedikit terusik dengan suara bel yang berasal dari apartement miliknya. Ia memilih untuk mengabaikannya. Menutup matanya lagi dengan selimut yang menutupi hingga kepalanya.

Ting Tong

Lagi, bel apartementnya berbunyi. Ia mendecak kesal setelahnya dan dengan cepat menyibak selimutnya. Berjalan dengan cepat keluar dari kamarnya dan membuka dengan cepat pintu apartementnya.

Ia terdiam saat melihat siapa yang mendatanginya. Menghela napasnya setelahnya dan beranjak menutup pintu kembali. Namun sang tamu dengan cepat menahannya.

"Ck, untuk apa kau kesini?"

"Jimin, biarkan aku masuk. Kau sudah hampir seminggu ini tak keluar dari rumahmu."

"Pergilah. Aku tidak ingin bertemu siapapun saat ini."

Jennie masih berusaha untuk memaksa masuk. Sementara Jimin disana juga masih mencoba untuk menutup kembali pintu apartementnya.

"Jisoo juga mencarimu selama seminggu ini."

Dan pria itu terdiam. Membuat Jennie mengambil kesempatan itu dan membuka pintunya, membuat Jimin sedikit menjauh karenanya.

Gadis itu masih menetralkan dirinya. Menatap pada Jimin yang terlihat sangat berantakan. Bahkan gadis itu juga meringis setelah melihat bagaimana keadaan apartement milik pria itu.

"Ck, ada apa denganmu? Kau terlihat seperti orang yang tak mempunyai semangat hidup. Wae? Apa karena Jisoo?"

Jimin tak menjawabnya. Menatap ke arah lain. Menghindari tatapan Jennie padanya. Dan Jennie yang hanya mendapatkan keterdiaman itu pun memilih menyerah.

Ia meletakkan tasnya begitu saja. Mulai membersihkan kekacauan yang dibuat Jimin sebelumnya pada apartementnya.

"Kau benar-benar bodoh. Hanya karena Jisoo menolakmu, kau menghancurkan dirimu sendiri? Kau tahu? Aku begitu mengkhawatirkanmu. Jisoo juga sama khawatirnya denganku. Kau bahkan tak menjawab panggilan dariku maupun Jisoo."

Jennie tak sadar, sebulir airmata jatuh begitu saja membasahi pipinya. Ia bahkan tercekat sendiri oleh ucapannya. Dengan cepat pula ia menghapus airmata itu. Melanjutkan kembali pekerjaannya.

Sedangkan Jimin, pria itu menyadari airmata itu. Namun ia tak bergerak sama sekali dari tempatnya dan hanya melihat Jennie.

"Kau akan tetap diam disana?"

Jennie beranjak mendekat. Menarik Jimin bersamanya untuk masuk ke dalam kamar pria itu.

"Sekarang, kau harus bersihkan dirimu. Aku akan buatkan makan malam untukmu."

Jennie sedikit mendorong pria itu untuk masuk ke dalam kamar mandi. Menutupnya dengan cepat sebelum pria itu bisa mencegahnya.

"Ingat, kau harus bersihkan dirimu. Dengan cepat. Aku menunggumu di luar."

Jennie tersenyum setelahnya. Setidaknya ia ingin berada di sisi pria itu ketika ia terpuruk.

Gadis itu beranjak keluar dari kamar Jimin setelah menutupnya. Dan kini langkahnya membawanya menuju dapur. Seperti apa yang gadis itu ingin lakukan.

"Ck, bahkan dia tidak memiliki bahan makanan lain." Ucapnya setelah melihat bagaimana isi lemari dingin milik pria itu.

Jennie memilih untuk memasak bahan apa saja yang ada disana. Dan kini ia pun telah berkutat dengan kegiatannya di dapur. Menit demi menit berlalu dan masakan yang dibuat gadis itu pun hampir selesai

"Kau tak perlu melakukan ini semua."

Jennie berbalik, mendapati Jimin yang duduk di salah satu kursi meja makan. Pria itu tampak lebih segar. Tidak seperti sebelumnya yang tampak berantakan.

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang