Nineteen

3.3K 286 7
                                    

Jisoo membuka kedua matanya. Langit di luar sana masih gelap. Lalu ia kembali menatap pada jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Hingga sebuah tangan yang memeluk tubuhnya membuatnya menyadari jika ia ternyata tertidur setelah dia pergi meninggalkan begitu saja Jungkook dan Rose di ruang tamu.

Gadis itu menghela napasnya dan sedikit berbalik untuk menatap pada Jungkook yang memeluknya. Pria itu begitu tenang dalam tidurnya dan menghasilkan senyuman di wajahnya. Tapi mengingat kekesalannya tadi karena Jungkook mengabaikannya, membuat rasa kesalnya kembali tumbuh dan hanya helaan napas yang ia keluarkan setelahnya.

Entahlah. Jisoo tak seharusnya cemburu ataupun merasa tak suka hanya karena masalah sepele seperti itu. Ia hanya tak ingin kejadian saat keduanya berpisah kembali terjadi hanya karena masalah sepele. Mungkin ia harus lebih mengerti dan bersabar.

Tapi, ia juga tak bisa melupakan bagaimana tatapan memuja Rose saat melihat Jungkook. Hey, dia seorang wanita. Tentu masalah seperti itu sangatlah mudah di tebak olehnya. Dan dirinya merasa takut jika Jungkook akan berpaling darinya. Apalagi, Rose memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Jungkook sesering mungkin mengingat Jungkook yang akan selalu bertemu dengan Ayahnya.

Ia benar-benar menghadapkan dirinya pada Jungkook. Menyentuhkan jemarinya pada wajah pria itu. Walaupun ia sedikit terganggu, namun Jungkook tak terlalu menanggapinya dan lebih melanjutkan tidurnya.

Jisoo sedikit beranjak. Mencium bibir pria itu dan tersenyum setelahnya.

"Aku mencintaimu. Kumohon, jangan sampai kau berpaling dariku."

"Kau tak perlu khawatir."

Jisoo terkesiap oleh suara itu. Dan selanjutnya adalah Jungkook yang membuka kedua matanya.

"Apa ini? Kau bangun sedari tadi? Sejak kapan?"

"Hmm, mungkin sejak kau juga terbangun tadi. Apa yang kau pikirkan sampai kau harus berkata seperti tadi?"

Jisoo terdiam. Kini merunduk hanya untuk tak menatap pada kedua mata Jungkook.

"Kau juga menyuruhku untuk berkata apa aku mencintaimu."

"Tidak ada. Tidak ada apapun."

"Kau takut jika aku akan berpaling pada Rose?"

Jisoo tak menjawabnya. Hanya terus merunduk dan membuat Jungkook pun mengerti akan ketakutan gadis itu.

"Jika itu yang kau takutkan, mungkin aku akan menolak penawaran yang diberikan produser Park. Dengan begitu, aku tak akan mungkin bertemu lagi dengannya."

Jisoo dengan cepat kembali menatap pada Jungkook. "Kau gila? Kau akan melewatkan kesempatanmu untuk terkenal seperti apa yang kau inginkan."

"Tapi aku tak akan bisa melakukan pekerjaan dimana kau tak menyukainya."

"Bukan begitu." Suara Jisoo merendah. Kembali menundukkan kepalanya. "A-Aku hanya takut jika kau akan menyukainya. Kau tak akan tahu bagaimana tatapannya saat menatapmu. Benar-benar sangat menggangguku."

Jungkook tersenyum. Mengacak rambut Jisoo sebelum membenamkan tubuhnya di dalam dekapannya.

"Akhirnya, uri noona bisa cemburu juga. Aku kira, kau tak akan bisa cemburu."

"Ck, jangan mengejekku."

"Baiklah, baiklah. Aku berjanji padamu. Mau seberapa besarnya seseorang ingin menggodaku, aku tak akan pernah berpaling dari noona tersayangku ini. Kau puas?"

Jisoo tak langsung menjawabnya. Tapi hatinya saat ini merasa sedikit lega karena setidaknya Jungkook mau berjanji padanya. Dan yang harus ia lakukan adalah percaya padanya.

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang