Twenty Two

2.3K 265 6
                                    

Rose tampak mendengus entah untuk ke berapa kalinya sembari menatap pada jam di pergelangannya. Bayangkan saja. Dirinya sudah berada di cafe itu selama hampir satu setengah jam.

"Ck, kemana dia?"

Lagi, ia mengecek pada jam tangannya lalu beralih pada pintu cafe. Berharap jika seseorang yang sedari tadi ia tunggu akan datang.

Namun bukan seseorang yang ia tunggu datang. Melainkan seorang pria dengan sebuah gitar di bahunya. Membuat gadis itu terdiam menatap pada langkah pria itu yang tersenyum tipis menuju salah satu pria lain yang Rose yakini jika dia adalah temannya.

"Tuhan, aku tidak tahu jika malaikat bisa setampan dia."

Ya, gadis itu menganguminya. Ah, bukan. Lebih tepatnya, ia menyukainya. Ia tengah jatuh cinta pada pria itu pada pandangan pertama.

"Rosie~~"

Lamunannya terpecah ketika mendengar suara tak asing itu. Ya, itulah sahabatnya yang sedari tadi ia tunggu. Kini raut wajahnya berubah menjadi merengut.

"Kau lama sekali, Lisa."

"Maaf, maaf. Hah, aku merindukanmu." Ucapnya dan memeluk singkat gadis itu. Setelahnya ia menempati kursi dihadapan Rose.

Gadis itu hanya tersenyum tipis. Pandangannya sesekali akan melirik pada pria disana. Yang baru saja mencuri hati maupun perhatiannya. Bahkan ketika Lisa berbicara, ia hanya menjawab sekenanya. Tak mau ketahuan oleh Lisa jika ia melamun karena pria itu.

Hingga sebuah petikan gitar kini menarik perhatian semua pengunjung cafe itu. Tak terkecuali meja yang ditempati Rose dan Lisa. Menatap pada pria yang kini mulai menunjukkan permainan gitarnya pada seluruh pengunjung yang ada disana.

Rose tertegun. Lebih tepatnya terkesima. Pria itu begitu sempurna di matanya. Tak ada yang kurang dan tak ada yang lebih. Pas sesuai dengan pria idaman seorang Park Rose.

Dan sejak hari itu, ia mentekadkan pada dirinya bahwa ia harus membuat pria itu menjadi miliknya.

.

.

Rose tak tahu jika ia akan semaniak ini. Hampir mengikuti seluruh kegiatan pria itu dari jauh seperti seorang penguntit. Entahlah, pria itu terlalu menarik baginya. Sehingga seluruh kegiatan pria itu tidak akan mau ia lewatkan.

Dan sial baginya. Baru beberapa bulan ia bertingkah seperti seorang penguntit, ia malah dikirim Ayahnya untuk kembali ke Australia, tempat tinggal aslinya. Beliau bilang untuk melanjutkan studinya yang memang tinggal beberapa bulan lagi. Mengingat dirinya ke Seoul hanya untuk berlibur dan bertemu dengan Lisa sang sahabat.

Ia menurutinya. Meyakinkan pada hatinya bahwa ia akan kembali. Kembali pada pria pencuri hatinya itu.

.

.

Dan ia kembali. Bahkan kini tujuan pertamanya sejak menginjakkan kakinya di Seoul adalah cafe tempat ia melihat pertama kali pria itu. Tapi kekecewaan nampak di wajahnya ketika tak mendapati keberadaan pria itu. Dan Rose memberanikan dirinya. Bertanya pada pemilik cafe itu.

Dan kekecewaannya semakin bertambah ketika mengetahui jika pria yang ingin ia temui itu tidak akan datang hari ini. Hingga sebuah ide melintas di pikirannya. Ayahnya adalah seorang produser dan pria itu mempunyai kemampuan vokal yang tak main-main.

Mungkin dengan cara ini, Rose bisa lebih dekat dengannya.

.

.

Jeon Jungkook.

Akhirnya Rose bisa mengetahui nama pria itu. Satu langkah lebih dekatnya. Dan mungkin keberuntungannya karena pria itu menerimanya dengan begitu ramah. Mau mendengarkannya dan bahkan akan memikirkan penawaran yang ia berikan pada pria itu.

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang