Twenty

2.9K 282 10
                                    

Jisoo terbangun pagi itu. Dan menemukan jika dirinya terbangun di atas tempat tidur sendirian. Ia beranjak dari berbaringnya. Dengan selimut yang ia genggam untuk menutupi tubuh polosnya.

"Jungkook!!"

Ia memanggil pria itu dengan sedikit lantang setelah melihat pintu kamarnya yang terbuka. Dan selanjutnya, ia bisa mendengar langkah kaki seseorang dan benar saja pemikiran Jisoo. Itu dia, sang kekasih disana. Hanya memunculkan kepalanya untuk melihat ke dalam.

"Kau sudah bangun?"

Jisoo mengangguk dengan cepat.

"Cepat beranjak dan bersihkan dirimu. Temanmu...hmm siapa namanya?"

"Jennie?"

"Ah, benar. Dia baru saja menelpon dan aku mengangkatnya. Dia bilang jika dia ingin bertemu denganmu. Jadi cepat beranjak, sayang. Aku juga harus pergi ke studio untuk bertemu dengan produser Park."

Jungkook berlalu. Dan kembali karena panggilan Jisoo lagi-lagi menghentikannya.

"Jungkook!!"

"Apa lagi?"

"Kenapa kau ingin ke tempat produser Park?"

Jungkook diam. Hanya menghela napasnya dan kini mendekat ke arah Jisoo. Mengangkat tubuh gadis itu beserta selimutnya di bahunya dimana Jisoo hanya diam saja. Karena dirinya juga malas sekali untuk berjalan saat ini.

Jungkook menurunkan tubuh Jisoo di lantai kamar mandi itu. Mengelus kepalanya. "Cepat bersihkan dirimu. Kau akan terlambat nanti untuk bertemu dengan temanmu itu."

Pria itu mendaratkan sebuah ciuman di keningnya, sebelum kembali beranjak meninggalkan gadis itu. Namun lagi-lagi, lengannya tertahan dan melirik pada Jisoo yang menahannya.

"Bukankah kau akan kesana empat hari lagi?"

"Memang. Tapi aku kesana untuk tujuan lain."

Jisoo mengerutkan keningnya. Tidak mungkin jika Jungkook kesana--

"Tidak. Aku bukan akan bertemu Rose. Jadi jangan tunjukkan wajah mencurigakan itu padaku."

"Lalu, untuk apa kau kesana kalau begitu?"

"Apalagi? Tentu saja aku akan mengatakan pada produser Park jika aku tak bisa menerima tawarannya. Seperti yang aku katakan tadi malam."

Jisoo terkejut. "Tapi--"

"Sstt, tidak ada tapi-tapian. Keputusanku sudah bulat." Lalu mendekat pada Jisoo dan menangkup wajah gadis itu. "Lagipula, sepertinya aku sudah tak ada keinginan untuk menjadi terkenal. Yang aku inginkan sekarang ada dihadapanku. Dan aku akan menaruhkan apapun agar kau tetap di sampingku."

Jisoo terdiam. Dan Jungkook yang melihat keterdiaman gadis itu pun hanya tersenyum, sebelum kembali mendaratkan kecupan di keningnya.

"Jangan cuma diam saja. Cepat bersihkan dirimu. Aku akan siapkan sarapan untuk kita."

Dan setelahnya benar-benar berlalu dari hadapan Jisoo yang hanya bisa menatap kepergiannya. Helaan napas keluar begitu saja dari Jisoo. Ia bahkan tak tahu harus senang atau bersedih saat ini.

.

.

"Ya, kau yakin dengan keputusanmu itu? A-Aku hanya bersalah saja padamu. Ini impianmu dan aku yang menghancurkannya."

Jungkook menghela napasnya sejenak. Mengalihkan pandangannya pada Jisoo sembari mengambil salah satu earphone-nya untuk ia pasangkan pada telinga Jisoo.

"Lebih baik jika kau dengarkan ini daripada kau harus terus-menerus menanyakan hal yang sudah kau tahu jawabannya."

"Jungkook--"

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang