Twenty Three

2.3K 258 5
                                    

Gadis itu terlihat gelisah. Dibuktikan dari kedua tangannya yang memegang kemudi mobil dengan gemetar. Belum lagi raut wajah panik masih nampak di wajahnya. Titik-titik peluh bahkan sudah menghiasi bagian pelipisnya. Ia terus mengendarai mobilnya. Seperti dirinya tengah kehilangan arah saat ini. Tak tahu harus kemana ia akan membawa mobilnya ini bersamanya.

Rose tak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Perasaannya menjadi sangat takut dan kalut disaat bersamaan. Kejadian beberapa jam yang lalu bahkan belum hilang dari ingatannya.

"Tidak. Dia pasti akan baik-baik saja. A-Aku tak membunuhnya."

Seperti memori film. Kejadian itu tak pernah berhenti memutar di dalam otaknya. Saat Jisoo sudah berada dihadapannya. Lalu Jungkook yang tiba-tiba datang dan mendorong gadis itu. Membuat badan mobil yang dikendarainya menghantam tubuh pria itu dengan kerasnya. Bahkan suara benturan itu seakan terngiang di pendengaran gadis Park.

"Tidak. Dia akan baik-baik saja. Kau harus yakin itu, Rose. Dia akan baik-baik saja."

Namun, mau berapa kalipun ia berpikir seperti itu, justru ketakutan dalam dirinya semakin bertambah. Semua yang ia inginkan seolah tak berpihak padanya. Dan sebulir airmata jatuh begitu saja membasahi pipinya. Ketakutan, marah, sedih, semuanya bercampur menjadi satu dalam airmata itu.

Hingga akhirnya, ia menghentikan mobilnya di sebuah pantai di pinggir jalanan yang bahkan ia tak tahu daerah apa yang ia datangi saat itu.

Sedikit membanting pintu mobilnya, Rose keluar dengan langkah lunglai. Berjalan di atas pasir pantai itu dengan heels yang masih membalut kaki indahnya.

"Wae???" Suaranya begitu lantang terdengar. Seolah dirinya sedang beradu dengan ombak dihadapannya.

"Aku hanya inginkan dia. Kenapa kau tak memberikan dia padaku?"

Suaranya terdengar pilu. Dan isakannya kini mulai terdengar. Ia jatuh terduduk pada pasir pantai itu. Tak peduli jika pakaiannya akan kotor karenanya.

Rose terus berdiam disana. Menangisi dirinya yang begitu sangat menyedihkan. Hingga akhirnya ia bangkit dari berlututnya. Menatap pada hamparan pantai dihadapannya.

Begitu tenang. Angin pantai menerbangkan helaian rambutnya dengan bebasnya. Disaat seperti ini, semua orang pasti akan mengeluarkan senyumnya merasakan angin pantai itu. Tapi tidak dengan gadis itu.

Perlahan, Rose melepas dan melemparkan begitu saja heels yang ia kenakan di atas pasir pantai itu. Mulai melangkahkan kakinya mendekat pada hamparan pantai disana.

Langkahnya kini membawanya menuju air laut asin dihadapannya. Tatapannya begitu kosong. Sama dengan langkahnya yang juga begitu sangat ringan.

Rose terus berjalan. Bahkan pakaian yang ia kenakan kini telah basah karena hampir setengah tubuhnya telah tenggelam.

"Jika aku tak bisa memilikimu hari ini, maka biarkan aku memilikimu di kehidupanku yang akan datang."

.

.

Jisoo membuka dengan perlahan pintu dihadapannya. Menatap pada sosok yang terbaring lemah disana dengan beberapa peralatan medis yang membantu kehidupannya.

Dengan langkah yang begitu beratnya, ia mendekati pria itu disana. Tidak. Ia tidak ingin menangis. Doanya sudah terkabul, bukan? Pria itu selamat dan ada dihadapannya sekarang.

Tapi, apakah harus koma? Dan bahkan tak tahu kapan akan bangun?

"Jungkook, cepatlah sadar. Bahkan disaat ini pun kau juga menyebalkan."

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang