Sixteen

2.8K 289 12
                                    

Jisoo mengernyit dan membuka matanya secara perlahan ketika sinar matahari baru saja membuatnya terbangun pagi itu.

Ia melirik ke arah sampingnya. Tak menemukan Jungkook disana dan membuatnya kini beranjak bangun dari berbaringnya. Mengikat asal rambutnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa menit kemudian, gadis itu sudah selesai dan kini keluar dari kamar. Mencari keberadaan sosok sang kekasih. Dan menemukannya.

Disana. Di area dapur. Pria itu mungkin sedang sibuk memasak, pikir Jisoo. Berdiri membelakanginya dengan keadaan tanpa pakaian atas. Ck, mau sampai kapan pria itu akan berkeliaran di area rumah dengan keadaan seperti itu?

Jisoo memilih untuk berjalan mengendap-ngendap. Sesekali mengintip masakan apa yang pria itu buat saat ini. Dan setelahnya, ia memeluk tubuh itu. Membuat Jungkook sedikit terkejut dan melirik ke arah Jisoo yang tersenyum padanya.

"Astaga, kau mengagetkanku."

Jisoo hanya tersenyum manis menanggapinya. Masih memeluk Jungkook saat ini yang kembali sibuk dengan aktivitasnya.

"Kau bangun pagi hari ini?"

"Hmm. Aku akan pergi menemui produser itu. Ya, hanya mencobanya."

"Kau pasti bisa. Jangan ragu pada dirimu sendiri. Apalagi, kau memang mempunyai suara yang sangat bagus."

Jungkook hanya tersenyum tipis menanggapinya. "Kau mau ikut denganku?"

"Untuk apa?"

"Aku merasa, aku akan semakin lebih percaya diri jika kau ada di sampingku."

Jisoo tak tahu mengapa sampai sekarang ia masih merona dan berdebar hanya karena kalimat-kalimat bualan pria itu.

"Kau mulai lagi."

Jungkook menghentikan memasaknya. Berbalik untuk menatap pada Jisoo disana yang sudah ia yakini kedua pipinya tengah merona. Ia menangkup wajah itu. Mencium kedua pipinya. "Karena aku sangat senang dan menyukai ketika kau merona seperti ini dihadapanku."

Jisoo rasanya ingin memukul kepala pria itu karena menggodanya. Tapi ia urungkan dan berbanding terbalik sekarang dengan apa yang dia lakukan. Kedua pipinya semakin merona dan itu mengundang Jungkook untuk tersenyum melihatnya.

"Lihat, kau semakin terlihat menggemaskan sekarang." Dan kini berubah menjadi mencubiti kedua pipi gadis itu.

"Ck, kenapa kau mencubitnya? Ini sakit, Jungkook."

Pria itu akhirnya melepas cubitannya. Raut wajah kesal masih nampak pada Jisoo dan kini mengusapi kedua pipinya yang pasti memerah.

"Kau menyebalkan."

"Siapa suruh kau menggemaskan?"

Jisoo tak menanggapinya lagi. Memilih berbalik dan akan meninggalkan pria itu. Namun dengan cepat pula, Jungkook menariknya kembali. Mengangkat tubuh Jisoo dengan gampangnya dan mendudukkan gadis itu di atas meja pantry.

Jisoo sedikit terkejut karenanya. Apalagi jaraknya kini dengan Jungkook yang sangat dekat. Membuatnya harus menahan pria itu agar tak semakin mendekat dengan memegangi kedua bahu pria itu.

"Jisoo.."

Jisoo mengangkat satu alisnya sebagai tanggapannya. Menunggu Jungkook untuk melanjutkan kata-katanya.

"Aku serius ketika aku mengatakan kau adalah segalanya."

Jisoo masih diam disana. Tersentuh dengan kata-kata permulaan Jungkook.

"Kau memang sangat berpengaruh untukku. Untuk semua yang aku lakukan, kehadiranmu benar-benar sangat berharga dan membantuku. Mungkin, karena kau adalah orang pertama yang mengajakku berbicara setelah kecelakaan itu. Terus berada disampingku ketika aku merasa jika aku sendirian di dunia ini setelah keluargaku semuanya pergi. Apa kau tahu bagaimana kehidupanku tanpamu saat itu?"

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang