Twenty One

2.6K 283 6
                                    

Jungkook menghela napasnya. Menatap pada gedung dihadapannya. Tidak. Tekadnya sudah bulat dan dia tak akan pernah mau mundur lagi. Jadi, dia mulai melangkahkan kakinya memasuki gedung itu.

Dan beruntung baginya karena sebuah lift kosong terbuka dan dengan cepat ia masuk ke dalam. Menekan tombol angka di lift tersebut untuk mengantarkannya pada lantai yang akan ia kunjungi.

Tangannya terkepal dan berusaha untuk menyiapkan dirinya saat ini. Hingga pandangannya terhenti pada sebuah gelang silver yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Tersenyum menatap gelang itu.

"Ini. Aku ingin memberikan ini padamu."

Jungkook menatap Jisoo kali ini. Yang memakaikannya sebuah gelang pada pergelangannya.

"Hari ini bukan ulangtahunku."

Jisoo mendecak kesal. "Apa setiap ulangtahunmu saja baru aku boleh memberikanmu sebuah hadiah?"

Jungkook tersenyum. "Baiklah, baiklah. Memangnya kenapa kau memberikanku gelang ini?"

Gadis itu menghela napasnya. "Jika saja nanti kau merasa belum yakin dengan keputusanmu, kau bisa menenangkan dirimu dengan menyentuh gelang ini. Rasakan aku berada di dekatmu."

"Jadi, kau bahagia jika aku benar-benar menolak tawaran produser Park?"

Tampak ragu, namun akhirnya Jisoo mengangguk menjawabnya. "Entah kenapa aku merasa lega ketika kau mengatakan jika kau akan menolak tawarannya."

"Ck, dasar. Sudahlah, aku pergi sekarang. Bersenang-senanglah dengan temanmu itu."

Ting

Pintu lift terbuka. Menandakan jika lantai yang menjadi tujuan Jungkook sudah berada dihadapannya. Pria itu melangkahkan kakinya. Mencari salah satu ruangan yang akan mengantarkannya menuju ruangan produser Park.

Jungkook menghentikan langkahnya. Pada sebuah pintu yang juga merangkap menjadi sebuah studio. Pria itu kembali melirik pada gelang pemberian Jisoo sebelum menghela napasnya.

Satu tangannya sudah memegang gagang pintu. Tidak. Ia sudah bertekad dan tak akan mundur begitu saja.

Apalagi jika sudah berkaitan dengan gadis bernama Kim Jisoo. Ia tak akan berpikir dua kali untuk bisa mempertahankan gadis itu agar tetap berada di sisinya.

.

.

Gadis itu masih mengaduk minumannya dengan tak bersemangat. Sementara gadis lain dihadapannya hanya menatapnya. Bahkan sejak dia datang, belum ada satupun pembicaraan di antara keduanya.

Jisoo akhirnya menyerah. Mendecak setelahnya dan mengambil salah satu tangan Jennie. Membuat ia kini menatap pada Jisoo dengan pandangan bingung.

"Kau akan terus diam saja? Untuk apa begitu kau menelponku jika kau hanya diam dan tak mengatakan apapun?"

Jennie menghela napasnya. "Hari ini, Jimin mengatakan jika dia ingin aku untuk menjadi kekasihnya."

Jisoo terkejut. Lebih tepatnya terkejut dan bahagia sekaligus. "Ya, bukankah ini bagus? Lalu apa jawabanmu?

Jennie menggeleng. "Tidak. Aku masih belum mengatakan apapun. Tapi dia bilang, dia akan terus menunggu agar aku mau menjadi kekasihnya."

"Lalu, apa lagi yang kau tunggu? Dia sudah berada dihadapanmu dan sedikit lagi akan kau raih."

"Tapi, aku takut."

"Apa yang kau takutkan, Jennie? Bukankah ini seharusnya menjadi kesempatanmu? Untuk mengetahui apakah ia benar-benar akan mencintaimu?"

hate you or love you ❌ sookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang