Pengalaman Pertama Bekerja

281 11 0
                                    


Dua hari kemudian setelah aku membuat kesepakatan dengan Nisa perihal jadwal dia latihan beladiri, dan jadwal kapan aku boleh pinjam sepedanya buat ke tempat kerja, berangkatlah aku dengan mengendarai sepeda Nisa menuju tempat kerja Bang Syueb di Pasar Induk Kramat Jati. Sesampainya di Pasar Induk aku lalu mencari tempat mangkal Bang Syueb berdasarkan petunjuk yang ia berikan kemarin. Tak terlalu sulit menemukan tempatnya, karena ketika aku bertanya kepada orang yang kutemui dia langsung menunjukkan di mana persisnya. Akhirnya aku menemukan Bang Syueb sedang berbicang serius dengan seorang ibu paruh baya di samping truk yang sedang dibongkar muatannya. Ketika menyadari kehadiranku, Bang Syueb memberiku isyarat agar aku menunggunya selesai dengan ibu itu.

Sambil menunggu Bang Syueb selesai pembicaraannya dengan ibu itu, aku mencoba mempelajari akativitas para pekerja dan orang-orang yang ada di tempat itu. Tempat kerja Bang Syueb ini ada di blok buah-buahan. Tampak deretan lapak-lapak pedagang buah dan deretan truk-truk yang sedang diturunkan muatannya ke dalam lapak-lapak itu. Hampir semua lapak ada truk di depannya yang sedang menurunkan muatan. Mungkin karena masih pagi, pikirku. Di seberang parkiran di bawa pepohonan rindang tampak beberapa kelompok orang yang sedang duduk-duduk sambil mengobrol dan menghisap rokoknya, ada juga yang rebahan beralaskan kardus. Dari penampilan dan ciri-ciri fisiknya aku yakin mereka adalah para kuli panggul atau kuli bongkar muat yang sedang menungu orang yang akan menggunakan jasa mereka. Selain itu ada juga beberapa orang yang sedang mengangkat buah-buahan dari lapak ke mobil-mobil yang menunggu di parkiran.

" Faiz, sini ikut abang ", tiba-tiba suara Bang Syueb mengejutkanku, dan aku pun lalu mengikutinya menuju ke salah satu sudut parkiran di mana di situ ada pepohonan yang lumayan rindang dan ada beberpa orang yang sedang duduk-duduk di bangku panjang sederhana menunggu kerjaan. Lalu Bang Syueb mejelaskan bahwa mereka itu adalah anak buahnya dan memintaku untuk memperkenalkan diri. Setelah aku selesai memperkenalkan diri kepada mereka, Bang Syueb kemudian menjelaskan kepada anak buahnya tentang maksud kedatanganku yang ingin ikut bergabung bekerja bersama mereka. Mereka tampak terkejut, mungkin tidak mengira kalau aku mau ikut kerja di sini. Lalu aku menjelaskan kepada mereka tentang latar belakang kenapa aku membutuhkan pekerjaan ini.

Ada bapak paruh baya yang kemudian mendekat dan menepuk-nepuk pundakku seraya berkata, " Sungguh mulia keinginanmu, ingin meringankan beban orang tua dan tidak gengsi untuk kerja kasar seperti ini. Apalagi kamu anak pesantren yang biasanya jaim-jaim, tapi kamu nggak... agak aneh sih, tapi nggak ada salahnya kan ?"

" Betul pak, selagi masih muda mau cari banyak pengalaman. Anggap saja melatih fisik pak ", ujarku yang disambut senyum dan tawa semua orang yang ada di situ.

Bang Syueb lalu memberi arahan kepada kami." Baiklah Faiz, karena hari ini hari pertama kamu kerja, saya putuskan kamu nanti ikut bongkar muatan truk semangka yang akan tiba sebentar lagi punya ibu yang bicara dengan saya tadi. Nanti akan ada dua truk yang datang dan butuh 4 orang per truk untuk menurunkan muatan. Silahkan putuskan siapa saja yang akan mengambilnya, tapi yang pasti anak ini harus diajak".

Hari ini kebagian satu truk semangka sebelum dhuhur dan satu truk melon setelah dhuhur. Alhamdulillah dari pekerjaan hari ini aku mendapat upah Rp. 20.000 dan menjelang ashar aku sudah pulang. Lumayanlah untuk pemula di hari pertama.

Hari-hari berikutnya aku semakin terbiasa dengan pekerjaanku dan aku semakin akrab dengan para pekerja yang ada di tempat itu, tidak hanya dengan anak buahnya Bang Syueb, tapi juga dengan para pekerja dari kelompok lain. Aku banyak mendengarkan kisah suka duka mereka dalam bekerja, keluhan-keluhan mereka, dan juga keinginan atau cita-cita mereka. Ketika menunaikan shalat di masjid, aku mengamati orang-orang yang shalat di masjid. Ada orang-orang yang sama, dan jauh lebih banyak lagi orang-orang yang berganti-ganti setiap hari. Artinya yang shalat di masjid kebanyakan adalah para pengunjung pasar, bukan para pekerja di pasar itu. Dari situ aku bisa memperkirakan kualitas dien mereka, sehingga aku bisa menentukan batas-batas dalam bergaul dengan mereka. Bukan bermaksud membatas diri, tapi menyesuaikan dengan kondisi. Aku tidak bisa bicara tentang dien yang membutuhkan pemahaman tinggi dengan mereka, aku harus mengajak mereka kepada dien ini sesuai kadar pemahaman mereka.

Angin dan BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang