Mulai Berkembang

113 3 0
                                    


Pada suatu hari di hari Jum'at yang merupakan hari libur kerja, aku memenuhi undangan Pak Syafi'i datang ke rumahnya di daerah Cileungsi Bogor untuk berdiskusi. Rumahnya cukup besar dan asri dengan aneka tanaman hias dan pepohonan di sekelilingnya. Kami mengobrol di beranda rumahnya yang sejuk dan nyaman.

" Faiz, hari ini aku ingin lebih mengenal dirimu, dan ingin mengetahui apa yang membuatmu begitu bersemangat untuk membangun ekonomi ummat berdasarkan prinsip ekonomi dan praktek mu'amalah syar'i. aku juga ingin tahu ceritamu ketika berada di tengah masyarakat Leihitu. Jika kamu tidak keberatan, sepanjang hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersamamu", ujar Pak Syafi'i membuka obrolan kami pagi itu dengan senyuman yang selalu tersungging di bibirnya.

" Saya sama sekali tidak keberatan pak. Kebetulan hari ini adalah hari libur kerja kami. justru saya sangat senang menyambutnya", kataku bersemangat.

" Baguslah kalau begitu. Berarti kita punya waktu sampai sore nanti. Oh ya, silahkan diminum dulu tehnya". Pak Syafi'i lalu meraih gelasnya dan meminum tehnya sedikit dan aku juga melakukan hal yang sama.setelah meletakkan gelasnya kembali, Pak Syafi'i kemudian melanjutkan obrolannya.

" Sebelum aku bertanya lebih jauh tentang pengalaman dan pemikiranmu, akui ingin tahu bagaimana perkembangan usaha rotimu sejauh ini ?", tanya Pak Syafi'i dengan suara yang berwibawa.

" Alhamdulilah, omset jualan per hari telah mencapai 1000 roti. Dari omset itu kami memperoleh penghasilan bersih ± Rp.300.000 per hari setelah dipotong biaya operasional dan gaji 4 karyawan. Kami juga sudah meng-upgrade beberapa peralatan termasuk mixer yang dulu hanya berkapasitas 7 kg sekarang kami punya yang kapasitas 15 kg. Lalu dalam waktu dekat ini rencananya akan membuka cabang tempat jualan di daerah Pasar Minggu, menambah 4 karyawan lagi, serta memindahkan tempat produksi ke tempat yang baru, tidak lagi di rumah kami", tuturku bersemangat.

" Luar biasa Faiz, padahal belum genap setahun kan ?"

" Benar pak, bulan depan baru genap setahun. Alhamdulillah...", sahutku cepat.

" Baiklah. Selanjutnya yang ingin kuketahui adalah bagaimana pemberdayaan ekonomi ummat menurut pendapat atau persepsimu ?", kembali Pak Syafi'i bertanya kepadaku.

" Pemberdayaan ekonomi ummat menurut saya adalah memaksimalkan semua potensi yang ada pada sebuah masyarakat untuk mencapaikesejahteraan bersama. Dan untuk memulainya kita hanya perlu meningkatkan apa yang sudah ada lebih dulu baru kemudian pelan-pelan mencoba sesuatu yang baru. Misalnya seperti ketika saya bertugas di Leihitu, saya awalnya hanya menyemangati mereka agar lebih rajin lagi dalam bekerja, lebih rapi lagi dalam pekerjaannya, agar lebih memperhatikan kepentingan bersama dalam kehidupan bermasyarakat, dan agar lebih peduli dengan sesama. Barulah setelah itu saya menawarkan konsep koperasi seperti yang pernah saya ceritakan kepada antum. Karena pasti akan sulit untuk mewujudkan koperasi itu jika mereka masih bekerja berdasarkan ego kepentingan pribadi masing-masing, dan masih bekerja asal-asalan.

Demikian pula hal ini juga saya terapkan pada diri saya ketika memulai usaha roti ini. Saya memulai dengan kemampuan atau keahlian yang telah ada dan dengan peralatan yang mampu kami adakan, yang penting harus segera mulai. Karena dengan segera memulainya kita akan mulai bergerak maju meski awalnya pelan sekali. Jadi intinya adalah meraih kesejahteraan dengan memaksimalkan kemampuan yang ada", jelasku dengan tenang.

Pak Syafi'i tampak berpikir sejenak, mungkin sedang mencerna apa yang barusan kusampaikan sebelum melanjutkan pembicaraan lagi. Kemudian beliau tersenyum dan menatapku dalam-dalam seraya berkata, " Lalu apa yang membuatmu begitu konsen dalampemberdayan ekonomi ummat ini ? Karena saat ini masih sangat jarang aktivis yang peduli dengan pemberdayaan ummat, apalagi sampai punya proyek seperti dirimu. Coba jelaskan padaku".

Angin dan BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang