Segelas Kopi Rarobang yang Istimewa

150 4 0
                                    


Pagi harinya aku bangun dengan badan yang segar setelah semalaman bisa tidur nyenyak sekali seperti tidur di rumah sendiri. Dari pagi hari setelah sarapan hingga siang hari aku mengisi waktu dengan membersihkan rumah yang kutempati dan merapikannya serta membaca-baca buku yang ada di rak kecil di salah satu sudut ruang depan rumah. Di antara tumpukan buku aku menemukan sebuah buku tulis dengan sampul bergambar bunga-bunga. Karena penasaran aku pun membukanya dan membaca isinya. Di halaman pertama tertulis : " Kumpulan coretan puisi Fatimah az Zahra binti Burhan Shadiq ". Karakter tulisan tangannya mirip dengan tulisan tanganku tetapi lebih rapi dan lebih indah. Aku membaca semua puisi dalam buku itu. Meskipun ada beberapa puisi yang tidak kumengerti tapi aku menyimpulkan anak ini cukup berbakat dalam menulis puisi. Mungkin ini salah satu hobbinya.

Sampai tiba waktu maghrib pak Burhan belum juga datang ke kamarku, tapi samar-samar aku telah mendengar suaranya di rumah sebelah. Mungkin sekalian menunggu waktu makan malam, pikirku. Dan benar juga, selepas shalat maghrib pak Burhan memanggilku dari pintu belakang untuk makan malam bersama di ruang makan rumah sebelah.

Selepas shalat Isya' terdengar suara pak Burhan dan Furqan masuk ke ruang tengah. Aku lalu keluar menyusul mereka ke ruang tengah. DI ruang tengah mereka berdua sedang menata hidangan di atas karpet. Ada dua gelas kopi panas yang ditaburi kacang kenari dan mengeluarkan aroma kopi bercampur rempah. Juga ada dua piring yang masing-masing berisi pisang goreng dan kue kenari yang pernah kumakan di tempat pak Rahmat.

Setelah Furqan pergi, pak Burhan mempersilahkanku untuk mencicipi kopi itu karena mungkin melihat raut penasaran di wajahku.

" Faiz, ini namanya kopi Rarobang. Kopi yang diseduh dengan air rebusan cengkeh, kayu manis, sereh, jahe, dan gula merah, lalu ditaburi dengan kacang kenari. Ini minuman khas daerah sini. Cobalah, kamu pasti belum pernah meminumnya", ujar pak Burhan ramah diiringi senyuman.

Aku lalu meminumnya pelan-pelan karena masih terasa panas. Maa sya Alloh...rasanya sungguh luar biasa. Sensasi rasanya unik dan sungguh nikmat, membuatku serasa melayang sejenak.

" Ma sya Alloh...ini minuman ternikmat yang pernah saya minum pak, rasanya sungguh luar biasa ", ujarku berkomentar lalu meminumnya lagi sedikit.

" Jangan sungkan, kalau masih kurang nanti biar dibuatkan lagi oleh istriku ", ujar Pak Burhan sambil tersenyum melihatku.

Setelah kami masing-masing menghabiskan sebuah pisang goreng dan seperempat gelas kopi rarobang, pak Burhan lalu mulai membuka pembicaraan kami malam itu.

" Hari ini aku telah menemui syaikh dan membicarakan masalah penugasanmu selanjutnya. Alhamdulillah, menurut beliau kamu langsung mengikuti pelatihan khusus di tempat beliau tanpa harus ke kamp pelatihan dulu, karena waktu beliau di sini tinggal sedikit jadi harus segera diselesaikan ".

" Alhamdulillah...", sahutku dengan perasaan lega. " jadi kapan kita berangkat kesana pak ", tanyaku.

" Sabar dulu Faiz, tenang. Tak perlu terburu-buru. Apakah kamu sudah tidak betah di sini ? Aku tersinggung lho...hahaha", jawabnya dengan pura-pura pasang muka masam.

" Ah, bukan begitu maksud saya pak. Maaf, mungkin saya terlalu bersemangat, hehehe ", ujarku buru-buru menimpali.

" Yaa... aku memaklumi perasaanmu. In sya Alloh besok pagi-pagi sekali kita berangkat kesana. Tapi sebelum itu, ada hal-hal yang harus kamu ketahui dan kamu persiapkan terlebih dahulu". Pak Burhan berhenti sebentar untuk meminum kopinya sedikit baru melanjutkan kembali perkataannya.

" Pertama, kamu harus menyiapkan sebuah nama samaran atau nama alias yang akan kamu pakai selama pelatihan bersama syaikh. Seperti aku ini, syaikh mengenalku dengan nama Abu Ridha. Itu nama yang kupakai di Afghan dulu. Yang kedua, kamu hanya boleh membawa pakaian, alat tulis, mushaf Al Quran, peralatan mandi, dan perlengkapan P3K jika memilikinya. Ketiga, jika nanti ada yang bertanya tentang dirimu sebelum bertemu dengan syaikh, kamu harus menjelaskan kalau kamu adalah mahasiswa dari Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang cengkeh dan kehidupan para petani cengkeh, dan jika ada yang bertanya bagaimana kamu bisa bertemu dengan saya maka jawablah jika kamu datang atas rekomendasi temanku yang di Jawa. Bisa difahami Faiz ? "

" Iya pak, saya faham. Saya akan menggunakan nama Ubaidillah sebagai nama saya selama pelatihan."

" Bagus nak. Sekarang akan kujelaskan sekilas tentang kondisi tempat syaikh itu di mana nanti kamu akan tinggal di sana sampai menyelesaikan pelatihanmu. Tempat di mana beliau berada adalah di sebuah pondok di area perkebunan milikku yang ada di bagian atas bukit. Di sana beliau tinggal bersama dua orang ikhwan Indonesia yang bertindak sebagi asisten beliau sekaligus juga sebagai instruktur selain syaikh. Tak jauh dari tempat itu kira-kira 15 menit jalan kaki ke arah bawah ada satu pondok lagi yang dijadikan tempat tinggal sementara bagi pekerja kebun cengkeh ketika sedang ada pekerjaan seperti perawatan rutin atau pada masa panen seperti ini. Nah, kebutuhan logistik untuk tempat syaikh akan diantarkan ke pondok yang ini oleh anak buahku yang sehari-hari bekerja di pondok di area perkebunan milikku yang ada di bawah, yang juga kufungsikan sebagai tempat penampungan sementara hasil panen cengkeh. Jarak antara pondok yang ini ke pondok yang di bawah kira-kira 1,5 jam jalan kaki. Semua pekerjaku tahunya syaikh itu adalah seorang peneliti dari Timur Tengah yang sedang melakukan penelitian tentang cengkeh yang ditemani oleh dua orang asistennya. Dua orang asistennya yang sebenarnya juga instruktur itu sehari-hari selain melayani syaikh, juga ikut membantu pekerjaan di kebun cengkeh untuk mengkover kegiatan mereka yang sebenarnya. Sebagai kover, dalam seminggu syaikh juga keluar berjalan-jalan berkeliling perkebunan 3-4 kali didampingi asistennya sebagai penterjemah bila bertemu dengan warga. Seorang peneliti tidak mungkin kan hanya berdiam diri di dalam pondok terus ?".

Pak Burhan tersenyum sebentar lalu menambahkan lagi, " di sekitar pondok tempat syaikh itu juga terdapat kebun sayuran dan sumur sebagai sumber air bersih. Kemudian menurut syaikh itu, ia tinggal memiliki waktu tiga bulan lagi sebelum kembali ke tempat asalnya, jadi kemungkinan kamu akan menjalani pelatihan yang super intensif. Bagaimana Faiz, kamu siap ?"

" In sya Alloh siap pak. Jam berapa kita berangkat besok ?", tanyaku bersemangat.

" Selepas shubuh ya... Malam ini kamu istirahat yang cukup dan kemasi barang-barangmu yang akan kamu bawa. Besok pagi kita akan berpetualang menjelajahi indahnya alam Jazirah Leihitu. Sekalian aku akan mengecek pekerjaan para pekerjaku yang ada di kebun atas,sudah sampai mana proses petik cengkehnya kebetulan ini sedang musim panen cengkeh. Kamu pasti senang melihat pemandangan sepanjang perjalanan nanti ".

" Wah...pasti asyik sekali itu pak. Rasanya pengin segera pagi saja... hehehe". Kami lalu sama-sama tertawa. Pak Burhan lalu kembali ke rumah sebelah untuk beristirahat sambil membawa gelas dan piring kami yang sudah kosong. Aku juga kemudian segera kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangku dan beristirahat.

Angin dan BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang