EMPAT BELAS

11.7K 813 16
                                    

Leo membaca hasil downloadannya dengan santai di tab tipis miliknya. Ia ikut bergumam mengikuti apa yang ia dengar, yang tak lain lantunan Alfatihah dari audio yang ia hidupkan.

Leo sedang berusaha menghapalkan bacaan shalat sehingga ia mengulang puluhan kali lantunan ayat ayat di speaker mungil tab nya.

Dulu ia hapal semuanya...

Waktu terbukti bisa mengikis kebaikan yang pernah menghuni otaknya.

Leo terlalu gengsi mengakui secara gamblang betapa agamanya hanya sekedar sederet huruf yang tertera di KTP. Jujur saja, hidup Leo sangat jauh dari tuntunan agama.

Mata Leo berhenti di satu titik ketika membaca status anak angkat yang terselip di dokumen yang ia baca.
Anak angkat?

Semakin jauh Leo membaca baris demi baris dia semakin merasa perempuan yang sedang ia stalking ini adalah seseorang yang rumit.

Leo dengan seksama melanjutkan pencarian informasinya. Sebelum masuk ke medan perang tentu ia tidak boleh maju dengan tangan kosong kan? Leo berdalih seakan mencari pembenaran akan tindakan tidak terpujinya.

Alis Leo terangkat ketika menemukan satu hal menarik di curiculum vitae objek stalking nya. Pemenang olimpiade sains 2003 tingkat nasional?

📕📕📕📕

"Selamat datang di JAKARTA kepada para siswa yang sudah terpilih mewakili propinsi masing masing untuk mengikuti kompetisi ini..."
MC acara penyambutan dengan lantang mulai menyebut nama tim juri satu persatu.
Leo menatap nanar pada salah seorang lelaki berkacamata yang duduk di deretan depan panggung.

Laki laki itu!

Kenapa ada lelaki selingkuhan brengsek maminya di sini?
Leo menahan amarah yang tiba tiba muncul ketika senyum serta lambaian sang lelaki pada semua hadirin. ia diperkenalkan sebagai presiden grup perusahaan yang mensponsori kompetisi ini.

Leo tidak tahu siapa yang menggerakkan tubuhnya karena saat itu yang ia sadari tinjunya sakit sekali. Ia membabi buta maju ke depan panggung menghajar penjahat yang telah menghancurkan keluarganya itu. Teriakan kaget, dan kepanikan sangat kentara melihat adegan tak terduga yang tersuguh di panggung.

"Bikin malu saja!" Teriak kepala sekolah di ruangan terpisah ketika Leo ditarik paksa keluar dari auditorium.

Leo mengulang terus kalimat 'dia perusak keluarga saya' , 'saya akan hajar dia' dan ceracauan sejenis walau kepala sekolah, guru pendamping, perwakilan dinas pendidikan propinsi, serta rekan setim dari propinsi walau beda sekolah yang menjadi wakil kompetisi ada di sana.

"Pulangkan saja dia! Cukup dua orang saja perwakilan dari daerah kita. Bisa bisa dia mengacau lagi " geram perwakilan dinas pendidikan.

Dengan muka masam pria itu pergi keluar. Raut marah yang terpendam jelas tercetak di wajah sang pejabat.

Kepala sekolah dan guru pendamping Leo saling pandang. Mereka bersiap menarik Leo pergi ketika seorang siswi perempuan yang juga mewakili Jakarta dari sekolah negeri biasa, menahan tangan Leo yang ditarik paksa.

"Saya ingin bicara sebentar dengannya"
Keduanya ditinggalkan dalam ruangan itu.

"Olimpiade ini adalah satu satunya peluang bagiku untuk mendapat beasiswa kuliah. Atau aku harus melupakan cita cita menyandang status mahasiswa."

Leo acuh tidak peduli. Anak perempuan di sebelahnya ini memang bawel sejak perkenalan mereka di kelas pelatihan olimpiade sebulan lalu. Sok kenal... tanpa diminta nyerocos bicara berlagak sahabat dekat.

"Di kelas pelatihan, saya selalu merasa kalah selangkah darimu Leo. Tetapi karena kejadian barusan, itu artinya kamu telah menjadi pecundang. Usaha yang kita lakukan mati matian untuk sampai ke sini kamu hancurkan. Kamu kalah sebelum bertanding. Padahal aku menunggu dengan hati berdebar, untuk melihat apakah bisa aku mengalahkanmu di kompetisi ini..."

Leo berdiri menjulang memandang ke bawah gadis yang jauh lebih pendek darinya itu.
"Buktikan saja kalau bisa menang. Tidak usah banyak bicara"

Si gadis menggeretakkan giginya.

"Aku akan menang"

Pintu terbuka dan seseorang memanggil si gadis agar bergegas ke auditorium. Akan ada penjelasan lomba yang akan diumumkan beberapa saat lagi.

"Ruri...ayo cepat ke auditorium!"

Ruri membalikkan badan setengah berlari meninggalkan Leo. Leo terduduk di lantai. Tubuhnya bergetar menyadari kebodohannya.

Seluruh hatinya ia tumpahkan demi persiapan ajang kompetisi ini. Sesuatu yang membuat ia lupa dengan hingar bingar perpecahan rumahtangga orangtuanya.

Tapi gara gara emosi sesaat ia kehilangan kesempatan.

Ia menangis.

Sendiri

Sakit sekali

THE LOVE I NEEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang