SEPULUH

13.4K 858 8
                                    

Kondisi Leo mulai membaik. Masih nyeri jika ereksi, tetapi tidak sesakit yang sudah sudah. Masalahnya sekarang adalah mental Leo terkena dampak. Ia jadi takut tidur, khawatir berlebihan jika terbangun dalam kondisi organ vital yang menyakitkan.

Kantung mata besar, dan dikelilingi lingkaran hitam membuat Leo berwajah kusut. Tulang pipinya mulai terlihat karena penurunan berat badan. Kombinasi kurang istirahat dan makan yang tidak teratur membuat Leo mulai kurus.

Gerard datang mengunjungi Leo ketika istirahat siang. Prihatin dan sedih melihat Leo yang tidak bahagia, tidak ceria.

"What's up bro?" Gerard menepuk bahu Leo

"Entahlah Ger...aku merasa tidak punya gairah lagi..."

"Panjang banget mikirnya bro. Dibawah santai saja."

"Bagaimana bisa santai Ger. Penyakit sialan ini berangsur sembuh, tapi rutinitasku membosankan. Tiap hari aku berkutat di kantor, bekerja, bekerja, bekerja... Hidup tanpa hiburan itu membosankan"

"Hiburan nge dugem, seks bebas, minum minum?", ujar Gerard sinis

"Situasiku beda denganmu Ger. Kamu kalau pulang ke rumah ada istri. Aku? Aku tidak punya lagi tempat yang bisa kusebut 'home'. Tau sendirilah Ger, clubbing itu hiburan pengusir capek, pengusir stres... And it's part of my life"

Gerard menghela napas. Leo sudah mencandu kehidupan yang salah, dan nasehat demi nasehat telah ia sampaikan pada Leo agar sahabatnya Itu berubah. Jika mengulang ulang lagi, ia kuatir Leo menganggapnya nyinyir.

"Kan bisa cuci mata sama dokter cantik itu..."

"dr Ruri?" Leo tersenyum,"Ya...cantik sekali. Kok bisa ya walau pakai hijab masih kelihatan cantik."

"Hari ini konsultasi lagi kan?"

Leo mengangguk.

"Kenapa tidak tebar pesona sama dokter itu?"

Leo menoleh cepat pada Gerard,"Apa?"

"Kalau selama ini incaran kamu cewek gak bener semua, mungkin sudah saatnya mencoba gadis baik baik. Biar ketularan baik...??"

Wajah Leo tampak berseri seri mendengar usulan Gerard. Ia penakluk wanita, pasti ia dengan mudah mendekati dr Ruri. Selama ini tidak pernah terbersit ide untuk mendekati dr Ruri secara personal, mungkinkah sekarang saatnya?

"Cukuran dulu ah sebelum ke tempat dokter..."Leo bergegas bangkit sambil mengelus wajahnya yang mulai ditumbuhi jambang tipis.

Gerard tertawa geli. Leo yang ceria telah kembali.

"Kalau kamu tidak bisa makan teratur, mungkin lebih baik langganan catering saja" usul Gerard pada Leo yang mulai bercukur di depan kaca wastafel.

"Sepertinya boleh juga."

"Langganan sama sago bento mau?"

"Cateringan Amina?"

"Ya..."

"Bisa gratis dong ya..."

Gerard bangkit dari duduknya sambil berkata," Tentu saja...ti dak"

Leo terkekeh, menghentikan kegiatan mencukurnya. "Kalau begitu tolong sampaikan ke Amina agar aku dimasukkan ke list pelanggan."

Gerard mengiyakan dan pamit. 

Bersiul siul, Leo merasa hatinya lebih ringan setelah bercengkrama sesaat dengan Gerard. Ia membuka lemari, meraih kemeja hitam. Memadukan dengan jeans gelap, lalu menggulung lengan kemeja. Tidak lupa memberi gel rambutnya agar terkesan acak.

'Wow Leo... You're really handsome...' Leo berkata kata narsis memandang bayangannya di cermin.

Mata pandanya tertutupi berkat kacamata minus yang ia pakai.

Penuh semangat positif, Leo bertekad akan jadi pasien pertama dr Ruri hari ini. Dokter cantik itu perlu memulai prakteknya dengan pemandangan indah. Pria tampan sebagai pasien pertama, bukannya kakek kakek reot seperti hari hari biasa.



THE LOVE I NEEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang