DUA PULUH

12K 805 8
                                    

Ruri memeriksa ulang tasnya.
Sip! Tidak ada yang ketinggalan...

Ia akan pulang dulu sebelum ke tempat prakteknya di klinik urologi!

Mengunci pintu ruangan, ia berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit menuju pelataran parkir. Mobilnya ia parkir di sudut lahan yang tersembunyi rimbunnya pepohonan.

Ruri mengernyit, semakin mempercepat langkahnya. Ada yang aneh dengan mobilnya!

Ruri membungkuk begitu ia telah sampai di sisi mobil.
Bannya kempes!!

Ruri mendesah...
Ketika ia menegakkan badannya, sesosok lelaki yang ia kenal mendekat, bersandar ke badan mobil, sambil tersenyum

"Butuh tumpangan?"

Ruri menatap penuh selidik, dan dengan sedikit memicingkan mata langsung berkata,"Ini kerjaan kamu kan...?"

Hanya dibalas oleh senyuman lagi, yang membuat Ruri yakin ini akal bulus lelaki yang sekarang menunggu jawabannya.

"Aku antar?"

"Kenapa ngempesin ban segala sih... usil banget!"

"Mobilku yang itu..."Leo menunjuk SUV putihnya yang berada tak jauh dari tempat mereka.

Ruri menginjakkan kakinya ke sepatu sport Leo dengan sengaja. Ia tidak menghiraukan pekik tertahan Leo dan berjalan menuju mobil putih itu.

Leo berlari kecil mengikuti, dan membukakan pintu.

"Aku tinggal di ka..."

"Aku tahu alamat kamu kok", Leo memotong

"Apa?!"

"Iya...nomor kamar apartemennya juga sudah tahu..."

Ruri menatap tajam lelaki di sampingnya.

"Jadwal praktek rumah sakit, schedule kerja kamu aku juga tahu..."

"Kamu yang ngebobol data aku dari database rumah sakit kan?"

Leo memasang sealtbelt sambil tertawa.

"Apa caramu mendekati perempuan selalu ekstrim begini?"

"Baru kali ini kok aku ngehack demi mengejar cinta"

"Tidak romantis...malah menakutkan. Stalker...!" rutuk Ruri

"Aku minta name card aja nggak dikasih. Ingat?" Leo mengerling, " Gimana mau pedekate kalau dari awal aku sudah dicap jelek"

Ruri diam, tidak berkomentar.
Sepanjang perjalanan keduanya sibuk dengan pikiran masing masing.

Leo membukakan pintu mobil begitu mereka sampai di gedung apartemen tempat Ruri tinggal. Ia menjejeri langkah Ruri, ikut masuk lift, dan menyamakan langkah menyusuri lorong.

Ketika tiba di pintu masuk apartemennya, Ruri berbalik berdiri menghadap Leo.
"Aku tidak tertarik dengan hubungan asmara. Jika kamu saat ini sedang bosan, salah besar menjadikanku target."

"Aku tidak mengajakmu berpacaran," ujar Leo, matanya mengunci Ruri," Aku menawarkan ikatan yang serius. Memintamu supaya bersedia menjadi pendamping hidupku."

"Alasannya apa?"

"Perlu alasan?"

"Tentu saja!"

Leo diam tidak menjawab, membuat Ruri kesal, "Perasaanmu padaku itu hanya euforia sesaat. Jika waktu terus berjalan, kamu pasti akan kembali ke hidupmu yang glamor dan bebas itu."

Wajah Leo berubah.

Raut sedih langsung terpancar dari kedua bola mata yang saat ini sendu dan sedang menatap Ruri. Ucapan Ruri menggores hatinya. Membuat ia merasa sesak.

THE LOVE I NEEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang