DUA PULUH DELAPAN

11.2K 784 25
                                    

Ruri memastikan pada semua orang kalau ia baik-baik saja.

Setelah ia menggerutu bahwa semua orang over reacted menanyakan keadaannya, barulah para sahabat yang sebelumnya ia undang menghadiri akad nikah pulang meninggalkan apartemennya.

Ruri berjalan ke kamar mandi, berendam, lalu dengan badan lebih segar menuju kasur dan bergelung di dalam selimut.

Tak pernah terpikir olehnya jika akad nikah hari ini akan gagal total. Wajah Leo yang kusut, kecewa dan sedih terlintas.
Ruri meraih handphonenya.

Ia tahu ada seseorang yang butuh dukungannya sekarang.

Membuat panggilan ke nomor Leo seolah sia sia saja. Leo menonaktifkan hpnya

Ruri pun mengetik pesan WA. Berharap Leo membacanya nanti.

Menulis kata perkata, lalu Ruri mengklik send. Bismillah..

Memejamkan mata, Ruri mengira ngira apa gerangan yang dilakukan Leo saat ini. Tidak mungkin Kan, Leo melarikan diri ke alkohol? Leo sudah berubah...

Ruri meyakinkan dirinya sendiri.

Dia harus keep the faith pada calon suaminya itu... Ketika dia menerima lamaran Leo, konsekuensi apa yang harus ia hadapi jika bersama lelaki dengan latar belakang kelam sudah ada dalam pikirannya. Bahkan point point konsekuensi itu beranak pinak dalam kepala Ruri.

Tapi ia sudah memilih.

Ruri membuka mata, lalu tersenyum. Sebuah nada panggilan khusus di hp yang ia atur untuk Leo berbunyi.

Secepat kilat Ruri menerima panggilan itu. Mendengar kata demi kata, permintaan maaf Leo atas kekacauan akad nikah mereka, dan bibir Ruri sumringah saat Leo menyatakan ia ingin menemui orangtuanya sebelum akad nikah perulangan minggu depan.

🌸🌸🌸🌸

Leo tidak menolak usulan Ruri yang mengatakan akan menyetir sendiri ke rumah Leo. Leo dari siang sibuk bercengkrama mengobrol santai dengan kedua orangtuanya. Percakapan sehari hari orangtua anak yang ringan. Mereka seakan menjemput waktu yang hilang belasan tahun lalu.

Sebuah ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatian mereka. Mom melangkah terburu-buru menuju pintu. Sudah tidak sabar menemui langsung calon menantu.

Sesosok gadis berhijab merah muda lengkap dengan senyuman menyapa mom dengan ucapan salam.

Yang membuat mom kaget, bukan si gadis yang cantik dan anggun sesuai deskripsi Leo, tetapi mata biru si gadis yang indah bak langit yang cerah. Indah sekali...

"Masuk nak.." mom membalas senyuman Ruri.

Di belakang mom muncul dad dan Leo.

Mereka beriringan menuju ruang makan dengan tangan Ruri digandeng hangat oleh mom.

Ruri gadis yang pintar, bersahabat, dan dengan mudahnya masuk ke obrolan keluarga itu. Seakan menunjukkan dalam hitungan hari ia akan menjadi bagian mereka.

Ia bahkan dengan sigap ikut membantu mom membereskan meja usai makan.

Dad diam diam mengacungkan jempolnya pada Leo saat Ruri dan mom berada di dapur. Membuat Leo menyunggingkan senyum.

Ia tahu pilihan yang ia buat kali ini tepat...

Menjelang pukul sepuluh malam Ruri pamit pulang. Leo menawarkan akan ikut mengantar, yang diterima Ruri. Mobil Leo mengiringi mobil Ruri dari belakang.

Kedua Mobil memasuki parkiran basement apartment. Ruri turun dari mobil dan mengisyaratkan agar Leo tidak usah mengantarnya ke atas. Membuka kaca jendela, Leo tersenyum. " Sampai jumpa Jumat depan"

THE LOVE I NEEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang