LIMA BELAS

11.9K 863 19
                                    

Halo... saya kembali update setelah beberapa bulan hiatus.
Maaf ya...bagi yang nunggu kelanjutan cerita, karena authornya memang too tired for writing story.
Baby saya lagi aktif aktifnya, seneng kesana kemari plus lagi toilet training. Saya jadi mak mak doyan ngepel yang bikin lelah badan juga batin... ish gayanyaaaa

Akhir kata...saya kasih warning slow update y, untuk kelanjutan cerita cerita di lapak saya... juga sempatkanlah ngeklik vote dan nulis komentar...saya selalu senang dengan feedback kalian...
See you!
📕📕📕📕

Ruri terkesiap ketika mencek pesan WA nya. Ada kontak tak dikenal yang mengirim pesan padanya.
Sebuah gambar...

Bukan gambar porno atau yang aneh aneh... hanya gambar jepretan sebuah kartu nama... lalu screenshot dokumen pdf yang merupakan data pribadinya.

Ruri buru buru mencek foto pengguna WA. Tidak ada yang bisa ia simpulkan karena hanya potret layar laptop yang dipenuhi kalimat syntax pemrograman.

Siapa ini?
Apa ia sedang diteror?

Haruskah ia membalas pesan ini?

Ketika Ruri masih sibuk menimbang nimbang tindakan apa yang akan ia ambil, pesan baru muncul.

Lagi lagi gambar!

Kali ini Ruri mengernyitkan kening. Gambar hasil crop google map yang menunjukkan sebuah lokasi dengan pin merah jambu. Alamat yang dimaksud si pengirim adalah sebuah hotel.

Ajakan untuk bertemu?
Apa mungkin ini teror?
Apa ia akan diculik?
Atau  ia akan dimintai sejumlah uang?

Takut...

Bulu kuduk Ruri merinding. Ia menunggu pesan berikutnya tetapi tidak kunjung datang.

'Ah...mungkin ini hanya ulah orang iseng!' Batin Ruri merebahkan tubuh di kasur.

Akhir pekan selalu dihabiskan Ruri untuk me time. Istirahat.

Memejamkan mata, Ruri memekik pelan kembali duduk.
Tidak bisa! Ia tidak bisa tidur siang dengan hati penasaran!
Ia amat sangat penasaran!

Ia akan mendatangi tempat itu. Hotel toh bukan tempat sepi. Banyak orang di sana. Kalau sebatas di keramaian dan bukan diajak ngamar masih aman.

Ia tidak takut! Ruri menegaskan kalimat tidak takut itu berulang ulang. Ia merasa tertantang karena si pengirim pesan seperti memberi kode duel padanya.

Kartu nama...
Data pribadinya! Otak pintar Ruri langsung menyimpulkan ini ulah hacker yang mengunduh dokumen pribadinya dari Rumah Sakit.

Mobil Ruri keluar dari parkiran basemen apartemen. Melaju menembus lalulintas menuju lokasi yang jaraknya dekat dari gedung tempat ia tinggal. Sebelum keluar dari mobil, Ruri mensearch nomor telpon polisi yang bisa dipakai untuk panggilan darurat. Hanya untuk berjaga jaga.

Ruri masuk ke lobi hotel. Celingukan...

Ia berjalan menuju kursi kursi minimalis di teras samping hotel dengan mata awas mengintai sekelilingnya.

Di sana cukup ramai orang orang yang bersantai di lobi. Bercengkrama, sibuk dengan gadget ataupun sekedar menikmati siang mendung berawan, jauh dari panas ibukota yang begitu akrap di hari biasa.

Mencari tempat duduk, Ruri mencek Hpnya dan kaget karena pesan gambar selanjutnya yang masuk adalah foto dirinya beberapa detik yang lalu. Difoto dari belakang yang menunjukkan punggungnya.

Ruri menoleh ke belakang untuk kemudian terpekik karena mukanya menyentuh sebuket penuh mawar merah yang harum.

"Hai..."

📕📕📕📕

Leo menekan send ketika ia berhasil menjepret punggung perempuan yang berjalan pelan beberapa meter di depannya.

Perempuan itu duduk mencek handphone dengan tubuh menegang dan menoleh ke belakang.

Saat itulah dengan langkah panjangnya, Leo mendekat dan menyorongkan buket bunga ke bahu kanan Ruri.

Reflek pertama Ruri adalah berdiri! Ia agak terhuyung karena saking cepatnya ia bangkit dari kursi. Matanya melotot kaget tapi dalam hati Leo memuji betapa keberanian wanita ini untuk tidak berteriak diacungi jempol.

"Hai..."

"Kamu...!" Ucap Ruri tertahan

"Yuk duduk"

Ruri duduk dengan mata yang masih waspada tak lepas menatap Leo. Menimbang apa gerangan maksud lelaki di depannya berlaku absurd agak menakutkan. Ruri ingat betul lelaki ini salah seorang pasiennya. Pasien ganteng yang sempat membuat ia berdebar.

Pasiennya ini kenapa? Ingatan tentang penyakit priapisme si pasien, lalu kegemaran free sex, alkohol, dan over dosis viagra membuat Ruri menghubungkan alasan kenapa mereka berada di hotel saat ini.

Apa lelaki ini menargetnya untuk diperkosa?

Frustasi karena penyakitnya?

Tapi terakhir kali mereka konsultasi, pasien nya ini mengaku sudah sembuh dan telah menerapkan gaya hidup sehat!

"Nih..." Leo menyodorkan buket bunga cantik penuh mawar itu

"Saya tidak bisa menerima pemberian tanpa alasan yang tidak jelas"

Leo tersenyum

"Ini sebagai ucapan selamat"

"Selamat apa?" Dalam otaknya, Ruri memilah milah kejadian apa yang ia alami belakangan yang patut diberi selamat.

Leo kali ini tersenyum lebar.
"Selamat telah membuat saya jatuh cinta..."

Hening...

THE LOVE I NEEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang