#3 So Sick

1.7K 273 14
                                    

Limario menunggu Rose di kasurnya sambil melihat ke banyak baju yang ia punya, tapi apalah dayanya jika tidak ada satu pun baju perempuan kecuali baju milik ibunya.

"Jadi aku harus memberikannya baju apa?" kepalanya terasa pusing jika memikirkan perempuan. Ia menyingkirkan semua baju itu dan pergi ke kamar sang Raja.

Perlahan ia mengatur napasnya dan mengetuk pintu kamar Ayahnya sendiri.

"Hmmm.." tengok raja Theo dari balik pintu kamarnya.

"Ayah sedang sibuk?"

"Tidak, kenapa?"

"Ayah masih menyimpan baju ibu yang kecil-kecil?" Limario mendelikan matanya, menyadari pertanyaan bodohnya.

"Buat siapa?"

"Roseanne?" Raja Theo lalu menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Limario dengan muka penuh tanya. "Habislah aku.."

Limario terduduk di depan kamar ayahnya sendiri, terkadang ia lebih memilih mondar-mandir untuk menghilangkan jenuhnya, lalu ia lompat-lompat sendiri sampai kedua penjaga yang berjaga di ujung lorong menggeleng aneh padanya.

"Theodorin.." panggil Ayahnya saat sang Raja berjalan keluar sambil membawa sebuah gaun berwarna biru, terlipat rapi dan tercium harum lavender darinya. "Ini baju yang di pakai oleh ibu mu saat masih muda dulu. Sepertinya cocok dengan tubuh Roseanne." Raja Theo mengangkat kedua alisnya dan memberikan itu pada anak tengahnya.

"Hmmm.." Limario memalingkan wajahnya sejenak. "Baiklah, semoga dia menyukainya." Limario menyambar gaun itu dan berlari pergi kembali ke kamarnya.

***

"Rose, aku sudah.."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!" Lim, panggilan pangeran itu, dengan cepat segera membalikkan tubuhnya ke balik pintu saat ia memergoki Rose yang masih menggunakan handuk sedang memilih bajunya.

"Aku minta maaf.."

"Pergi!! Aku belum berpakaian!! Kau tidak punya sopan santun, hah?"

"Bukan begitu, semua lemariku isinya hanya baju lelaki, apa kau akan memakainya? Tidak mungkin kan? Aku bawakan gaun ibuku kemari." Limario memberikan gaun itu dengan tangan kanannya sambil tetap berbalik, ia melangkah mundur perlahan sampai Rose meraihnya.

"Pergilah!!"

"Iya, iya." Limario pun segera keluar dan menutup pintu kamarnya. Dadanya naik turun, berusaha mengatur napasnya, jantungnya berdetak cepat. "Aku yang tidak sopan atau dia yang memang sengaja.." gumam Limario tidak ingin di salahkan. "Tapi aku menyukai saat dia seperti itu." Pikirnya mesum.

***
Jisoo berjalan perlahan setelah ia mengganti pakaiannya. Ia berjalan menemui Rose yang sangat cantik sekali menggunakan gaun berwarna biru langit yang pas dengannya.

"Nyaman?" tanya Jisoo sambil menyibakan rambutnya, rambut cepaknya itu sangat lurus dan rapi, sehingga saat ia melemparkannya, rambut itu akan kembali rapi seperti semula.

"Gaunnya sangat bagus, aku rasa aku akan kesulitan menjaganya agar tetap bagus saat aku pakai." ucap Rose sambil berputar-putar dan membuat gaun itu mengembang mengikuti gerakannya.

"Pakai saja, itu cocok denganmu." Jisoo berniat mengajak Rose berkeliling istana, dan tempat tujuannya adalah ke kebun kerajaan mereka.

"Kau juga berkebun?" tanya Rose sangat bersemangat saat ia melihat banyak bunga mawar putih yang sedang di rawat oleh beberapa pelayan.

"Aku memang senang berkebun, hanya saja aku tidak membicarakannya padamu." senyum Jisoo. Ia terlihat senang ketika orang yang ia sukai ternyata menyukai hobinya juga.

"Rose.." panggil Limario. Rose hanya menoleh sambil mendelik.

"Mau apa lagi dia itu?" gumamnya sambil tetap menoleh.

"Aku tau kau suka bunga mawar putih." senyum Limario terlihat sangat manis, di tambah rambut panjang cokelatnya berbeda jauh dengan sang adik yang berambut cepak. Limario memberikan bunga itu berharap Rose menerimanya.

"Dia tau seleraku.." senyum Rose simpul, menyembunyikan kesenangannya.

"Sebaiknya kau simpan saja." Limario memasang wajah dingin ketika perbuatannya di abaikan. "Kau simpan saja untukmu."

"Aku hanya ingin membawakannya ini." Ia membantah ucapan sang adik.

"Rose, ayo kita pergi." ajak Jisoo menarik tubuh Rose menjauh, padahal gadis itu belum menjawab bahkan mengambil bunga yang Limario berikan.

"Adik tak tau diri, pulang dari negara jauh bukannya lebih baik, malah lebih kurang ajar." dengusnya.

***

Semenjak Jisoo pulang ke Elvertale, Limario sebagai sang kakak harus mengikuti kemana adiknya pergi, meski tak terlalu jauh jarak umur mereka tapi Jisoo lebih terlihat kekanak-kanakan dari usianya. Limario tau jika adiknya memang bisa menjaga dirinya sendiri, tapi keluarga kerajaan harus di kawal ketat kemana pun mereka pergi.

"Kau mau ikut?" tanya Jisoo saat ia melihat sang kakak yang sedang berdiri di atas balkon.

"Kemana?"

"Ke kota, aku ingin berkunjung kesana, sekalian ingin mencukur rambutku. Sudah mulai panjang sepertinya, rambutmu itu kuno.." ledeknya sambil melihat sang kakak.

"Semua elf memang berambut panjang, kau saja yang keluar dari jalur."

"Seorang elf di Inggris terlihat sangat tampan dengan gaya potongan pendek, tidak kuno sepertimu."

"Terserahlah.." dengus Limario.

***

Semua mata tertuju pada Jisoo, putera mahkota bungsu dari kerajaan Elvertale. Limario yang bersembunyi di balik jubahnya hanya bisa bersikap tenang, agar mereka tidak menyadarinya.

"Pangeran.." panggil beberapa gadis dengan histeris.

"Selamat pagi.." sapa Jisoo sambil menyibakkan rambutnya, membuat para gadis mengidam-idamkan sosoknya.

"Dasar tukang pamer." dengus Pangeran Lim sambil membuang wajahnya. "Aku ingin pergi, kau bawa kudaku." suruhnya pada seorang pengawal, belum sempat pengawal itu mengiyakan, ia sudah pergi dengan jubahnya.

"Mungkin aku harus mencukur rambutku juga?" gumamnya. Ia berjalan cepat memasuki sebuah tempat cukur sederhana. Ia ingat, dulu Raja Theo pernah mencukur rambutnya disana, sudah menjadi langganan keluarga kerajaan.

***

Potongan fade menjadi pilihan Limario untuk membuktikan pada adiknya jika ia juga tidak kalah tampan.

"Terima kasih.." ucap Limario sambil memberikan bayaran atas potongan rambutnya.

"Tidak usah, kerajaan sudah menjadi pelangganku." senyum barberman itu.

"Hmmm, baiklah.. Lain kali aku akan membawakanmu sesuatu. Sampai jumpa." Limario merasa puas dengan potongan rambutnya.

Ia berjalan menuju pintu keluar, bersamaan dengannya masuklah Jisoo dengan beberapa pengawal, adiknya menatap sang kakak dengan wajah sinis, Limario pun menatapnya balik.

***

Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang