Limario berjalan menuruni tangga setelah meninggalkan kamarnya, ia menoleh ke arah Jisoo yang sedang mengasah pisau kesayangannya.
"Mau kemana?" Jisoo menatap ke arah sang kakak sambil mengacungkan pisau itu.
"Kau itu bertanya padaku atau bagaimana?" Limario melangkah mendekati sang adik sambil mengacak rambut cepaknya yang baru saja ia pangkas rapi.
"Hmm.." seringai Jisoo. "Kapan kau pindah?" Limario terdiam dan duduk di sisi adiknya itu, menatap Jisoo agak lama dan tertunduk.
"Berat memang rasanya jika harus meninggalkan istana bahkan untuk waktu yang lama." Limario bersandiwara.
"Yang benar saja.." dengus Jisoo. "Apa kau akan benar-benar menjadi raja disana?"
"Ya begitulah katanya, karena mereka tidak memiliki keturunan laki-laki dan yang awalnya mereka akan memberikan kerajaan mereka pada si bodoh Leon itu, sekarang jadi padaku."
"Hmm begitu ya.." Jisoo sedikit ragu untuk melanjutkan pembicaraan mereka. Ia menggigit bibir bawahnya, memutar otaknya agar dapat mengucapkan pertanyaan itu. "Lim.." panggilnya pelan.
"Apa?"
"Mungkin tidak jika aku menikahi Jennie?" Tanyanya ragu.
"Mungkin saja, tidak ada yang tidak mungkin." Tangannya mengambil cemilan milik sang adik sambil duduk bersandar dan bersantai.
"Tapi jika kau sudah seperti ini kan berarti Jennie adalah saudaraku."
"Bagaimana hukum pernikahan elf? Sepupu saja bisa menikah. Ya meskipun jarang dan bahkan sedikit sekali yang melakukannya, tapi hukum saja sudah bicara seperti itu."
"Kalau aku menghamili Jennie agar bisa sepertimu?"
"Ih kau gila?!" Limario melempar snack yang baru saja akan ia makan ke kepala Jisoo dengan keras.
***
"Jen.." Rose memanggil dan mencari kakaknya di kamarnya sendiri tapi gadis berzodiak capricorn itu tidak ada. "Kemana dia ya?" Perut Rose sudah mulai terlihat berisi, sang kakak dan ibunya selalu memberikan asupan nutrisi yang baik sampai menjelang kelahirannya dan sebanyak apapun dia makan, tubuhnya masih sanggup membuat Limario berkeringat dingin saat menatapnya.
"Kau mencari apa?" Ibunya yang sedang mengupas kulit apel di meja makan melihat Rose dengan wajah bingungnya mencari sang kakak.
"Jennie? Mana?"
"Ia di luar, di kebun." Jawabnya singkat. Rose berjalan pelan ke jendela di dekatnya yang langsung mengarah ke kebun milik mereka, ia melihat Jennie dan Jisoo yang sedang sibuk bercanda sambil menanam tanaman baru mereka.
Limario berjalan mengendap-endap memberi isyarat pada mertuanya itu agar tidak berisik, ibunya hanya menyeringai sambil menggelengkan kepalanya, tak menyangka ia mendapati menantu yang terkadang otaknya hanya setengah ia pakai.
"Ada Jisoo.." gumam Rose sambil tersenyum.
"Kalau sudah besar jangan main bunga ya.." Rose terkejut saat dua tangan suaminya itu melingkar dengan mulus di pinggangnya, mengelus pelan perutnya sambil bersandar di bahunya.
"Sejak kapan kau datang?" Rose menatap ke arah Limario.
"Sudah lama, lumayan lama." Lelaki itu melihat sang adik dan kakak dari Rose terlihat sangat senang di luar sana. "Roseanne.." panggil Limario sambil menoleh dan menciumi pipi chubby istrinya.
"Hmm?"
"Kalau saja, kalau ya.."
"Iya."
"Kalau.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"