"Mandi!!" suruh Limario saat melihat Jisoo yang hanya berdiri terdiam di depan sebuah kamar mandi. "Badanmu sudah sama seperti kerbau." ejeknya.
"Kamar mandi disini hanya ada satu. Kalau aku ke dalam, nanti kotor semua lantainya."
"Ya bersihkanlah." suruh Limario. Ia mengelus kuda kesayangannya, Phillips, sambil memperhatikan Jisoo yang kedinginan. "Jennie mana?"
"Mandi." ia mulai gemetar tapi di dalam Jennie masih bermain air ria membersihkan badannya menggunakan air hangat.
"Jisoo!!" panggil Jennie dari dalam.
"Ya?"
"Aku lupa membawa sabun, ambilkan sabun." Jisoo terdiam, gadis itu yang mempunyai istana ini lalu ia menyuruhnya mengambilkan dia sabun untuk mandi, mana Jisoo tau.
"Dimana?"
"Tanya saja pada pelayan." Jisoo melipat kedua tangannya di depan dadanya sendiri dan berjalan pelan ke arah seorang pelayan.
"Aku meminta sabun untuk mandi." ucapnya dengan gemetar.
"Sabun? Sebentar." lelaki paruh baya itu berlari ke arah sebuah gudang di dekat dapur dan mengambilkan sabun untuknya. Bentuknya kotak dan keras tapi harumnya sangat menggugah jiwa.
"Ini sabunnya?" Jisoo menerima sabun itu.
"Iya itu sabunnya." lelaki tua itu tersenyum.
"Oh iya, terimakasih." Jisoo tersenyum ragu, lalu berjalan lagi ke kamar mandi. "Ini sabun atau batu, keras sekali." ia memperhatikan bentuk sabunnya.
Tokk.. Tokk..
"Mana?" Jennie membuka sedikit pintunya, uap panas segera keluar karena ia mandi menggunakan air hangat.
"Ini sabunnya." Jennie meraih sabun itu tanpa melihatnya, sialnya sabun itu terjatuh. "Eh sabun.." Jisoo membungkuk mengambil sabun itu, tapi sabun itu sudah terkena air dan menjadi licin. "Ah yang benar saja." dengusnya. "Argghhh.." badannya tersungkur masuk ke dalam kamar mandi. Jennie yang melihat Jisoo sudah setengah badan masuk ke dalam hanya berdiam di belakang pintu sambil menutupi tubuh telanjangnya.
"Masuk saja dan ambil sabunnya." suruh Jennie cepat. Ia menarik tubuh Jisoo masuk tapi belum sempat Jisoo menoleh, tamparan keras berhasil membuatnya menutup mata dengan rapat.
"Apa-apaan itu.." ringisnya lagi. Hari ini, Jennie sudah banyak menampar pipinya.
"Aku sedang mandi, jangan sampai kau mengintip." Jennie menutup pintu kamar mandinya dan menguncinya ia mengambil sabun itu dari tangan Jisoo. "Terus berbaliklah, dan jangan sampai menengok ke arahku, atau akan ku hajar lagi wajahmu." ancam Jennie dengan galak.
"Baiklah baiklah." Jisoo hanya berdiri memandang tembok abu di hadapannya. Tubuhnya terguyur oleh air hangat yang sedang di gunakan oleh Jennie tapi saat ini bukan gilirannya untuk mandi.
***
Menunggu memang membosankan, Jisoo mulai lelah menunggu sang putri mandi sedari tadi.
"Aku sudah selesai. Aku akan berbalik dan kau mandi." suruh Jennie. Jisoo pun membuka bajunya satu persatu, saat Jennie berbalik ke belakang dan tak ingin melihat lelaki itu mandi.
Kulit pucat Jisoo terlihat memerah saat air hangat itu mengguyur tubuhnya. Otot-otot yang terbentuk dengan sangat bagus menambah keseksian tubuh lelaki itu saat ia telanjang sepenuhnya.
"Jisoo!!" panggil Jennie lagi saat ia sedang membersihkan rambut cepaknya.
"Hmm.."
"Ambilkan aku itu." ucap Jennie menunjuk ke arah baju basahnya yang ia gantung.
"Kenapa kau simpan setinggi itu?" Jisoo berjalan mendekati Jennie yang membelakanginya.
"Tadi aku melemparnya dan sampai kesana, ambilkan bajuku. Akan aku cuci sekalian." pintanya sambil berjinjit. Jisoo berdiri tepat di belakang Jennie, dada bidangnya menyentuh bahu gadis itu saat ia mengambilkan pakaian yang Jennie minta.
"Apa itu?!!" Jisoo seketika melepaskan pakaian Jennie saat ada sesuatu yang menyentuh tangannya.
"Apa!!" Jennie berbalik dan berjingkrak ketakutan, ia merapatkan tubuhnya ke tubuh Jisoo.
"Itu handukmu basah!!" Jisoo ikut panik. Jennie melemparkan handuk yang ia kenakan dan tetap merapatkan tubuhnya ke arah Jisoo. Jisoo dengan sigap menangkap handuk milik kekasihnya itu dan menggantungkannya. "Aku tidak yakin tadi itu apa.."
"Apa yang kau sentuh tadi?!" teriaknya histeris.
"Entahlah.. Sudah sudah.." Jisoo memeluk tubuh Jennie dengan erat, ia mengelus kepalanya pelan dan berusaha menenangkannya.
"Aku takut.." ringis Jennie.
"Coba aku lihat." Jisoo memeluk Jennie dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lainnya memeriksa pakaian Jennie. "Ini hanya potongan tanaman, astaga.." dengusnya kesal. Ia memperlihatkan potongan tanaman itu pada Jennie. "Lihat, bukan apa-apa." Jennie mengambilnya dan Jisoo kembali memeluknya. Ia membuang tanaman itu dan kembali ke pelukan Jisoo.
"Jisoo.." Jennie membelalakan matanya saat ia sadar jika tubuh mereka berdua berpelukan dengan keadaan telanjang. Ia menengadah ke arah Jisoo yang segera di sambut oleh ciuman lembut dari lelaki itu. "Jisoo.. Hmmmpphh.." Jennie berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Jisoo. "Jisoo!!"
"Apa?" jawabnya dengan suara yang mulai parau.
"Badanku kotor lagi karenamu!!" protesnya keras.
"Mandi lagi." jawabnya datar. Jisoo menempatkan Jennie di bawah guyuran air hangat dan mengambil sabun yang tadi Jennie gunakan. Ia mulai menyabuni bahu gadis itu perlahan sambil mengelus kulit mulusnya.
Mandi yang tak berujung, Jisoo tak bisa lagi berpikiran jernih saat ini, ia mengecup tengkuk gadis itu perlahan-lahan sambil mulai melingkarkan tangannya di pinggang Jennie.
"Bisakah cara ini aku gunakan agar bisa seperti Rose?" pikir Jennie yang mulai mengeluarkan rintihan-rintihannya di balik suara guyuran air.
Kedua tangan Jennie menahan tangan kekasihnya yang mulai meremas aset miliknya itu semakin keras saat perlahan ia memasukan batang keras ke dalam dirinya.
"Apakah aku harus memikirkannya dua kali?" pikir Jennie di sela-sela permainan panas mereka.
Jennie sedikit berjinjit saat batang itu semakin melesak masuk ke dalam tubuhnya. Ia baru kali ini merasakan dorongan nafsu seksual yang sangat besar dari Jisoo. Kedua tangannya menahan ke arah tembok di depannya saat Jisoo semakin mendorong tubuhnya dari belakang dengan kuat.
"Dimana??" bisik Jisoo saat Jennie sudah terbuai oleh permainan mereka.
"Di dalam.." balasnya. "Cara Rose patut di coba.." seringainya jahat saat Jisoo memeluk tubuh gadis itu dengan erat.
***
"Darimana kau?" Jisoo yang sudah tampan tampak berjalan menghampiri Limario yang sedang duduk bersama Rose.
"Dari bawah. Besok aku dan Thorin akan kembali ke istana." senyum Jisoo sambil berlutut di hadapan Rose. "Kapan keponakan baruku akan lahir, hmmm?" ia mengelus perut Rose pelan. "Apakah dia laki-laki?" Jisoo menatap Rose yang di jawabnya dengan anggukan dan senyuman manisnya.
"Baguslah, dia tidak akan cerewet seperti ibu dan bibinya."
"Bisa saja ia penakut seperti pamannya." ledek Limario.
"Hei!! Aku pemberani ya!! Kau akan jadi keponakanku yang paling berani, nanti kalau kau sudah besar, aku akan mengajarkanmu caranya berkuda dan memanah."
"Jisoo.." Jisoo berdiri menghadap Rose dan menatapnya.
"Iya?"
"Kau akan menikahi Jennie?" tanya Rose dengan tatapan serius.
"Tentu saja." jawab Jisoo mantap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"