"Hmmmppphh!!" jerit Rose tertahan.
"Kau diam dulu, baru aku mau membuka mulutmu." ancam Limario sambil menatap Rose di dalam kegelapan. Rose mengangguk dan terdiam. Limario melepaskan tangannya dari mulut Rose, memastikan jika di luar kamar gadis itu tidak ada orang yang berlalu lalang.
"Mau apa kau kemari?" Rose memarahi Limario dengan suara yang hampir terdengar seperti orang yang sedang berbisik.
"Tidak mau apa-apa, hanya memastikan jika kekasihku baik-baik saja." senyum Limario yang samar terlihat karena gelap.
"Buka saja bajumu, nanti kau sakit." Rose berjalan ke arah lemari pakaiannya, berusaha meraba-raba pakaian yang ia lihat samar-samar. "Aku tidak tau apakah aku memiliki baju laki-laki atau tidak." ia menemukan sebuah singlet tanpa jahitan yang terlihat cukup untuk Limario.
Rose berjalan mendekati lelaki yang sudah bertelanjang dada itu, memberikan singlet yang ia bawa untuknya.
"Kau simpan saja dulu, badanku masih sangat basah." Limario berusaha mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk milik Rose. Ia mengeringkan dada bidangnya, turun ke perut sixpack dan pinggang rampingnya, celananya turun terlalu rendah, hampir memperlihatkan benda berbahayanya.
"Lim.. Bisa kau bantu aku? Bajuku berat sekali, sepertinya karena aku basah kuyup, terlalu banyak air di bajuku." Rose mengangkat kedua tangannya, menunggu Limario membuka baju miliknya.
"Hmmm.." sekali angkat, baju itu lolos dari badan Rose, benda ranum yang masih terbungkus milik kekasihnya terasa jelas menggesek kulit Limario.
"Disini dingin sekali.. Bbbrrrrr.." Limario kembali menggigil, kulit pucatnya sangat jelas terlihat, mengalahkan kegelapan kamar itu. Rose yang tadinya berbalik dan sudah bertelanjang dada juga segera memeluk Limario, ia mencoba menghangatkan kekasihnya itu dengan tubuhnya sendiri.
Pandangan mereka bertemu saat Limario menatap Rose yang sedang mendongak ke arahnya. Tatapannya bertemu dengan pemilik mata cokelat indah di hadapannya yang menatapnya balik dengan tajam.
"Apa yang kau lihat?" Rose masih menatap Limario, lelaki itu tidak berkedip sama sekali. "Lim.."
Chuu..
Ciuman panas mendarat di bibir Rose saat ia belum selesai memanggil nama pangeran di depannya. Limario menarik tengkuk Rose pelan, membuat ciuman itu semakin dalam lagi.
Awalnya gadis itu kaget, kedua tangannya menahan tubuh Limario mendekat, tapi semakin lama bibirnya menerima rangsangan itu, matanya mulai sayu dan terpejam, merespon setiap lumatan lembut di bibir bawahnya.
Kedua tangannya tak lagi menolak, keduanya mulai menjalar mengikuti garis tengah dada Limario, menuju perutnya yang berbentuk seperti roti sobek, dan berakhir di tengah pusarnya.
Cckkk..
Liur mereka membentuk sebuah garis tipis saat keduanya saling menjauh dan mengakhiri ciuman itu. Saling bertatapan lama menjadi komunikasi yang bisa mereka lakukan di saat mereka tidak lagi menghirup udara dari hidung, tapi dari mulut dengan terengah-engah.
"Mmhhhh.." Rose dan Limario menarik tubuh orang di depannya secara bersamaan, cumbuan itu kembali terjadi, lebih cepat, lebih panas, lebih kasar seperti sebelumnya. Mereka berlomba saling menghisap dan menggigit bibir pasangannya.
Rose membantu Limario menurunkan celananya, begitu pun lelaki itu, sepertinya ia sudah mendapatkan panggilan alam untuk segera melanjutkannya ke fase yang lebih menantang.
Kali ini Limario berhasil menelanjangi Rose lebih dulu, dengan posisi berdiri, ia mengangkat kedua tangan gadis itu ke atas dan mengeluarkan batang keras tak bertulang miliknya.
Tak ada suara dari mulut sang putri selain deru napas yang memburu karena panasnya permainan ini atau karena dinginnya udara malam disertai hujan yang belum berhenti.
"Roseanne.." desah Limario, batang keras itu mengacung tegak, kepalanya sudah pusing ingin segera menggeluti tubuh gadis cantik itu.
"Ini pertama kali.. Ahhh.." Perlahan Limario mengecup leher Rose senti demi senti, menimbulkan suara decapan yang nyaring terdengar. Rose menyentuh ujung batang itu, memijatnya naik turun, tak sadar.. Ia membuat Limario semakin beringas.
Limario mengangkat 1 kaki Rose, mengelus batangnya perlahan dan mulai menggesekannya.
"Aku yang pertama?" Ia berusaha meyakinkan Rose sebelum memulainya.
"Jadilah yang terakhir.." tarik Rose pada tengkuk Limario bersamaan dengan masuknya benda asing itu. "Nggghhh.." Rose memejamkan matanya rapat, menahan rasa perih dan ngilu, rasa sesak di selangkangannya saat benda itu merangsek masuk.
"Maafkan aku.." Limario memeluk tubuh telanjang Rose yang mulai melemas, ia pun mulai bekerja memompa batang itu keluar masuk sesuai deru napas mereka.
Darah segar mengalir membentuk garis dari area permainan mereka melewati paha mulus gadis itu, benar ternyata, ini kali pertamanya.
Hentakan keras yang Limario buat dengan sengaja semakin menambah rasa ngilu untuk Rose, beberapa kali ia menggigit bahu lelaki itu dan mencakarnya. Bahkan ia tak segan-segan untuk mengacak dan menjambak rambut cepak Limario saat batang miliknya melesak semakin dalam.
"Be mine, Roseanne.." gerakan Limario semakin cepat, pelukan Rose semakin erat. Tapi ucapan Limario tak ia gubris sedikit pun. "Let me in.." suara serak Limario memaksa Rose menekankan pinggulnya ke tubuh Limario, kakinya berjinjit saat batang itu mengeluarkan semua isi yang membuat pemiliknya pusing sedari tadi. Cairan putih itu mulai mengalir melalu batang Limario, pertanda di dalam sudah penuh terisi.
Badan Rose mengejang, kakinya bergetar dan terasa sangat lemas, tapi Limario belum selesai mengeluarkan isinya. Ia membuat Rose menautkan kedua kakinya di pinggangnya, memeluknya erat dan membawa mereka jatuh ke ranjang. Mereka saling berbaring dengan posisi yang tidak berubah, benda itu masih hangat tertancap dan sesekali saling bergesekan.
***
Tokk.. Tokkk.. Tokkkk...!!
"Roseanne!!"
Tookk.. Tokkk.. Toookk...
"Roseanne buka pintunya!!" teriak Leon kencang, ia berusaha mendobrak pintu kamar Rose tapi pintu itu terkunci rapat.
"Hahhhh..!!" Limario terkejut saat teriakan Leon memaksanya untuk membuka mata. Dilihatnya Rose yang masih tertidur lelap sambil menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidang Limario. "Rose.." tepuk Limario pelan di pipi kekasihnya.
Brukkkk.. Brukkk.. Brukk...
Leon mendobrak pintu itu dengan sangat keras, tapi ia gagal lagi.
"Roseanne!! Bangun!!" Limario melepaskan pelukannya, melompat dari atas kasur dan menyambar pakaiannya yang masih basah. Batang kekarnya itu masih basah di lumuri sisa semalam, tapi ia tak ada waktu untuk memikirkan itu.
"Hmmm.." Rose menatap Limario yang tergesa-gesa mengenakan bajunya. "Ada apa?" ia terbangun dengan menahan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Pakai bajumu!!" tanpa pikir panjang Rose mengikuti perintah Limario untuk mengenakan pakaiannya.
"Roseanne!!!" teriak Leon.
"Iya sebentar!!"
"Aku harus pergi.."
Chuuuu..
Ciuman kilat ia berikan tepat di bibir gadis itu, Limario segera melompat keluar dari jendela dan menuruni bebatuan terjal sambil berlari.
"Kenapa kau lama sekali membuka pintunya?" Leon mencengkram rahang Rose dengan kencang, menatapnya dalam-dalam.
"Aku masih tidur.."
"Bohong." ia membuang tatapannya dan melepaskan cengkramannya dengan kasar. "Aku rasa kau bersama seseorang.." Limario terengah-engah sambil bersembunyi di antara bebatuan, menghindari pandangan Leon yang mencarinya di luar jendela.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"