Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk.." ucap Limario.
"Lapor, pangeran. Ada yang mencari Yang Mulia di bawah." penjaga itu hanya berdiam di depan pintu kamar Limario.
"Siapa?"
"Raja.." Limario menoleh, rambut basahnya membuat parasnya semakin tampan.
"Raja siapa?"
"Raja Ryuga, Pangeran." Limario pun terdiam, tak menatap penjaga itu lagi.
"Baiklah, aku akan turun sebentar lagi, rambutku masih basah."
"Baik, Pangeran."
"Hei, penjaga!!" penjaga itu tak jadi menutup pintunya, ia menoleh ke arah Limario yang sudah melemparnya dengan sebuah permen jahe. "Makanlah itu, sebentar lagi musim dingin."
"Te-terima kasih, Pangeran."
"Untuk apa Raja kemari?" pikir Limario sambil memakai baju zirahnya. "Mau melamarku?" pikirnya yang disertai senyuman girang. Ia bergegas dengan semangat, membawa helm besinya, tapi ia terhenti di balik pintu kamarnya. "Dimana-mana lelaki yang melamar bukan perempuan." ia menoyor kepalanya sendiri dan keluar.
***
"Terima kasih sudah berkunjung kemari, suatu kebanggaan bagi kerajaan kami, bisa menerima kiriman pasukan untuk Elvertale." Raja Theo mulai berbincang di meja makan besar bersama Raja Ryuga, sedangkan Jisoo dan Limario baru saja menuruni tangga, mereka bahkan jalan berdampingan.
Terlihat cukup jelas jika tangan kiri Jisoo yang masih di perban akibat kejadian kemarin masih basah dan Limario yang masih menyimpan rasa kesal pun enggan menyapa adik kandungnya sendiri.
Tubuh mereka gagah oleh baju zirah mereka masing-masing, Limario mendekati salah satu prajurit dan berdiri disampingnya.
"Apa yang Raja lakukan?"
"Yang Mulia, Raja Ryuga mengirimkan 100 pasukan dari Bulgaria untuk menjaga Elvertale."
"Oh begitu." Limario teringat akan kata-kata Jennie dan Rose kemarin, jika Ibu mereka sedang pergi ke Bulgaria.
Limario menunggu Raja Ryuga di luar sedangkan Jisoo sibuk di kebun kerajaan.
"Selamat pagi, Pangeran.." sapa Raja Ryuga yang diikuti Raja Theo di belakangnya.
"Selamat pagi juga Yang Mulia." Limario membungkuk memberikan hormatnya.
"Ada acara hari ini?"
"Berkunjung ke kerajaan anda mungkin, jika Yang Mulia berkehendak." senyum Limario, kalau di jaman modern bisa disebut dia sedang modus sama Raja.
"Berkunjunglah, tidak ada anak lelaki di kerajaanku." Raja Ryuga berjalan melewati Limario. Pangeran itu hanya tersenyum, saat calon ayah mertuanya menawari ia berkunjung.
"Suatu saat, Ayah.." Limario mengatupkan kedua tangannya dan menyimpannya di depan dada, tersenyum sumringah dan berjingkrak-jingkrak. "Ahhh Ayah.." teriaknya pelan.
Kedua penjaga di sampingnya terlihat bingung dengan sikap pangeran yang satu ini.
"Pangeran anda tidak apa-apa?" tanyanya, tapi tidak ada respon. "Pangeran mau permen jahe?" tawarnya. Limario hanya mendelik dan menyembunyikan raut wajahnya yang bersemu merah.
"Untukmu saja." ia pun memasang wajah datar dan pergi.
***
Ada berita dari kota, beberapa pedagang di pasar di peras oleh sekelompok orang. Berita ini sampai juga ke telinga Raja Ryuga, dilihatnya Limario yang masih sibuk dengan kudanya dan Jisoo dengan tanamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"