"Jadi Yah, memang benar faktanya jika Elf dan manusia tidak bisa bersatu?" Limario menyesap kembali teh hangatnya. Setelah menceritakan bagaimana kisah dramatis yang ia dan Rose alami selama ini, Lim menjadi gemas sendiri.
"Iya faktanya sih begitu, tapi Ayah dan Ibu bisa kan bersatu? Jennie dan Paman Chu juga bisa, tapi Ayah berharap kau tidak mendekati manusia, hmm.. Boleh saja, tapi.. Jangan lakukan kesalahan yang pernah Ayah perbuat." jelas Limario. Ethan mengangguk sambil meremas gelas yang baru saja ia ambil. "Kenapa?" melihat gerak gerik sang anak, Lim menjadi curiga.
"Jika aku menyukai manusia?"
"Hmm.. Ayah perlu bicarakan ini dengan Ibu."
"Ayah akan marah padaku?"
"Ayah belum membicarakannya pada Ibumu." senyum hangat Limario menghilang, wajahnya menjadi dingin dan sukar di tebak.
***
Jennie merenggangkan tubuhnya sesaat setelah ia bangun dari tidur nyenyaknya, wanita itu mengelus lembut wajah tampan yang masih tertidur seperti bayi mungil, menyembunyikan wajahnya di balik selimut yang tertutup setengah.
Wanita bermata kucing itu hanya menyeringai kemudian kembali menyibakan selimut yang menutupi Jisoo, ia merangsek masuk ke dalam pelukan lelaki itu dan menggesekan wajahnya tepat di ceruk leher sang suami.
Jari jemari lentiknya mulai menggerayangi perut rata milik Jisoo sambil sesekali mencubitnya dengan gemas. Yang sedang di gerayangi, sesekali mendengus dan tetap membiarkan Jennie melakukannya. Bahkan saat Jennie mulai menanggalkan pakaian bagian atas milik Jisoo, lelaki itu tetap terdiam dan menutup rapat kedua mata sipitnya.
"Sayang.." suara serak dari Jennie tak digubrisnya sama sekali, ia memilih tetap tertidur lelap dan mulai menarik tubuh Jennie untuk masuk ke dalam dekapannya.
"Meluknya jangan kencang-kencang." dengus Jisoo.
"Hmm.." gumam Jennie sambil memamerkan senyum manisnya. Jisoo masih enggan membuka kedua matanya untuk pagi hari ini, ia memilih untuk berhibernasi lebih lama lagi sebelum manusia paling menyebalkan untuknya, Lim, datang ke kamar dan menyeretnya untuk mandi. "Aku.. Hari ini.. Hmm.."
"Kau mau berkuda di pinggir pantai dengan bra dan celana dalam saja?" ucapnya acuh.
"Bukan.." Jennie masih memasang senyuman manisnya meskipun nyatanya Jisoo tak membuka matanya sedikit pun.
"Hmm.. Kau mau berkebun karena sedang ingin main tanah dan buang-buang air di halaman?" tebaknya lagi.
"Bukan juga, aku sedang tidak ingin kotor-kotoran." geleng Jennie. Ia memeluk Jisoo dengan erat sambil menyusupkan wajahnya di ceruk leher sang suami.
"Kau sedang ingin pergi ke sungai?"
"Astaga Jisoo-ya, kenapa kau tidak bisa menebak apa mauku hah?" protes Jennie, ia mencebikan bibir mungilnya sambil memasang wajah kesal.
Cupp..
"Jangan cemberut begitu." ucapnya setelah mencium bibir wanita kesayangannya. "Aku sedang tidak bisa berpikir banyak tentang kemauanmu sekarang Jen, jadi kau sebutkan saja apa maumu, tidak perlu pakai tebak-tebak segala.." dengus Jisoo sambil membenarkan posisi bantalnya.
"Aku sedang ingin berkeliling saja." telunjuknya bergerak membentuk sebuah garis tipis di atas dada bidang suaminya. "Tapi kalau kau sedang tidak mau, aku juga tidak keberatan.." seringainya diam-diam.
Sensasi geli yang Jennie ciptakan terasa sangat mengganggu untuknya, lelaki itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan memaksakan diri untuk tetap terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"