#22 Leaves

1K 132 20
                                    

Adanya Ethan yang menjadi anggota keluarga kerajaan yang baru, segera tersebar ke seluruh penjuru kerajaan, baik Elvertale maupun Eques Teram. Banyak yang ikut berbahagia saat Limario dan Rose bisa menikah dan memiliki keturunan, seorang pangeran tampan. Tapi tak sedikit juga yang mencibir di belakang mereka, mereka hanya bisa menggerutu dan membicarakan yang tidak tanpa sepengetahuan pihak kerajaan, hukumannya berat jika kedapatan mencibir.

Kelanjutan hubungan Jennie dan Jisoo masih abu-abu, tak bisa di tebak apakah mereka akan lanjut lebih jauh, atau mereka hanya sekedar kekasih. Kehamilan Jennie, membuat Raja Theo sangat pusing, ia bingung harus mengambil keputusan yang terbaik saat Limario terus mendesaknya untuk menyetujui hubungan sang adik.

"Ayah tak bisa menyetujuinya."

"Ayah ingin kerajaan menanggung malu karena memiliki perempuan yang tengah hamil tanpa ada status dari hubungannya? Itu pun menyangkut nama baik Jisoo dan namamu, Yah. Aku sudah banyak memberikan solusi untuk keputusanmu, kenapa Ayah tak pernah bisa bertindak cepat?" Limario naik pitam saat Raja Theo masih bersikeras dengan jawabannya, yaitu tidak.

"Ayah akan mengasingkan Jisoo dan Jennie." Putra sulungnya itu berdiri dan menghadap ke hadapan Ayahnya dengan napas memburu dan tangan yang semakin mengepal kuat.

"Ayah tidak bisa melakukan itu!!"

"Tentu saja Ayah bisa, Ayah masih menjabat sebagai Raja."

"Aku menolak, jika kau mengasingkan Jisoo dan Jennie, maka tak ada dari kami yang akan memimpin Elvertale." ancam Limario.

"Kau tega mengkhianati kerajaan dan ras mu sendiri?"

"Ayah tega membuang anak kandung Ayah dan kekasihnya yang sedang mengandung?" Jisoo yang baru saja datang berusaha menenangkan sang kakak, ia menarik tubuh Limario pergi dari sana tapi tenaganya lebih besar dari yang ia duga.

"Sudahlah!! Tak ada gunanya kau membela aku, aku akan hidup bersama Jennie meski tanpa Ayah."

"Tidak!! Kau adalah adikku dan aku akan bertanggung jawab penuh jika Ayah tak ingin menyetujui hubunganmu."

"Ayolah, Kak." baru kali ini Jisoo memanggilnya kakak dan itu membuat Limario menoleh sebentar padanya dan masih kembali dengan amarah yang siap meledak kapan saja.

"Kau hidup di bawah perintahku, aku akan menjamin hidupmu dan Jennie baik-baik saja sampai ia melahirkan anak kalian."

"Baiklah." Jisoo tetap menarik tubuh Limario keluar dan memalingkan wajah sang kakak dari Ayahnya.

***

Jisoo pergi ke kota untuk membeli beberapa makanan yang sangat ingin Jennie makan saat ini, ia bahkan terlihat sangat kerepotan jika para pelayannya tak membantu ia memilih dengan benar.

"Kau tau? Limario dan Rose yang menikah 1 tahun lalu? Mereka memiliki anak half-blood, aku tak tau apakah anak itu akan bertahan lama atau akan mati nantinya." beberapa orang yang ada tak jauh dari Jisoo sedang mencibir dan membicarakan keluarganya sendiri, ia tak terlalu mendengarnya bahkan berusaha tidak peduli sama sekali.

"Anak half-blood sangat jarang dan pernikahan orang tuanya sangat dilarang. Melawan hukum, mereka seharusnya di asingkan saja agar tidak memalukan kerajaan."

"Iya benar, apa kata kerajaan lain jika tau pemimpin kita menikah beda ras?" celotehan terus memang sangat panas di telinganya, tapi Jisoo berusaha bersabar dan tetap fokus pada belanjaannya.

"Dengar cerita, Rose yang menggoda Pangeran Elf itu dengan kecantikan dan tubuhnya, isu terbaru, kerajaan Eques Teram ingin mengeruk kekayaan Elvertale dan si Jisoo itu menghamili adik Rose sendiri, Jennie. Sungguh mengerikan keluarganya." lelaki bertubuh kekar itu berbicara dengan lantang dan terdengar meremehkan Jisoo saat itu juga, tak ingin nama baik keluarganya semakin di injak-injak, ia melepaskan jubah penutup kepalanya dan membanting meja pedagang di depannya.

"Keparat kau!!" Ia meraih baju lelaki itu dan menendangnya dengan kuat, membuat ia terjungkal beberapa kali. Jisoo menariknya lagi menyeretnya dan kembali menendangnya, orang-orang yang sedari tadi mencibirnya tak bisa kemana-mana saat beberapa prajurit berkuda mengepung mereka.

"Kau berani mencibir keluarga kerajaan hah?" bentaknya tepat di depan muka lelaki itu, ia tak peduli berapa umur dan jabatannya, tapi ucapannya sungguh sangat memalukan harga dirinya. "Kau berani bayar dengan apa ucapanmu tadi?!" teriaknya lagi.

Lelaki itu terlihat gemeteran dengan tubuh yang kotor setelah terjungkal tadi, ia sangat ketakutan saat Jisoo membentaknya sangat keras sampai seisi pasar melihat ke arah mereka.

"Bahkan nyawamu pun tak akan bisa membersihkan nama baik keluargaku!!"

"A-aammpunn Panger.."

"Tidak ada ampun untuk warga tidak berguna sepertimu!!! Memalukan!!" Jisoo meludahi muka lelaki itu dan melemparkan tubuhnya tepat di bawah kaki salah satu kuda prajuritnya.

"Maafkan aku.." pintanya sambil memegang kaki Jisoo dengan erat.

"Prajurit, bawa semua orang yang mencibirku tadi." Jisoo menendang lelaki itu untuk yang terakhir dan pergi begitu saja. "Jadikan mereka santapan serigala kesayanganku."

Jeritan seorang wanita memohon pada Jisoo pun tak ia hiraukan, ia terlihat masa bodo dan kembali berbelanja.

"Asal kalian tau, sekali lagi aku mendengar kalian membicarakan keluargaku yang tidak-tidak, jangan harap badan kalian masih utuh setelahnya." ancam Jisoo dengan tatapan yang mengerikan. "Bu, aku akan bayar barang dagangan ibu." Ibu tua pedagang sayuran yang Jisoo lempar mejanya pun hanya tersenyum sambil membantu pelayannya mengangkat semua belanjaannya.

***

"Apa-apaan ini?" Limario bingung saat 2 orang wanita dan 1 orang pria di lempar ke hadapannya, mereka meronta dan memeluk kaki Limario erat sambil memohon pertolongan.

"Siapkan tubuh mereka untuk makanan serigalaku." Jisoo seenak jidat datang sambil berkacak pinggang.

"Jaga mulutmu, Jisoo!!" Limario mengangkat tangannya dan menyuruh prajurit itu membawa warga yang Jisoo tangkap. "Masukan mereka ke kurungan yang layak." suruh Limario.

"Kau masih mau mengasihani mereka? Otakmu sudah diracuni Ayah hah?"

"Otakmu yang sudah seperti Ayah, ada apa kau tiba-tiba ingin melemparkan warga ke kandang serigalamu? Kau itu punya hati tidak?" Limario menunjuk dada Jisoo dengan keras sampai tubuh adiknya terhuyung ke belakang.

"Mereka mencibir keluarga kita di kota, itu faktanya."

"Lalu?"

"Mereka menginjak-injak harga dirimu!!"

"Hm.."

"Dan menuduhku yang tidak-tidak pada Jennie!! Biar saja mereka mati."

"Kau yang akan aku matikan nanti." ancam Limario. "Baguslah kalau kau mendapatkan tawanan, aku akan mempergunakan mereka." ucapnya tenang.

"Mau kau apakan mereka?"

"Aku akan membuat kesepakatan dengan mereka, biar mereka yang mencari daun Elverdale."

"Untuk apa daun itu?" Jisoo menarik baju Limario, ia merasa tak enak dengan tujuan kakaknya itu.

"Aku tak ingin mencelakai diriku sendiri untuk mengambil daun itu yang jaraknya jauh dari sini, jadi biar mereka saja."

"Untuk apa!!"

"Untuk apa? Kau tidak tau? Atau pura-pura tak ingin tau?"

"Untuk apa, Limario Manoban!!" Jisoo menatap wajah Limario dengan dekat. "Jangan bilang kau akan.." tatapannya berubah menjadi tidak percaya, ia mendorong tubuh Limario darinya.

"Aku akan membuat Rose hidup abadi dengan itu."

"Kau gila dan itu tidak akan mungkin terjadi!!" bantah Jisoo keras. "Kau tidak bisa lakukan itu!!"

"Kenapa? Karena ketakutanmu itu?"

"Rose bisa mati jika kau gagal!!" Jisoo menggeleng tak percaya kemudian pergi begitu saja saat kakaknya mengutarakan keinginan yang paling mustahil untuk di lakukan.

***

priliitsme update done ya,,
Langsung aku kabulin karena ini mah emang udah ke konsep ceritanya, beda sama yang satunya, kekeke😝😊

Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang