Sudah seminggu sejak kepergian lelaki itu mencari daun Elverdale sesuai dengan yang Limario inginkan, tapi lelaki itu dan pasukan kerajaan yang mengantarnya belum juga datang. Limario terlihat sabar menunggu meskipun waktu terus berjalan tap Jisoo setiap harinya selalu kesal karena bisa saja lelaki itu membohongi sang kakak dan kabur dari penjagaan pasukannya.
"Bisakah kau tidak marah-marah terus?" Limario menggendong Ethan yang baru saja di bawa oleh Rose mendekatinya, di lihatnya lelaki tampan itu sedang berusaha menggapai wajahnya dan ingin mengelusnya.
"Bagaimana aku tidak marah-marah, kalau saja lelaki itu bisa pulang tepat waktu dan tidak selama ini. Mungkin aku tidak akan seperti ini!! Sadar saja, kak, dia pasti berbohong!!" Jisoo menggebrak meja di depannya sampai-sampai keponakannya terkejut di pelukan Limario.
"Sialan kau!!" Limario memberikan Ethan kembali pada Rose menyuruhnya membawa pergi Ethan segera. Terdengar suara tangis bayi yang pecah karena Ethan yang kaget. "Kau tidak lihat ada Ethan hah? Kau boleh marah, kau boleh kesal, kau boleh.. Ya kau boleh apa sajalah, tapi lihat situasi!! Main gebrak meja seenaknya saja kau pikir meja ini apa? Kau pukuli begitu saja, membuat bising istana. Kalau kau tidak percaya padanya, sana kau pergi mencarinya!!" suruh Limario tak kalah geram.
"Baiklah, aku akan pergi mencarinya!! Dan akan aku bawa daun itu sendiri, lebih baik aku bunuh lelaki itu." Jisoo bergegas merapihkan bajunya dan hendak pergi menjemput lelaki yang entah membawa kemana daun permintaan sang kakak.
"Permisi, Tuan. Daun Elverdale yang anda minta sudah sampai." Seorang prajurit berlutut di dekat Limario dan Jisoo yang sedang berjalan keluar melihat prajurit itu terdiam di dekat pintu masuk.
"Awas.." Suruh Jisoo, sebelum prajurit itu hendak menyingkir Jisoo lebih dulu menendangnya pelan ke pinggir dan pergi keluar menemui lelaki itu.
"Jisoo!!" bentak Rio sambil membantu prajurit itu berdiri. "Jangan di ambil hati, dia sedang datang bulan." gerutu Rio yang di balas dengan anggukan prajurit itu.
"Aku mendengarmu, Theodorin Limario Manoban!!!" Jerit Jisoo.
***
Daun Elverdale yang di minta lebih dari yang di bayangkannya, 1 gerobak besar lelaki itu bawa beserta benihnya.
"Kau.."
"Maaf Pangeran, perjalanan membawa daun ini sangat sulit, karena kami mendapatkannya sebanyak ini." seorang prajurit memberi hormatnya tapi Limario tak mengindahkannya.
"Suruh tukang kebun segera menanam benihnya, apapun akan aku lakukan agar tanaman ini tidak mati."
"Itu hanya alasanmu saja kan?" Jisoo mendorong prajurit itu sampai terjatuh.
"Kau ini apa-apaan?" Limario kembali melerai mereka. "Masuk dan urus dirimu sendiri, ini urusanku!!" Jisoo mendengus kesal kemudian berlalu. "Terima kasih sudah membawakan apa yang aku mau, kau boleh istirahat, setelah itu kita harus bicara."
"Hamba pamit Pangeran." beberapa prajurit mengawal lelaki itu dengan ketat sampai ke kamarnya.
"Suruh tabib istana segera menghadap padaku, kita buat ramuannya segera." suruh Limario. Seluruh anggota kerajaan seketika menjadi sangat sibuk, butub banyak persiapan untuk menyiapkan ramuan yang akan membuat Rose menjadi abadi. Persiapan ini menggantung hidupnya, berhasilkah atau malah gagal.
***
"Limario.." Rose berjalan mendekat ke arahnya sambil menggendong Ethan.
"Hmm? Kemarilah." Limario masih berkonsentrasi belajar mempersiapkan eksperimen gilanya yang sudah pernah di lakukan oleh sang Ayah pada mendiang Ibunya.
"Jennie, sudah memasuki bulan kelahirannya." Rose duduk di tepi kasur mereka saat Ethan yang sedang aktif malah berlompat-lompat ria di atas kasur orang tuanya.
"Benarkah? Kapan ia akan melahirkan?" lelaki itu bahkan tak menatap ke arah istrinya yang hanya melihat punggungnya saja.
"Bulan ini, tapi belum pasti tanggalnya." Rose melangkah semakin mendekat dan mengelus kedua bahu lelaki di depannya. "Sebenarnya, aku.."
"Kau kenapa?" Ia menutup buku di depannya kemudian mengelus tangan sang istri. Menarik tubuhnya agar duduk di pangkuannya, ia melihat Rose hanya bisa menunduk dan mulai bersandar. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau murung begitu?"
"Aku hanya.."
"Ethan, turun dari kasur." suruh Limario saat melihat Ethan masih asyik dengan dunianya. "Hanya apa?"
"Aku hanya.."
"Ethan.. Kau tidak mendengar apa kata Ayah?" Limario menoleh ke arah Ethan, anak lelaki itu kemudian duduk manis sambil menampilkan 4 gigi kelincinya. "Lanjutkan.."
"Aku takut.." terdengar lagi suara decit kasur mereka dan Limario tau, jika Ethan mulai lagi.
"Ethan!"
"Biarkan saja dia, kau selalu memotong ucapanku!" protes Rose, Limario hanya bisa mendesah pasrah dan membiarkan Ethan melakukannya lagi.
"Kalau kau jatuh dari kasur, Ayah tidak akan menolongmu." ancamnya, Ethan pun perlahan turun dari kasur, berjalan ke arah pintu dan pergi begitu saja. "Heh, mau kemana?"
"Ichuuu~" teriaknya nyaring, ia mencari sang Paman yang selalu memanjakannya. "Man Ichuu~~" jika Limario melarang Ethan melakukan sesuatu, anak itu akan mencari Jisoo agar bisa di bela di depan Ayahnya, sungguh penjilat.
"Apa yang kau takutkan?"
"Tentang ini." Rose memeluk erat tubuh Limario sambil mulai mengeluarkan tangisnya.
"Ssttt stttt, tenang-tenang. Aku pastikan jika ini berhasil, aku akan melakukan semua cara untukmu agar ini berhasil." Limario mengelus kepala istrinya dengan lembut. "Aku tidak akan gagal."
"Kalau kau gagal bagaimana? Apa kau tidak mau melihatku lagi? Apa kau mau menjauhkan aku dari Ethan?"
"Astaga, tidak ada pikiran seperti itu!! Sama sekali tidak, aku hanya ingin hidup sedikit lebih lama denganmu, aku ingin kau berumur sama dengan aku dan Ethan." Ya, anak mereka, Ethan, terlahir sebagai setengah Elf dan setengah manusia, atau biasa dengan sebutan Half Elf. Ethan berumur lama, sekitar 400-600 tahun. Penuaan baru akan berlangsung di umur 30 tahun sedangkan Limario dan Jisoo belum sampai umur 30 tahun, penuaan belum terjadi pada mereka. Jadi sisa umur mereka masih sama, 400-600 tahun lagi.
"Aku sungguh-sungguh, aku bahkan berpikir jika aku akan lebih cepat kehilangan kau dan Ethan."
"Jangan bicara yang tidak-tidak, Roseanne!!" Kini Limario ikut merasa panik, ia merasakan ketakutan yang istrinya rasakan saat ini.
Bahkan kehilangan Rose sudah di depan matanya, Jisoo sudah memperingatinya akan hal ini, tapi keputusan sudah bulat dan tak bisa di ganggu gugat, kedua pihak kerajaan awalnya menentang keinginan Limario membuat Rose menjadi abadi. Tapi setelah Pangeran yang akan menjadi calon raja ini meyakinkan semua pihak untuk tetap tenang dan apa yang ia lakukan akan berhasil, mereka setuju. Meskipun masih di liputi oleh rasa takut, takut kehilangan orang yang paling di sayangi oleh mereka hanya karena eksperimen bodoh.
"Buat ini berhasil.." Tangis Rose mulai mereda, ia meremas kuat baju Limario dan menekan suara tangisnya. "Buat ini berhasil, sayang. Aku tau kau bisa." Semangat untuk Limario, tapi ini bisa saja menjadi semangat terakhir yang ia dengar dari mulut wanita itu.
***
Baru tidur jam 3, jadi baru bangun.
Ini jatah jam 6 pagi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love
Fantasy[MATURE CONTENT] [PRIVATE AVAILABLE] "Kau tau jika mereka tidak bisa bersatu?"