Jangan lupa votenya dulu
Lalu kasih komentar juga.
Selamat membaca!
➰➰➰
Dinginnya hembusan angin pagi terus mencoba menembus lapisan kaca jendela. Saat orang lain masih bergelung dalam hangatnya selimut, berbeda dengan seorang pria dengan baju koko putih juga sarung yang dikenakannya.
Pria yang satu jam lalu masih tegak dalam mendekatkan dirinya pada Sang Pencipta. Mencurahkan segala kerisauannya, segala bebannya, dan terus memohon agar hatinya dilimpahkan cahaya iman.
Sudah pukul empat pagi, sholat tahajud yang didirikan Zen sangat khusuk dilakukannya. Setelah menutup sholatnya dengan sholat witir, Zen lalu murojah hafalannya.
Navisha sendiri masih lelap dalam tidurnya. Dia lelah dan capek sepulang jalan-jalan kemarin malam. Dia dan Zen baru pulang saat sudah jam 9 malam. Kemarin keduanya sangat betah menikmati indahnya malam di pantai Losari. Mendirikan sholat di masjid terapung sekaligus menikmati berbagai macam kuliner khas Makassar.
Navisha mengerjap matanya. Dia lalu bangun dan melirik jam di atas nakas.
"Astagfirullahalazim. Aku lupa sholat tahajud," ujar Navisha terlonjak.Tanpa sadar hal itu membuat Zen menghentikan bacaannya kemudian membalikkan tubuhnya menghadap ke sang istri. Zen beranjak dari duduk menghampiri Navisha.
"Nggak papa, masih ada waktu sedikit. Mendingan kamu ambil wudhu trus sholat witir!" Zen mengelus lembut kepala Navisha. Sedangkan yang dielus malah menjadi malu sendiri mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang suami. 'Eh, suami? Emang iya kan.'
"Iya kak." Navisha berdiri berjalan memasuki kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Saat keluar dari kamar mandi dilihatnya wajah Zen yang sedikit berbeda. Tetapi ditepisnya jauh-jauh. 'Dia keliatan sedikit pucat. Tanya nggak yah? Hmm tapi malu. Ah, mungkin kecapean aja,' ucapnya risau dalam hati.
"Kakak, aku sholat dulu." Zen mengalihkan perhatiannya pada Navisha yang sudah berdiri di atas sajadahnya. Dia hanya mengangguk merespon Navisha.
Selesai Navisha mendirikan sholat witir. Zen kemudian mendekatinya sembari membawa sajadahnya yang sudah terlampir di bahu kokoh Zen.
"Aku sholat di masjid dulu bersama om," izin Zen.
"Iya, kak."
Zen tersenyum hangat lalu mulai melangkahkan kakinya menuju rumah Allah subhana wa ta'ala. Karena sebaik-baiknya seorang laki-laki sholat adalah yang sholat di masjid. Sedangkan sebaik-baiknya perempuan sholat adalah yang sholat di rumah.
Allahu akbar... Allahu akbar...
Beberapa menit kemudian adzan dari masjid depan rumah terdengar. Saat selesai menjawab adzan dan berdoa selepas adzan, Navisha kemudian berdiri melaksanakan kewajibannya.
Selepas sholat, dia merapikan perlengkapan sholatnya dengan baik. Setelah itu, dirinya mulai bersih-bersih dari membersihkan tempat tidur, lalu mandi, dan terakhir menyiapkan pakaian untuk Zen pakai.
"Dan... yup. Selesai!" ujar Navisha tersenyum melihat balutan jilbabnya sudah terpasang dengan baik dan tentunya syar'i.
Dia pun berdiri dan keluar dari kamarnya menuju dapur. Di sana sudah ada bi Ayu yang telah asik berkutat dengan peralatan dapur.
"Assalamu'alaikum bi Ayu," salam Navisha ceria.
"Wa'alaikumusalam. Eh, nona udah bangun." Bi Ayu dengan senang hati membalas salam nonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Zawjati ✔️
SpiritualIni adalah sebuah kisah menyentuh hati. Bukan hanya dari keromantisan kedua insan, namun juga dari cara mereka mengartikan sebuah kata yang semua orang tahu akan kata ini. CINTA Bagaimana mereka mengekspresikan rasa itu? Cara mereka melindungi apa...