Epilog

23.9K 718 31
                                    

Jangan lupa votenya dulu

Lalu kasih komentar juga.

Selamat membaca!

➰➰➰

Satu tahun kemudian

Peluh keringat terus bercucuran membasahi wajahnya. Dorongan dari dalam perut terus saja mendesaknya keluar. Entah sudah berapa lama dia dalam keadaan ini.

"Zaara, aku yakin kamu pasti bisa. Kamu bisa," ucap Zen terus memberi semangat pada sang pujaan hati sedang berjuang.

"Kak," lirih Navisha memandang sayu Zen.

"Kakak disini, ada selalu di sampingmu. Kita bawa buah hati kita sama-sama ke dunia ini, humairahku." Zen mengecup kening Navisha meyakinkan.

"Aahhh! Hhhuuu! Aaaaaaa!"

"Ayo, nyonya. Sedikit lagi. Kepalanya sudah kelihatan. Dorong lebih kuat," seru dokter Lisa yang menangani persalinan.

"Hhuu," diambilnya nafas dan dihembuskan dengan panjang. "AAAAAAAAAAAAA!"

"Oek, oek, oek, oek, oek."

Navisha menghela nafas lega. Zen berdiri kaku di tempatnya, melihat perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya. Tanpa sadar air matanya jatuh antara bahagia, terharu, dan bangga. Diciumnya setiap inch wajah Navisha.

"Makasih, sayang. Makasih banyak. Aku mencintaimu, sangat sangat mencintaimu. Kamu adalah istri dan ibu yang hebat."

Navisha tak kalah senangnya. Air matanya terus berjatuhan. Dia tidak menyangka dapat melalui ini semua. Dapat menjalani masa-masa kehamilannya selama sembilan bulan ditemani oleh Zen selalu siap siaga di sampingnya. Dan sekarang dia berhasil membawa karunia terindah dari Allah untuk keluar menghirup udara dunia.

"Selamat tuan dan nyonya. Bayi anda seorang putri yang sangat cantik," ujar dokter Lisa memperlihatkan bayi mungil dalam gendongannya.

Zen dan Navisha tidak tau lagi kata apa yang dapat mendeskripsikan rasa syukur dan kebahagiaan keluarga kecil mereka. Perjuangan keduanya selama ini dan setiap doa dipanjatkan pada Sang Rabbi Yang Maha Agung ternyata dikabulkan oleh-Nya. Bahkan ini sangat lebih dari cukup buat keluarga kecil mereka.

Baby girl kemudian dibawa untuk dibersihkan oleh dokter serta diberi imunisasi awal. Sementara itu, Navisha dibersihkan juga lalu dibawa ke ruang VVIP yang sudah disiapkan oleh Zen. Navisha juga diberi penanganan pasca melahirkan.

"Kamu tidak apa-apa kan sayang?" tanya ibu Sella mengelus kepala Navisha.

"Aku baik, ibu. Bu, maafkan Navisha yang sering nakal, membantah omongan ibu, dan tanpa sengaja membuat ibu sakit hati atas sikap Navisha." Keduanya saling memeluk erat antara ibu dan anak.

"Tidak, nak, tidak. Kamu tidak pernah menyakiti ibu. Kamu adalah putri ibu yang selalu bisa membanggakan ibu dan ayah," tutur ibu Sella menangis terharu.

"Husst, udah. Jangan menangis lagi," sela ayah Raka mengusap punggung istrinya dan Navisha.

Tok... tok... tok...

"Permisi," ujar dokter Lisa ditemani dua orang suster di belakangnya. Dokter Lisa menyerahkan bayi berjenis kelamin perempuan itu ke atas dada Navisha. Setelah dokter Lisa memaparkan kondisi mulai dari berat badan dan lain-lainnya, tim medis itu keluar dari ruangan.

"Azani cucu mama," perintah mama Reina baru angkat bicara. Di sampingnya berdiri Mr. Gama dan juga Saga sedari tadi hanya menjadi penyimak.

"Iya, ma." Zen meraih bayinya dengan sangat hati-hati tentunya dibantu oleh ibu Sella dan mama Reina.

Untukmu, Zawjati ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang