Jangan lupa votenya dulu
Lalu kasih komentar juga.
Selamat membaca!
➰➰➰
Navisha POV
Pukul 12.10 siang. Hari cerah untuk sejuta senyuman. Rantang berisi makanan, siap. Pakaian, oke. Apa lagi yah?
Saat pak Tatang sopir pribadi di rumah sudah memarkirkan mobil di depan perusahaan kak Zen. Aku turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada pak Tatang. Aku tidak sabar bertemu dengan kak Zen. Kilasan memori tadi pagi seketika kembali membuat pipiku menghangat.
Degup jantungku tengah berpacu cepat hanya memikirkan sebentar lagi aku akan bertemu kak Zen. Kulangkahkan kakiku menuju pintu lobi gedung ini.
Akan tetapi tiba-tiba saja kakiku berhenti. Mataku mengerjap memastikan pandanganku. Tidak, tidak. Itu pasti bukan kak Zen. Tubuhku terpaku melihat sosok kak Zen berjalan bersama seorang wanita cantik bak model. Bukan berjalan seperti biasanya. Tetapi wanita itu memeluk lengan kak Zen dan kulihat kak Zen tampak terima saja akan perlakuan wanita itu.
Eh, eh.
Kenapa mereka mau pergi?"Apakah kakak lupa dengan permintaannya tadi pagi? Mungkin mereka akan rapat di luar," gumamku terus menepis pemikiran negatifku sendiri.
"Wanita itu mungkin salah satu klien penting kak Zen," lanjutku lagi.
Aku masih berdiri di posisiku sambil memandang kepergian mobil yang mereka naiki. Ada sesuatu aneh, kenapa aku merasa sesak? Dan... kenapa aku tidak suka melihat kedekatan keduanya? Apakah aku cemburu?
Yah, aku memang cemburu. Aku cemburu karena ada alasannya. Alasannya karena aku mencintai kak Zen.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku masuk saja trus menitipkan bekal ini pada sekretaris kak Zen."
Aku menghembuskan nafas panjang dan menetralkan rasa di dadaku. Kulanjutkan langkahku memasuki gedung berlantai 67 ini. Gedung yang besar memang. Karena gedung inilah pusat dari perusahaan Abrisam group.
Sepanjang perjalananku banyak pasang mata dari karyawan memandangku aneh tapi ada juga yang menyapaku ramah. Mungkin mereka masih ada yang belum tahu kalo aku istri kak Zen. Ah, aku tidak pusing akan hal itu. Aku pun membalas sapaan mereka tak kalah ramah. Saat sampai di lantai paling atas mataku menyusuri setiap sudut lantai ini. Hanya ada satu ruangan di lantai ini dan jangan lupa designnya amat mengagumkan. Satu kata dariku, mewah.
Di lantai ini hanya satu manusia selain aku dan dia duduk di sebuah meja tak jauh dari pintu yang kuyakini ruangan kak Zen. Tentunya manusia itu kutebak adalah sekretarisnya kak Zen. Kusapa dengan ramah sekretaris bernama Julio, dia juga ternyata mengenalku sebagai istri bosnya. Katanya saat resepsi pernikahan kami dia juga datang. Setelah itu aku meminta tolong menitipkan bekal telah kubuatkan untuk kak Zen pada Julio. Dan dia menerimanya dengan senang hati. Aku pamit pulang pada Julio dan langsung melenggang pergi dari gedung itu.
•••
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.
Tut....
Hatiku gelisah dan resah. Ini sudah pukul sembilan malam tapi tanda-tanda kepulangan kak Zen sepertinya belum terlihat. Jujur aku khawatir.
"Kakak di mana?" gumamku lirih.
Aku berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Sudah puluhan kali aku mencoba menghubungi kak Zen tapi lagi-lagi suara operator yang mengangkatnya. Segala pemikiran-pemikiran buruk pun sempat terlintas di kepalaku. Akan tetapi kuenyahkan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Zawjati ✔️
SpiritualIni adalah sebuah kisah menyentuh hati. Bukan hanya dari keromantisan kedua insan, namun juga dari cara mereka mengartikan sebuah kata yang semua orang tahu akan kata ini. CINTA Bagaimana mereka mengekspresikan rasa itu? Cara mereka melindungi apa...