UZ 20

12.1K 599 5
                                    

Jangan lupa votenya dulu

Lalu kasih komentar juga.

Selamat membaca!

➰➰➰

California, Amerika Serikat

"Assalamu'alaikum, Zaara," salam Zen untuk seseorang dicintainya di seberang telepon.

"Wa'alaikumsalam, kak Zen," jawab Navisha tersenyum manis.

"Kamu baik-baik saja di sana kan? Kamu sudah sarapan dan minum obatnya kan?" tanya Zen beruntun.

"Iya kak, sudah. Mama yang bantuin Zaara minum obat, tuh sekarang mama lagi nonton."

"Syukurlah. Zaara lagi ngapain sekarang?"

"Telponan ama kakak," balas Navisha sambil tertawa kecil. Zen ikutan tertawa mendengar jawaban istrinya.

"Sayang, I miss you," ungkap Zen.

"I miss you more. Kalo dihitung di sana udah sekitar pukul sepuluh malam, iya kan?"

Zen melirik jam berada di dalam kamarnya. "Sepuluh lima belas, sayang."

"Tuh kan, udah kemaleman. Kakak istirahat banyak, pasti saat sampe belum istirahat kan. Kakak pasti capek, jangan sampe kakak sakit. Cukup aku aja," tutur Navisha perhatian.

"Sayang, jangan ngomong gitu. Kamu ingat kata-kata kakak, kan. Kamu sakit, kakak jauh lebih sakit. Kamu mendingan fokus ama kesembuhanmu."

"Maaf, kak," sesal Navisha mulai berkaca-kaca.

"Sayangku, Zaaraku, kamu tidak perlu minta maaf. Baik-baik di sana, jaga diri yah," ujar Zen.

"Baik, kak. Kakak juga jaga diri di sana, istirahat yang banyak juga. Aku tutup teleponnya," kata Navisha.

"Iya, sayang. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Klik...

Zen menghela nafas pelan. Meskipun dia sudah tahu keadaan Navisha. Tapi rasa khawatir masih saja dirasakannya. Setengah jam lalu juga dia sudah mendapatkan laporan dari orang-orangnya yang ditugaskan untuk menjaga Navisha walau dari jarak jauh. Zen memang protektif, ia hanya ingin menjaga miliknya dengan sebaik mungkin.

'Aku harus mengurusnya dan mendapatkan donor jantung itu, secepatnya.'

•••

"Sesuai perbincangan tadi malam. Kau akan menangani perusahaan grandpa. Dan grandpa sendiri yang akan mengerahkan kekuatan mencari donor itu," jelas Mr. Gama.

Mr. Gama dan Zen sedang sarapan di meja makan. Tadi malam keduanya sudah menyepakati perihal ini. Zen yang akan menangani pusat perusahaan kakeknya dan kakeknya yang akan terbang ke Los Angeles dimana perusahaan ilegalnya berada. Di sana orang-orang berkekuatan bekerja dalam naungan Mr. Gama, sang kakek. Kakek juga bersedia mencarinya pada rekan bisnisnya yang bernaung dalam dunia ilegal.

"Iya, grandpa."

"Kau juga harus tau, nak. Semua ini harus ada imbalannya," ujar Mr. Gama seraya tersenyum misterius.

"Aku tau grandpa. Sistem timbal balik adalah prinsip grandpa. Demi istriku, aku bersedia memenuhi permintaan grandpa."

Memang terdengar aneh saat seorang kakek meminta imbalan atas apa yang telah dilakukannya pada cucunya. Tapi begitulah tabiat seorang Mr. Gama. Dia tidak memandang bulu. Prinsipnya memang seperti itu. Walau kau adalah darah dagingnya.

Untukmu, Zawjati ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang