Jangan lupa votenya dulu
Lalu kasih komentar juga.
Selamat membaca!
➰➰➰
Author POV
Liburan berbalut honeymoon pada pasangan baru itu kini sudah usai. Seminggu itu menjadi awal kebahagiaan rumah tangga mereka. Tiga hari di Makassar mengundang kebahagiaan dan kelegaan luar biasa. Dua hari di Papua menjadi liburan penuh romantica diantaranya. Dan dua hari terakhir mereka lalui di kota kembang Bandung, Jawa Barat.
Pancaran kebahagiaan tercipta di wajah keduanya. Allah memang Maha Kuasa, segala takdir telah ditentukannya dengan amat sangat baik. Dan pasangan suami istri itu sangat percaya pada Sang Pembuat Takdir. Mereka yakin lembaran awal baru dimulai dan tentunya setiap buku terdapat suka dan dukanya. Begitu pula dalam lembaran rumah tangga mereka.
Ahmad Zen Abrisam berdampingan bersama sang istri Navisha Zaara Abrisam. Keduanya sedang berjalan menuju jemputan mereka. Pesawat pribadi yang membawa mereka baru saja mendarat mulus di lapangan landas Soekarno-Hatta.Pelukan posesif Zen tak pernah lepas di pinggang Navisha. Melontarkan tatapan tajam pada setiap kamu Adam yang berani menatap sang istri. Sementara Navisha masih merasa mengantuk. Saat jet mereka sudah lepas landas disaat itu juga Navisha terbangun. Zen bersikeras untuk tetap menggendong Navisha menuju mobil tetapi tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Navisha. Malu diliatin orang, pikir Navisha kala itu.
Pukul tujuh malam tepat pasangan itu sampai di rumah megah. Malam itu mereka habiskan dengan memulihkan tenaga agar kembali fit. Navisha tidur dengan nyenyak dalam dekapan hangat Zen.
Hingga bulan kembali berganti shift dengan matahari. Usai sholat subuh Navisha turun ke lantai satu menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Sedangkan Zen belum pulang dari masjid komplek.
"Assalamu'alaikum, istriku." Zen datang dari arah pintu dan langsung berjalan mendekati Navisha.
"Wa'alaikumusalam, suamiku." Navisha membalikkan tubuhnya menghadap Zen dan dengan sigap mencium punggung tangan Zen.
"Zaara bikin apa?" tanya Zen seraya memeluk Navisha dari belakang.
"Waffle dan nasi goreng. Ini udah selesai, tunggu Zaara siapin dulu. Kakak ke atas saja mandi, Zaara udah nyiapin pakaian kakak," tutur Navisha lembut bersama senyum manisnya.
"Makasih, sayang." Zen tiba-tiba saja mengecup pipi Navisha.
"Morning kiss," ujarnya lagi sambil berlari keluar menuju ke lantai atas.
"Ih, kakak!" seru Navisha malu dan pastikan juga pipinya yang sudah merona. Ulasan senyum tercipta dari bibirnya.
Pagi itu mereka lalui dengan canda tawa dan obrolan seru. Setelah sarapan Zen pamit pergi bekerja, tidak lupa memberikan wejangan singkat pada sang istri.
"Kamu kalo mau pergi tanya kakak yah. Jangan terlalu capek ngurusin rumah. Kalo ada yang kamu butuhin telpon kakak. Jangan lupa jam istirahat kakak nanti, Zaara ke kantor yah bawain bekal. Dan paling penting jangan terlalu banyak berfikir, kecuali kalo Zaara mikirin kakak itu gak papa," jelas Zen panjang dikali lebar.
"Tetap mikir kan kak?"
"Gak papa kan mikirin kakak," ujar Zen disertai kerlingan mata.
"Kakak genit!" cibir Navisha merona.
"Hahaha. Ya udah, kakak berangkat dulu yah. Jangan lupa pesan kakak."
"Sip kak! Hati-hati kakakku," seru Navisha sedikit manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Zawjati ✔️
SpiritualIni adalah sebuah kisah menyentuh hati. Bukan hanya dari keromantisan kedua insan, namun juga dari cara mereka mengartikan sebuah kata yang semua orang tahu akan kata ini. CINTA Bagaimana mereka mengekspresikan rasa itu? Cara mereka melindungi apa...