#8 - Kenangan

4.2K 383 129
                                    

Happy Reading

Seorang gadis turun dari motor yang mengantarnya ke sebuah rumah tampak minimalis namun terlihat nyaman tersebut. dari raut wajahnya ia seperti sedang kesal, terbukti dengan mulutnya yang terus menggerutu sedari tadi.

"Pak tua itu benar – benar menyebalkan, untung sayang, untung dia ayahku kalau bukan sudah kutendang." Gerutunya sembari mengambil uang dari dompetnya. Kemudian ia memberikan uangnya kepada si pengemudi.

"Kalau saja Pho mengizinkanku membawa mobil pasti hal ini tidak akan terjadi kan? Gara – gara naik bus itu, ponselku hilang. Benar – benar sangat menyenangkan sekali!!" Tambahnya sembari melangkah masuk kedalam rumah tersebut.

Tanpa mengetuk pintu dan permisi, gadis itu asal membuka pintu. Ia masuk dan langkahnya terhenti ketika melihat Singto tengah menertawakan Arthit.

"Hahahaha...lihatlah wajahmu merah sekali seperti udang goreng"

Ia dapat mendengar suara tawa kakaknya lagi. Ini suatu kemajuan, gadis ini tersenyum melihat Singto yang tertawa lepas seperti itu.

"Uhuk...uhuk.." Singto tersedak setelah Arthit menjejalinya kue ikan pedas itu.

"Ahahaha...P' lihatlah wajahmu sungguh jelek. Ternyata wajahmu bisa jelek juga ya selain tampan!" Seru Arthit.

Mereka terdiam sesaat. Kemudian dengan salah tingkah Arthit mencoba menghindari Singto. Pemandangan ini seperti seorang anak SMA yang tengah malu – malu ketika mereka menikmati indahnya jatuh cinta. Gadis itu pun menahan tawanya.

"Ah, sepertinya aku harus mengangkat jemuran!" Celetuk Arthit sembari berdiri.

Saat Arthit meninggalkan tempat, ia dapat melihat kakaknya menarik tangan Arthit hingga Arthit oleng dan terjatuh di sofa.

"Auw...!!" Pekik mereka berdua bersamaan. Ia yakin pasti mereka saling terbentur satu sama lain. Dapat ia lihat tubuh Arthit yang menindih tubuh kakaknya diatas sofa.

Entah apa yang mereka lakukan gadis itu menunggunya. Namun beberapa menit hanya posisi seperti itu saja yang ia dapati. Sepertinya Arthit dan kakaknya enggan untuk beranjak. Melihat tak ada pergerakan dari kakaknya maupun Arthit membuat gadis itu jengah. Sungguh ia seperti menonton drama Korea sekarang atau sinetron India?

"Au, sepertinya aku salah masuk rumah!" Serunya untuk menyadarkan kedua orang yang tengah asyik tumpang tindih tersebut.

Seketika Arthit berdiri dari duduknya sedangkan Singto berdehem lirih sembari menoleh kepada tamu tak diundang tersebut.

"N'Windy sejak kapan kau berdiri disitu?" Tanya Arthit dengan salah tingkah.

"Sejak P'Arthit menyuapi P'Sing" Jawab Windy polos.

Wajah Arthit pun seketika memerah hingga ke telinga. Windy yang melihat itu mengulum senyumnya ia jadi teringat Arthit saat sedang malu – malu. Benar – benar mirip, pikir Windy.

Senyum Windy pudar seketika saat teringat dirinya kehilangan ponsel saat menaiki bus. Ia memandang kakaknya dengan cemberut.

"Kau kenapa?" Tanya Singto.

"P'Siiiinnnggg...." Windy melangkah mendekat kearah kakaknya. "Pho tidak mengijinkanku menaiki mobil sendiri" Adu Windy.

"Bukankah itu sudah biasa?"

"Tapi kali ini berbeda.."

"Apa bedanya? Apa Pak tua itu memukulmu karena kau merengek terus?"

"Bukaaannn...gara – gara itu aku kecopetan, ponselku hilang saat naik bus"

Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang