Arthit tampak resah didalam kamarnya. Tangannya saling bertautan meremat satu sama lain. Sesekali dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Pertemuannya dengan New membuatnya seperti ini. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan teman Singto tersebut. Tak dipungkiri jika ia merasa tidak nyaman sejak pertama kali bertemu dengan New. Ia berharap New tidak mengatakan pada Singto jika dirinya ke rumah sakit menemui Yoan. Ia belum siap dengan segala pertanyaan - pertanyaan Singto nantinya.
---
"Jadi selama ini kau..." Ucapan New menggantung, hal itu membuat Arthit semakin cemas."Kau teman P'Sing kan?"
Sebuah pertanyaan yang terlontar dimulut Arthit hanyalah untuk menutupi kegugupannya saja. Ia benar - benar masih dalam keadaan terkejut mengetahui New sekarang ada dihadapannya.
"Kenapa kau menemui dr. Yoan?"
"Aku hanya mengobrol dengannya dan membahas tentang rasa sakit yang kualami. Itu saja"
"Tapi kenapa dr. Yoan memanggilmu Krist? Apa ingatanmu sudah pulih?"
Arthit semakin gugup dibuatnya. Tapi sebisa mungkin ia menampakkan raut wajah tenang pada New.
"Itu karena kau memanggilku dengan sebutan nama Krist saat berpamitan kemarin. Jadi kupikir kau mengenalku. Apakah benar seperti itu?"
New terdiam. Penjelasan Arthit barusan membuatnya ragu kembali, padahal dia sudah yakin jika Arthit sudah mengingat semua identitasnya. Tapi melihat tatapan dan gerak gerik Arthit membuatnya kembali yakin akan prasangkanya sendiri
"Euu... Sepertinya P'New aku harus segera pulang. Sampai jumpa" Arthit memberi salam wai kemudian meninggalkan New yang masih terpaku.
"Krist orang yang tidak pintar berbohong..."
Flashback end.
---
Arthit menuruni tangga, dilihatnya Singto tengah menonton TV. Ia mencoba bersikap biasa saja ketika berada dihadapan Singto. Arthit mendekati Singto dan duduk disebelah pria tampan itu.
"Ku kira kau tidur tadi.." Ucap Singto.
Arthit menggeleng.
"Aku hanya merebahkan badanku saja"
"Kau lelah?" Arthit mengangguk.
Singto menarik tubuh Arthit dan mengarahkannya untuk bersandar didadanya bidangnya. Arthit menurut saja bahkan ia menyamankan posisinya. Tangan Singto mengelus kepala Arthit. Mereka terlihat seperti pasangan yang tengah bahagia.
Mereka pun menonton TV dengan tenang. Tanpa Singto tau, sedari tadi pandangan Arthit tampak kosong. Ia sedang memikirkan sesuatu yang berat sepertinya.
".....iyakan sayang?"
"Hah? Kau mengatakan apa Phi?"
"Astaga dari tadi kau tidak mendengarku, kau sedang memikirkan apa hmm?" Tanya Singto lembut.
Arthit menggeleng. "Aku hanya sedang lelah dan membuatku tak fokus. Maaf.."
Arthit mendongak menatap Singto yang kini tersenyum teduh padanya.
"Sepertinya kau sudah mengantuk. Tidurlah ini sudah malam.."
"Temani aku na..."
Singto mengangguk.
.
Arthit tertidur dalam pelukan Singto. Saat ini mereka tengah berada di kamar Singto. Ia heran dengan Arthit yang tiba – tiba saja meminta tidur dikamarnya dan ingin ditemani olehnya. Ia senang – senang saja menemani Arthit tidur. Tapi ia penasaran, sejak tadi Arthit tampak memikirkan sesuatu. Ia takut bertanya, walaupun ia bertanya pun pasti jawaban Arthit adalah jawaban klasik. Itu sangat tidak memuaskan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]
Fanfiction[COMPLETED] PERAYA FANFICTION Singto menemukan seorang pemuda imut diteras rumahnya. Pemuda yang ternyata hilang ingatan, apa yang akan dilakukan oleh Singto? Cerita ini terinspirasi dari : - MV Davichi - Don't Say Goodbye - 49 Days - Who You Came F...