Singto turun dari tangga kemudian menuju ruang makan, ia tersenyum melihat Arthit yang sedang menata meja makan. Ia baru saja mandi dan berpakaian rapi untuk bersiap melakukan perjalanan ke Bangkok. Arthit yang menyadari kehadiran Singto pun juga tersenyum melihat penampilan Singto.
"Sarapan dulu Phi, maaf hanya bisa menggoreng telur dan sosis" Tunjuk Arthit pada menu sarapan yang tersedia diatas meja makan.
"Tidak apa – apa sayang, apapun yang kau masak aku akan memakannya"
Mereka pun duduk berhadapan dan mulai menyantap sarapannya.
"P'Sing, acaranya jam berapa?" Tanya Arthit setelah menelan sosis yang baru saja dimakannya.
"Sebenarnya acaranya siang, tapi P'New mengajak berangkat pagi"
Arthit mengerutkan dahinya saat Singto menyebutkan nama New.
"P'New? Siapa dia?"
"Dia temanku sesama dosen di kampus, dulunya P'New adalah kakak kelasku dari SMA sampai kuliah. Dia juga suami Lian, kau tau kan Lian? Editorku.." Jelas Singto. Arthit mengangguk mengerti.
"Jadi P'Sing akan pergi dengannya?"
"Iya tapi P'New bersama Lian dan anak mereka"
"Ahh...mereka sudah memiliki seorang anak" Singto mengangguk.
"Makanya aku ingin mengajakmu.."
Arthit menunduk seperti merasa bersalah karena telah menolak ajakan Singto. Melihat Arthit yang menunduk seperti itu membuat Singto tak enak hati.
"Euu...kalau kau memang tidak ingin ikut juga tidak apa – apa kok, disana nanti juga aku akan bertemu dengan temanku yang lainnya" Lanjut Singto.
"Maaf Phi.."
"Iya tidak apa – apa"
Mereka pun kembali menyantap sarapan mereka. Tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar oleh mereka. Singto hendak bangkit namun ditahan oleh Arthit.
"Biar aku saja yang membukanya.." Kata Arthit kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.
Singto tersenyum dan mengangguk. Ia merasa seperti memiliki seorang istri saja sekarang. Memikirkan hal itu membuat senyum singto semakin lebar bahkan ia terkikik geli.
Arthit membukakan pintu dengan senyum cerahnya, namun saat pintu itu terbuka senyumnya luntur dan seketika matanya melebar begitu pula dengan tamu tersebut. Mereka terdiam sesaat hingga sebuah suara membuyarkan mereka dari keterkejutan masing – masing.
"Paman Singto!" Panggil seorang bocah berusia 6 tahun yang kini melepaskan gandengan tangannya dari sang ibu dan berlari kearah Singto yang berdiri tak jauh dibelakang Arthit.
"Ugh, Golf semakin bertumbuh besar sekarang" Ucap Singto yang kini tengah menggendong bocah bernama Golf tersebut.
Tamu yang datang adalah New dan Lian beserta anak semata wayang mereka. New masih menatap dalam kearah Arthit yang kini menjadi canggung membuatnya salah tingkah. Lian yang melihat Arthit tak nyaman pun menyenggol lengan New, membuat suaminya itu menoleh padanya. Lian mengedipkan matanya memberi kode untuk tidak bersikap seperti itu.
"Euu...kalian pasti teman P'Sing. Mari silakan masuk" Cicit Arthit.
New dan Lian masuk kedalam rumah Singto. Arthit berjalan terlebih dulu didepan mereka. Sedangkan Singto kini sudah mengajak Golf duduk dimeja makan. New menahan tangan Lian dan menatap istrinya itu dengan tatapan penuh arti.
"Apa kau sepemikiran denganku?" Tanya New.
Lian yang mengerti maksud New pun mengangguk. Kemudian mereka menyusul Arthit dan Singto yang membawa anak mereka ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]
Fanfiction[COMPLETED] PERAYA FANFICTION Singto menemukan seorang pemuda imut diteras rumahnya. Pemuda yang ternyata hilang ingatan, apa yang akan dilakukan oleh Singto? Cerita ini terinspirasi dari : - MV Davichi - Don't Say Goodbye - 49 Days - Who You Came F...