"Eh, fan gue liat pr fisika lo ya. Mampus nih gue belum prnya, semalem gue ketiduran," kata Azril sambil mencari buku pr fisika punya Arfan.
"Ck, Ketiduran apa sibuk main Mobile Legend haha," sindir Azzam yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.
"Hm," kata Arfan memperbolehkan Azril meminjam prnya.
Nama lengkapnya adalah Arfan Raffasya, panggilannya Arfan. Seorang siswa SMA Nusa Bakti yang bisa dikatakan Most Wanted disekolahnya, karena dibalik sifat dinginnya, Arfan adalah sosok yang baik, pintar dan ketua salah satu ektrakulikuler di sekolahnya, yaitu ketua futsal.
Karena kepintarannya, dia masuk di salah satu tim olimpiade Fisika. Mungkin hal ini adalah penyebab Arfan menjadi Most Wanted disekolahnya. Tetapi, walaupun Arfan ketua futsal dan Most Wanted disekolahnya, Arfan tidak sombong, dia hanya bersikap biasa saja, layaknya Siswa pada umumnya, baginya semua itu tidak ada apa-apanya.
Disekolahnya, dia masuk di kelas 11 IPA 2, Arfan mempunyai 4 orang teman, tetapi bukan sebuah geng, mereka hanya berteman, tetapi bagi seluruh siswa SMA Nusa Bakti, mereka adalah geng, yaitu Azril Rahardika, Azzam Arfadhia, Alfino Adrian, dan Rafka Mahendra.
***
Tettt....tett...
Bel istirahat berbunyi, yang merupakan sebuah surga dunia bagi seluruh siswa SMA Nusa Bakti, karena mereka merasa tersiksa dihadapkan dengan pelajaran dan apalagi ditambah disekolah ini banyak populasi guru killer.
Seperti biasa, Arfan dan keempat temannya segera menuju ke kantin yang menjadi tempat favorit mereka saat lelah menghadapi mata pelajaran.
"Sumpah, gue mau muntah ni, mual banget liat rumus-rumus fisika." Alfino keluar dari kelas dan menghampiri keempat temannya
"Fisika tuh sama kek mtk dan kimia, mereka ga bisa mandiri, coba dong sekali-sekali selesain sendiri masalahnya, jangan kita mulu yang nyeselain masalah mereka, kan capek," kata Rafka seperti drama dan pura-pura mengusap air matanya.
Plak...
"Aduh, sakit bego, lo kira kepala gue drum apa, pake acara mukul segala," Rafka meringis kesakitan.
"Maaf, ka gue ga sengaja, bukan gue yang mukul kepala lo, tapi tangan gue, mungkin tangan gue ga suka sama lo, ka." Azzam puas setelah memukul kepala Rafka yang sedari tadi baper gara-gara setelah belajar mtk.
"Bacot, buruan ke kantin!" Arfan yang dari tadi sibuk diam mendengar pembicaraan mereka kesal dan segera ingin ke kantin.
"Aduh, iya abang, jangan marah, dedek takut nih."Rafka sambil meminta maaf kepada Arfan.
"Abang, abang, pala lo peyang"
"Serah-serah gue dong mau manggil apa, kan yang punya mulut gue, kok lo sewot."
"T E R S E R A H." mereka pergi meninggalkan Rafka yang dari tadi sibuk memainkan dramanya.
***
Seperti biasa, mereka menuju ke kantin dan memesan makanan, tetapi tidak dengan Arfan, setiap ke kantin, dia tidak membeli makanan atau minuman, kalaupun dia membeli makanan atau minuman, dia hanya membeli satu atau dua yang dia anggap perlu.
"Ayo gaes, kalian mau mesen apa? Biar gue aja yang mesenin, tapi pake uang kalian sendiri, ya haha," kata Alfino sambil cekikikan dan siap menulis pesanan para temannya.
"Anjir, sok-sokan lo mau mesenin kita." Azril sambil menghela nafasnya.
"Ck, sangka gue lo mau traktirin kita, ga jadi deh gue mau yasinan dirumah." Rafka memutar bola matanya melihat sudut-sudut kantin.
"Wkwk kalo gitu lo semua pesen sendiri aja ya, kan kalian punya kaki, harus bersyukur dan gunakan kaki kalian sebaik-baiknya." Semua pun terdiam karena ocehan dari Alfino, kecuali Arfan yang dari tadi sibuk memainkan ponselnya.
"Itu, si Fino kesambet apa ya? Kok jadi gitu? Oh atau si Fino belum sarapan tadi pagi? Atau dia belum selfie sama gue?," kata Rafka bingung.
"Gue ke kelas kalo lo semua gak mesen makanan," kata Arfan dengan kesal, karena dia pikir hanya memesan makanan saja butuh waktu yang lama.
"Eh, iya Abang Arfan, jangan marah, ini kita mau pesen makanannya." Azril langsung menarik tangan Azzam dan Rafka untuk memesan makanan di kantin.
***
Maaf ya, untuk part ini pendek. Tetep vote and comment ya guys💕, Terima Kasih🙏
Salam hangat,
Aisyah🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
The First
Teen FictionCinta. Hal itu adalah hal yang paling tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh dua sosok yang hidupnya tidak pernah dihampiri dengan cinta, dua sosok yang anti namanya pacaran. Arfan dan Zahra adalah dua manusia sederhana yang belum pernah menyelam...