The First : Tiga

1.5K 51 0
                                    

"Mamaaaaa, zahraaa anakmu tersayang pulang!" Zahra baru saja pulang sekolah dan menyapa ibunya.

Tetapi, tidak ada sahutan saat Zahra memasuki rumahnya.

"Kok ga ada sahutan sih? Ga ada orang apa?" Batin Zahra bingung

Zahra mencari ibunya ke ruang tamu, halaman belakang, kamar, ruang makan, tetapi masih tidak menemukan.

"Lah, mama kemana njir." Zahra mulai khawatir.

Saat Zahra menuju dapur, ternyata dia menemukan ibunya yang sedang masak untuk makan siang, tentunya Zahra kesal, bagaimana tidak? Dia sudah mencari-cari kesudut-sudut rumah, harusnya dia beristirahat setelah lelah sekolah, dan ini harus mencari ibunya yang jelas-jelas sedang memasak, kenapa dia tidak langsung mencarinya saja didapur?.

"Anjir, udah capek-capek nyari, ternyata di dapur?" Batin Zahra.

"Mamaaaa! Zahra capek tau gak nyariin mama, ternyata mama didapur," teriak Zahra memasuki dapur rumahnya.

"Kenapa ga nyaut sih ma?" Kata Zahra yang masih saja tidak direspon mamanya.

"Mama kenapa sih? Perasaan mama gak budek atau tuli deh? Atau mama udah tua ya? Ga mungkin, kemarin telinga mama baik-baik aja kok, kok sekarang rada gesrek sih?" Zahra bertanya pada dirinya sendiri.

Zahra mendekat kepada mamanya, dan memperhatikan mamanya sedang masak, mamanya belum menyadari bahwa Zahra berada dibelakangnya. Zahra mencoba memperhatikan mamanya, dan betapa terkejutnya Zahra, ternyata mamanya tidak tuli atau budek, melainkan mamanya sedang mendengarkan musik lewat headset yang tertutup karena rambut mamanya yang agak panjang.

"Anjir, untung mama gue, kalo ga? Udah gue kawinin sama mimi peri." Zahra merasa kesal.

"Eh iya, btw sejak kapan mama suka denger musik? Setau gue mama sukanya ngerajut, kalo ga ngerajut, ya bikin desain baju gitu." Zahra mulai bingung.

Mama Zahra memang suka merancang baju sendiri, sudah banyak baju Zahra yang dibuat oleh mamanya sendiri. Selain Zahra, mamanya juga suka membuatkan baju untuk kakaknya, Fajar dan dimas, dan juga Papanya.

Zahra pun melepaskan headset yang masih terpasang di telinga mamanya.

"Eh, kenapa headset ini terlepas sendiri? Sejak kapan dirumah ini ada penunggunya?" Hani merasa ketakutan dan melihat sekelilingnya, betapa terkejutnya dia, melihat Zahra ada dibelakangnya.

"Eh, ayam, kucing, anjing, monyet!" Hani terkejut dan dibalas tertawa yang sangat besar oleh Zahra.

"Ya ampun ma, Zahra ngakak haha," zahra tertawa sangat keras.

"Kamu ini ya! Berani ngerjain mama, hah? " Hani menjewer telinga Zahra.

"Aduh, aduhh ma, sakit maa, Zahra janji ga bakalan ngerjain mama lagi." Zahra membentuk tangannya seperti tanda minta damai, yang biasa disebut 'peace'.

"Yasudah, kalo kamu ngerjain mama lagi, mama ga bakalan segan-segan potong uang jajan kamu." Hani mengancam.

"Ih, mama ga asik ah! Mainannya ancaman mulu!"

"Sudah, kamu keatas, istirahat!" Hani menyuruh Zahra.

Zahra pun ke atas untuk menuju kamarnya dan mengganti baju, setelah itu dia merebahkan badannya di atas kasur kesayangannya.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang