The First : Dua

1.6K 61 0
                                    

"Sakit pak!" Arfan sambil meringis kesakitan dan memegang telinganya yang habis dijewer pak Ahmad.

"Kamu itu ya, kenapa jadi nakal seperti ini, Arfan? Bapak kira kamu itu anak yang baik, tapi ternyata Bapak salah" Pak Ahmad menceramahi Arfan karena kesalahan Arfan yang bolos pelajaran Pak Ahmad tadi.

"Ya ampun pak! Hanya karena satu kesalahan, Bapak langsung ngecap saya sebagai anak yang nakal? Emang, ya karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Arfan membalik menceramahi pak Ahmad, katena baginya pak Ahmad sudah salah besar, tidak mungkin, Arfan baru sekali melakukan kesalahan, pak Ahmad langsung mengecapnya sebagai anak nakal.

"Kamu itu ya! Dibilangin malah jawab aja! Sudah, sana kamu hormat sama bendera, jangan berhenti sampai jam pulang, mengerti?" Pak Ahmad pun meninggalkan Arfan.

Arfan adalah salah satu siswa yang rajin disekolahnya, dia hampir tidak pernah berurusan dengan guru, ataupun melakukan kesalahan seperti tadi.

Sebenarnya Arfan tadi tidak niat untuk bolos saat pelajaran pak Ahmad. Sebenarnya dia tadi ke perpustakaan untuk mengerjakan beberapa tugasnya, sampai dia lupa kalau bel istirahat sudah habis. Dan saat ingin masuk kekelas, ternyata pak Ahmad sudah sampai duluan, dan Arfan pun malu jika harus masuk kekelas, apa yang ada dipikiran teman-temannya nanti jika seorang Arfan terlambat masuk kelas? Dia pun terpaksa menunggu di perpustakaan sambil menunggu jam pelajaran pak Ahmad selesai, barulah di masuk kekelas.

"Anjir!" Arfan merasa kesal atas kebodohannya.

"Panas banget" Arfan merasa kepanasan, dia sebenarnya tidak sanggup untuk berdiri, apalagi siang bolong seperti ini. Jam pulang masih satu jam lagi, sangat lama baginya.

Dikejauhan Zahra yang dihukum untuk tidak masuk kelas, hanya memandangi Arfan dari kejauhan.

"Lah, kenapa dia bisa kena hukum kek gitu ya? Ck, kesian banget lo fan, mampus lo!" batin Zahra sambil tersenyum miring.

Sebenarnya, didalam hati Zahra, tidak tega melihat Arfan dihukum seperti itu. Bukan bearti Zahra peduli terhadapnya, tetapi, siang hari ini sangat panas sekali, kalau Zahra yang berada di posisi Arfan, pasti sudah pingsan duluan.

Tak beberapa lama dari itu, ada seorang siswi yang Zahra tak kenal, menghampiri Arfan yang sedang berdiri dan hormat kepada bendera, Zahra hanya bisa melihan siswi itu, dan apa yang dia lakukan terhadap Arfan.

"Eh, kak Arfan? Kenapa dihukum kak? Kok bisa sih?" tanya siswi tersebut, dan nampaknya Zahra yakin, bahwa siswi itu adalah adik kelasnya, terlihat masih imut-imut dan wajahnya asing bagi Zahra.

"Pergi!" Arfan mengusir siswi itu.

"Aku cuman nanya kak, ga ngapa-ngapain kok." Kata siswi tersebut dengan nada pelan.

"Pergi!" lagi-lagi Arfan mengusirnya.

Yang ada didalam benak Zahra kali ini ternyata benar, Arfan adalah orang yang jahat, kasar, dan pokoknya Zahra tidak suka, ditambah dia kemarin meninjak kacamata Zahra, tentunya Zahra akan selalu mengingat hal itu.

"Dasar, jadi cowok kasar banget, gimana nanti punya pacar kalo kelakuan aja kayak gitu" Zahra berdecak sebal, dan tanpa dia sadari, ternyata jam pelajaran bu Rahma sudah selesai, akhirnya di masuk kekelas.

"Alhamdulillah, lega gue" Zahra duduk dibangkunya dan sejenak memejamkan mata.

"Duh, ra gue khawatir tau gak! Gue kira lo bakal habis tuh sama bu Rahma, sumpah tadi gue mikirn lo terus" kata Hana sambil berdiri di samping meja Zahra.

"Ya ampun, temen gue satu ini, makin sayang deh, lope-lope" Zahra sambil mencubit hidung Hana.

"Sakit njir, nanti idung gue nambah mancung, yang ada orang tambah banyak yang suka sama gue, ra" Hana memegang hidungnya.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang