The First : Sembilan

1.2K 63 1
                                    

22.15 WIB

Zahra merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ia menggunakan baju tidur dengan corak bunga-bunga di baju itu, baju yang ia sering pakai saat tidur. Ia menatapi langit-langit kamarnya, berusaha untuk memejamkan mata, berharap ia menuju ke alam mimpi, tetapi nyatanya usaha itu tetap saja gagal.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, mengganjal pikirannya yang sangat penuh malam ini. Harusnya, pada jam seperti ini ia sudah tidur, tetapi masih saja gagal. Ia pun meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja disamping kasurnya.

Ia membuka beberapa chat dari grup, grup kelas dan grup ekskulnya. Tetapi terlintas di pikirannya, ia ingin mengechat Arfan, hanya sekedar untuk berterima kasih lagi atas pertolongannya tadi sore. Jika tidak ada Arfan, entah apa yang akan terjadi kepada Zahra di kemudian.

Ia pun membuka roomchat Arfan yang masih kosong. Kontaknya ia dapat karena untuk urusan olimpiade, jika ia ada kontak Arfan, mereka berdua leluasa untuk membahas olimpiade yang akan berlangsung 4 hari kedepan.

Ia pun mengirim pesan kepada Arfan.

Makasih ya.

Send.

Jujur, ia sangat gugup mengirim pesan itu. Entah kenapa, ia merasa ada hal yang berbeda saat ia mengirim pesan itu, walaupun hanya untuk berterima kasih.

Lama ia menunggu Arfan membalas pesannya itu. Zahra berpikir bahwa Arfan sudah tidur. Bukannya tipe cowok seperti Arfan suka bergadang? Entahlah, Zahra bertanya pada dirinya sendiri.

Drtt...

Ponsel Zahra berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, ia pun dengan sigap langsung membuka ponselnya, ia senang ternyata saat membuka ponselnya, nama Arfan tertera disana, bearti Arfan belum tidur dan membalas pesannya.

Tadi sudah.

Gapapa, karena lo udah nolong gue, bagi gue itu sangat berarti.

Terus?

Kalo ga ada lo, gue ga tau bakalan kayak gimana gue nanti.

Ga tidur?

Deg.

Dia sangat terkejut saat Arfan menanyakan mengapa dia tidak tidur. Entah kenapa, Zahra merasa sangat deg-degan dan juga senang, hanya pesan yang sangat singkat sudah membuat pipi Zahra memerah.

Gue ga bisa tidur.

Kenapa?

Hm, ga papa.

Masih sakit?

Dan, pesan kedua dari Arfan lagi-lagi membuat Zahra senang sekali. Di kamar, ia senyum-senyum sendiri, jika dilihat orang, pasti akan mengira dia sudah gila.

Ga kok, udah mendingan.

Istirahat.

Oke.


Sungguh, malam bukannya ia tidur, tetapi ia malah semakin tidak bisa tidur akibat pesan-pesan dari Arfan yang membuatnya susah tidur.

"Lo kenapa sih, ra?"

"Kenapa seneng kalo Arfan peduli sama lo?"

"Dia itu cuman nunjukkin rasa pedulinya terhadap sesama, ga lebih," batin Zahra dan meletakkan ponselnya kembali.

***

Arfan seperti biasa, dia sebelum tidur selalu membuka buku atau belajar untuk mengisi waktu luangnya, sesekali ia membuka ponselnya untuk mengecek pesan yang masuk.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang