"Permisi, saya hanya ingin memanggil siswa yang bernama Arfan Raffasya, dipanggil Pak Ahmad dikantor, sekarang. Terima Kasih!" Ujar seorang siswi yang memanggil Arfan didepan kelas.
Arfan tidak mengetahui jika dia dipanggil Pak Ahmad, karena sedari tadi dia sibuk memainkan ponselnya dan mendengar lagu lewat headset.
"Arfan dipanggil?" kata Azril kebingungan.
Azril yang memang duduk sebangku dengan Arfan, hanya melihat Arfan, dan dia kesal karena Arfan dari tadi tidak lepas sama ponsel kesayangannya itu, dan ia pun berniat mengerjai temannya satu ini.
"WOYYY, LO DIPANGGIL PAK AHMAD WOYY!" teriak Azril sambil membuka headset yang bertengger di telinga Arfan dari tadi.
Arfan hanya diam, dan Azril tidak tahu apa yang ada dipikiran Arfan, perasaan Azril sudah berteriak sekeras mungkin, hingga teman sekelasnya menoleh kepadanya. Tetapi, hanya dibalas anggukan oleh Arfan, dan rasanya Azril ingin sekali membunuh temannya ini jika Azril bukan teman Arfan.
"Gue?" tanya Arfan yang membuat Azril semakin kesal dan membuatnya naik darah.
"BUKAN, MAMANG SIOMAY DI KOMPLEK GUE. YA IYALAH, LO FAN, EMANG SIAPA LAGI?" Azril tambah kesal dan mengacak-ngacak rambutnya.
Teman-teman Arfan, Fino, Azzam dan Rafka hanya memandangi drama mereka.
"Mimpi apa gue semalem punya temen kayak lo, fan" batin Azril sangat kesal.
"Emang kenapa Arfan dipanggil? Kan Arfan anak baik-baik, ga mungkin kan dipanggil tanpa sebab? Mana yang manggilnya Pak Ahmad lagi." Kata Fino kepada Azzam.
"Mana gue tau, gue kan bukan peramal." Azzam melanjutkan menulisnya.
Tanpa basa-basi, Arfan langsung keluar kelas dan meninggalkan teman-temannya itu langsung menuju kantor guru untuk menemui Pak Ahmad.
Dan akhirnya, Arfan pun masuk ke kantor guru dan betapa terkejutnya dia menangkap sosok siswi yang ia sangat benci kehadirannya sejak 3 hari yang lalu.
"Assalamualaikum, pak"
"Ada apa pak?" tanya Arfan.
"Anjir, kenapa juga gue harus ketemu manusia es ini," batin Zahra sambil menatap Arfan dengan tajam.
"Lo ngapain disini?" tanya Zahra dan dibalas diam oleh Arfan.
"Sabar, ra sabar" Zahra mengeluskan dadanya.
"Nah, mumpung kalian berdua sudah datang, ada yang ingin bapak bicarakan kepada kalian, ini penting." Kata Pak Ahmad.
"Langsung ke intinya aja, pak." Kata Arfan, ia tidak suka dengan hal yang bertele-tele, apalagi disampingnya kali ini ada Zahra.
"Gila nih, anak. Berani banget sama guru," batin Zahra memandangi Arfan.
"Jadi, gini sekolah kita akan ikut lomba olimpiade Fisika di SMA Harapan Bangsa, lombanya seminggu lagi...." Pak Ahmad menjelaskan.
"Firasat gue ga enak," batin Arfan.
"Dan bapak ingin kalian berdua mewakili sekolah kita untuk ikut olimpiade itu, karena bapak yakin kalian berdua bisa mengharumkan nama sekolah kita" Pak Ahmad kembali menjelaskan dan dibalas tatapan yang tajam oleh Arfan dam Zahra, karena mereka terkejut apa yang Pak Ahmad katakan barusan.
"APA? BAPAK SERIUS? GA MAU AH PAK, KALO SAYA SENDIRI SIH GA APA-APA, TAPI JANGAN SAMA MANUSIA ES SATU INI PAK!" Zahra berdiri sambil membentak meja Pak Ahmad.
"SAYA GA MAU PAK!" balas Arfan.
"Kalian ini! Bukannya bangga dipilih untuk mewakili sekolah! Pokoknya bapak ga mau tau, kalian berdua lah yang harus ikut!" bentak Pak Ahmad.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First
Teen FictionCinta. Hal itu adalah hal yang paling tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh dua sosok yang hidupnya tidak pernah dihampiri dengan cinta, dua sosok yang anti namanya pacaran. Arfan dan Zahra adalah dua manusia sederhana yang belum pernah menyelam...