The First : Tiga Puluh Enam

87 3 6
                                    

Aku gagal, aku pengecut, aku bodoh dan aku lalai. Menjagamu sudah menjadi tugas dari semesta yang harus aku lakukan.
-Arfan Raffasya


•••

Hai semua! Aku update lagi hehe. Jangan bosen baca cerita ini, ya? Luv yuuu❤

Dan satu yang bakal Arfan tahu, bahwa ia telah lalai menjaga Zahra.

•••

Semilir angin menyapa tubuh Arfan yang kusut. Malam ini, malam tanpa ditemani bintang-bintang. Malam yang seharusnya menjadi penyemangat untuk Arfan. Dan malam yang seharusnya menjadi tempat Arfan bersuara, malah berubah menjadi malam yang sangat kelam, mendung, dan bintang-bintang bersembunyi di balik awan.

Malam ini Arfan gelisah, entah apa dan kenapa alasannya ia pun tak tahu. Tetapi, ia heran daritadi hanya ada satu nama yang mengisi kepalanya, yang mengisi pikirannya. Azzahra Zanitha.

Sebenarnya setiap hari Arfan memikirkan Zahra, tetapi entah kenapa malam ini beda. Arfan merasa seperti ada sesuatu terjadi yang tidak ia ketahui. Ingin sekali Arfan mendapatkan kabar dari Zahra dengan mengirimkannya pesan ataupun menelpon, tetapi gengsi mengalahkan semuanya. Iya, gengsi.

Memangnya siapa Arfan sampai-sampai menanyakan Zahra tentang kabarnya, toh Arfan bukan siapa-siapanya Zahra. Hanya sebatas 'teman'.

Arfan memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya. Memandang langit yang hampa tanpa bintang. Memikirkan perempuannya yang jauh disana, 'perempuan'nya?

"Jangan halu, bego." Arfan menepis pikirannya.

Tetapi, bukan ketenangan yang ia dapat, pikirannya malah semakin menjadi-jadi, semakin memikirkan Zahra. Ia bingung. Ia harus melakukan sesuatu.

Ia pun mengambil handphone yanh berada di saku celananya. Mengetikkan nama Zahra disana. Tangannya sudah gatal untuk menelpon Zahra, menanyakan kabarnya.

Arfan mendekatkan handphone nya ke telinganya, berharap suara Zahra yang ia dengar, namun...

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif..."

Sial.

"Habis batre?" tanya Arfan dalam hati.

Sudahlah. Ini sudah malam. Mungkin saja Zahra lelah habis sekolah seharian. Pikirnya begitu.

Namun, masih saja ia tidak tenang. Arfan pun memikirkan cara lain untuk mengetahui keadaan Zahra, yakni dengan menelpon kakaknya, Fajar.

Baru saja ingin mengetikkan nama Fajar disana, kakak Zahra itupun ternyata menelpon Arfan pada saat Arfan ingin menelponnya. Satu kata di benakknya sekarang, "ada apa?". Karena Fajar tidak pernah menelpon dirinya sampai sekarang.

"Assalamu'alaikum, Fan." Suara Fajar terdengar ngos-ngosan. Arfan tidak tahu mengapa.

"Wa'alaikumussalam kak. Ada apa kak?" Tanya Arfan sudah deg-degan.

"Zahra ada sama lo?"

Deg. Jantungnya berdebar lebih cepat. Sudah terjawab semuanya mengapa ia sangat tidak tenang malam ini.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang