The First : Dua Puluh Enam

1K 40 22
                                    

Kenapa Tuhan nyiptain senja dan fajar jika akhirnya mereka tidak bisa bersatu?

-Arfan Raffasya

***

Duh, kenapa dengan Arfan?
Saya mencium bau-bau yg ga enak:v
Kalau udah baca, silahkan vote dan comment, ya! Thanks.

---------

Apa sih menurut kalian definisi sebuah keluarga?.

Entahlah, kalian mungkin mengetahuinya lebih dalam tentang keluarga, tentang kasih sayang yang berada di dalamnya. Tetapi, tidak untuk Arfan.

Arfan hanya mengetahui definisi keluarga ketika ia melihatnya di KBBI, tidak secara langsung ia rasakan.

Ia pernah sempat merasakan apa itu sebenarnya keluarga, sebelum semuanya berubah 180 derajat.

Kasih sayang, kehangatan keluarga, kebersamaan, dan cinta adalah hal yang terpenting didalam sebuah keluarga. Kalau tidak ada semua itu, keluarga belum layak dikatakan sebuah keluarga, layaknya keluarga Arfan sekarang.

Pertengkaran, perkelahian, perdebatan dan pertentangan hampir ia rasakan dan ia dengar setiap harinya. Hal itulah yang membuatnya seperti tidak terlahir di dunia ini, ia merasakan seperti ia tidak memiliki sebuah keluarga seutuhnya.

Ia iri, ia ingin, ia cemburu.

Ya, ia iri dengan banyak anak-anak yang masih mempunyai keluarga seutuhnya, sebuah keluarga yang memang layak dikatakan keluarga, dimana didalamnya terdapat kasih sayang yang besar, dimana didalamnya terdapat cinta yang indah.

Arfan tidak butuh kekayaan, Arfan tidak butuh uang, dan Arfan tidak butuh harta, yang ia butuhkan hanyalah sebuah keluarga.

"Baru pulang, fan?!". Tanya David, sambil membaca koran di ruang tamu.

Arfan tidak menggubris perkataan Papanya itu. Toh, walaupun Arfan mau pulang lebih malam lagi, kedua orang tuanya tidak peduli, kan? Jadi, untuk apa ia tinggal dirumah ini kalau kehadirannya saja seperti dianggap angin lalu.

Arfan pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tanpa melihat Papanya yang duduk di sofa, tanpa menjawab pertanyaan Papanya. Ia memutuskan untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Bagus, sekarang kamu makin kurang ajar sama orang tua!". David lagi-lagi membentak Arfan, tidak berpikir apakah Arfan akan sakit hati karena perkataannya.

"Udah, Pa. Arfan baru pulang, mungkin dia capek". Bela Laudya di hadapan David yang baru saja dari dapur.

"Kamu ini, Arfan! Papa udah bilang berkali-kali kalo Papa dan Mama itu sibuk bekerja untuk keperluan kamu dan adik kamu, itu saja! Papa dan Mama itu sayang kamu, Fan!". David berdiri dari tempat duduknya.

Seketika, tubuh Arfan mematung di tempat. Ia tak kuat jika mendengar semua ini, ia lelah, lelah dengan semuanya. Ia capek jika terus dibentak dan diperlakukan seperti ini.

"Papa tahu apa tentang sayang? Apa, Pa?! Kalian cuma sibuk bekerja! Ga mikirin gimana anak-anaknya dirumah! Mungkin, kalau Arfan mati, kalian ga bakalan tau karena yang ada dipikiran kalian cuma uang dan uang, iya kan?!". Setelah menyelesaikan perkataannya, Arfan dengan bergegas langsung naik ke atas menuju kamarnya, sungguh hatinya sangat teriris.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang