The First : Satu

1.9K 68 4
                                    

"Eh ra, ke kantin bareng yuk, nih gue udah ngajak Rania, Nasya sama Anin nih." Ajak Hana sambil menarik tangan Zahra.

"Iya, iya sabar Hana sayang, ini dikit lagi gue nyelesain catetan biologi tadi, bentar aja." Zahra melanjutkan menulisnya dan fokus ke papan tulis tanpa melihat mereka.

Dengan sengaja, Anin mendorong tangan Zahra dan otomatis buku Zahra tercoret oleh pena yang dipakai Zahra untuk menulis.

"Ups, maaf ra, gue sengaja." Anin bersembunyi di balik rania dan pura-pura tidak tahu.

"Oh, jadi ceritanya kalian berdua balas dendam, ya?" Kata Nasya sambil tertawa.

"Ohh, jadi gini ya nin lo sama gue, gue ga terima nih, lo tulis ulang catetan gue." Zahra marah sambil mengejar anin yang sontak berlari karena dikejar zahra.

"Eh, lo berdua kek masa kecilnya kurang bahagia apa? Udah, ayo ke kantin, lagian cuman coretan dikit kok, nanti kan bisa di tipe-x." Kata Rania sambil menarik tangan mereka ber-empat dan langsung mengajak ke kantin.

Akhirnya, Zahra, Rania, Hana dan Nasya pun ke kantin bersama. Saat diperjalanan menuju kantin, tanpa sengaja Zahra menabrak seseorang yang berada didepannya, karena Zahra sibuk mengobrol dengan teman-temannya.

Bugh...

Dan Zahra pun terjatuh, diikuti oleh kacamatanya. Sebenarnya Zahra tidak begitu rabun, hanya saja tadi Zahra menulis catatan yang ada di papan tulis, agar lebih jelas, dia memakai kacamatanya.

"Aduh, sakit bego, bisa jalan ga sih! Makanya kalo jalan itu kedepan, jangan ngadep ke atas!" Ucap Zahra dengan nada marah dan sibuk mencari kacamatanya.

"Yang salah tu elo! Jalan aja sambil ngobrol!" Kata seorang siswa yang tidak sengaja menabrak Zahra, yang ternyata adalah ARFAN.

Karena kesal, Arfan pun meninggalkan Zahra dan keempat temannya sambil menginjak kacamata Zahra yang jatuh di lantai. Seketika, kacamatanya hancur dan pasti tidak bisa dipakai lagi.

"OMG, KACAMATA GUEEE! AWAS LO YA KALO KETEMU LAGI SAMA GUE, GUE YANG INJEK KEPALA LO NANTI!" Zahra sudah sangat kesal, bagaimana tidak? Itu adalah kacamata pemberian ayahnya, dan harusnya dia jaga, malah rusak seketika oleh Arfan.

"Sudah ra, kita juga ga bisa nyalain dia, kita juga salah, kenapa tadi kita jalan sambil ngobrol kan? Gak apa kok, kita bakalan beli kacamata buat lo sebagai gantinya." Kata Nasya berniat agar tidak memperkeruh suasana.

"Ra, kamu tau gak dia itu siapa? Dia itu Arfan, Ketua ekskul futsal disekolah kita! Dan katanya sih ga ada yang berani sama dia, soalnya dia itu serem banget, mana cuek lagi, gue aja liat mukanya langsung merinding." Rania sambil memeluk badannya.

"Iya nih, lambaikan tangan ke kamera!" Kata Anin sambil mengangkat tangannya.

"Eh nin, jangan angkat tinggi-tinggi dong, ketek lo bau! Bau pete" Hana menutup hidungnya dan langsung menjauh dari Anin.

"Enak aja lo ngatain ketek gue bau, gue tiap hari mandi 5 kali sehari, pake parfum, pake deodoran, yang ada lo kali yang bau haha," ejek Anin tidak mau kalah.

"Mau dia ketua futsal kek, ketua pramuka kek, ketua ibu-ibu gosip kek, gue ga peduli, gue sekarang benci banget sama dia! Awas aja kalo ketemu!" Kata Zahra dengan marahnya, dia menaruh kacamata yang sudah rusak tadi di sakunya.

"Eh ra, walaupun dia serem-serem kek gitu, tapi ganteng kok! Ganteng banget sumpah! Cool lagi! Ahhh, rasanya mau mandang muka dia terus deh." Kata Anin membangga-banggakan Arfan.

"Ganteng? Mata lo tu katarak Anin, Muka kek kutil ayam gitu dibilang ganteng!" Zahra mengejek, karena baginya Arfan tidak lebih adalah sebagai penganggu bagi hidupnya sekarang. Dia akan selalu mengingat kejadian hari ini.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang